Assalamu'alaikum, Surabaya.
“Setiap pertemuan pasti
ada perpisahan. Jika boleh meminta, aku tidak ingin ada perpisahan di antara
kita. Aku ingin kita selamanya berada dalam lingkaran persahabatan yang kita
bangun sejak saat itu. Tapi, tetap, Allah lah yang berkuasa atas hidup manusia.”
Aku benar-benar berharap kemarin adalah mimpi buruk. Tapi,
berkali-kali aku menutup mata, lalu kembali terbangun, itu semua bukan mimpi
buruk. Kemarin adalah kenyataan yang membuat air mata ini tak berhenti
mengalir.
Aku juga berharap ketika bangun dari tidur, aku akan melupakan
semuanya. Tapi, kenanganmu masih melekat jelas di ingatan ini. Rasanya seperti
kemarin kita masih bercanda satu sama lain. Rasanya seperti kamu masih akan muncul,
lalu bercanda lewat grup di whatsapp. Seperti yang biasa kita lakukan. Tapi,
kemarin dan pagi ini, grup terasa sangat hening. Semua berduka atas
kepergianmu.
Kehadiranmu selalu menghangatkan hari-hari kita yang terkadang
membosankan, mengesalkan dan membuat kita hampir menyerah. Kamu akan selalu
berkata, “sego pecel jek enak, rek, ojok mutung disik.” (Nasi pecel masih enak, jangan menyerah dulu)
Lalu, kita semua akan tertawa menanggapi reaksi lucu, koplak
dan sedikit menyebalkan darimu itu. Tapi, kini tidak ada lagi yang akan berkata
seperti itu saat kami sedang ingin menyerah. Tidak ada lagi yang akan menghiburku
atau mau mendengarkan curhatan tentang hidup sesabar, sekoplak dan segokil
dirimu. Aku akan selalu merindukan candaan yang selalu sukses membuat perutku
sakit karena tidak bisa berhenti tertawa. Sekarang, siapa lagi yang bisa melakukan itu...*deep sigh*
Kamu adalah sahabat, mas-mas yang cerewetnya ngalah2 in emakku, partner in crime dan penasehat kehidupan percintaanku. Kamu adalah teman sekaligus saudara bagi kami yang tidak akan pernah tergantikan sampai kapan pun.
Sumber : http://katabijak.co |
Aku tahu, tidak seharusnya aku melakukan ini. Aku tidak berhak
mengutuk atau pun bersedih atas kepergianmu. Tetapi, izinkan aku menyampaikan
semua air mata yang masih tersimpan agar bisa mengalir keluar lewat tulisan
sederhana ini. Agar aku bisa mencurahkan semuanya, mengikhlaskanmu, lalu berdamai
dengan keadaan. Kita semua sayang kamu, tetapi Allah lebih sayang kamu, Kak.
Semoga Allah SWT menerima semua amal ibadahmu :’)
Akhirnya, aku harus benar-benar mengucapkan kata perpisahan
ini padamu. Aku berjanji, insyaAllah akan selalu hidup bahagia, bertemu jodohku
dan hidup sesuai yang aku inginkan, bukan seperti orang lain inginkan, seperti
nasihat mu yang selalu mampir di telingaku.
Surabaya, 06 November 2016
Ditulis saat pagi datang dengan sisa kesedihan yang masih meracau
Posting Komentar