Assalamu’alaikum, Surabaya.
“Hari
ini mendung kembali menyapa. Langit yang seharusnya berwarna biru, kini
berwarna kelabu. Gemuruh petir mulai menggema. Sesaat kemudian, hujan pun
turun. Aku menatap jendela yang sudah tertutup oleh butir-butir air hujan.
Ingatanku pun mengembara jauh, melewati masa – masa sebelum pergolakan batin
itu terjadi…”
Teruntuk seluruh perempuan di
Indonesia.
Sebagai seorang perempuan, tentu
sering kita dapatkan sebuah pertanyaan, “Perlukah
seorang perempuan mendapatkan pendidikan yang tinggi? Untuk apa, jika pada
akhirnya harus menjadi seorang Ibu yang pastinya akan mengurus keluarga
kecilnya.”
Sebelum menjawab pertanyaan
tersebut, ijinkan saya menceritakan bagaimana sebagai seorang perempuan, saya
melalui pertentangan arus hidup demi melanjutkan pendidikan hingga S2 dan
menjawab semua pertanyaan itu.
Saya seorang anak perempuan,
tunggal, dan hanya tinggal dengan seorang Ibu. Tentunya, beban saya sebagai
anak pertama sekaligus anak bungsu bisa dibayangkan seperti apa. Ibu berharap
setelah lulus S1, saya bisa bekerja dan membantu beliau. Tetapi, saya ‘ngeyel’
untuk tetap melanjutkan ke jenjang S2 karena ada beasiswa alumni ITS Fresh
Garduate yang saat itu masih ditanggung oleh DIKTI. Tidak ada alasan pasti
kenapa saya meminta untuk melanjutkan kuliah lagi. Saat itu saya hanya “suka”
sekolah, nggak ada alasan lain.
Saat saya memutuskan untuk memilih
jalan itu, SubhanAllah, banyak sekali cercaan pertanyaan yang membuat saya
hanya bisa tersenyum.
Tersenyum pahit…
“Ngapain,
kalo kerja jarang yang mau ambil S2, lhooo, nggak kerja-kerja malahan…”
“Mau
sok lebih hebat dari laki-laki ta? Awas lho, nggak nikah2 nanti…”
“Kalo
cuma cari gelar, mending nggak usah.”
“Percuma
sekolah tinggi-tinggi. Perempuan mah entar kan cuma ngurus suami aja.”
Allah, give me strength... *deep sigh* |
Begitulah kerasnya hidup di dalam
masyarakat ini. Mereka tidak tahu apa yang ada di dalam pikiran kita, tetapi
berhak mengatakan apa pun semau apa yang mereka pikirkan terhadap kita.
Jujur, bagi saya, seorang perempuan,
pendidikan itu penting. Bukan seberapa tinggi tingkatannya, tetapi ilmu dan
pengalaman hidup yang akan kita capai. Kuliah tidak hanya masalah mencari nilai
A, mencari gelar, mendapat IPK cumlaude dan lulus tepat waktu. Tetapi lebih
dari itu. Banyak sekali pelajaran hidup yang bisa kita dapatkan disamping
akademis semata. Tentang persahabatan, pengorbanan, kerja keras, membangun
relasi dan menyelesaikan masalah. Tentang tawa, air mata, dan masih baaaaanyak lagi hal-hal baru yang bisa kita pelajari :)
Sebagai perempuan, bukan maksud
saya untuk berusaha lebih hebat dari seorang laki-laki dalam hal pendidikan.Ini hanya masalah panggilan jiwa saya yang dari kecil "suka" sekolah.
Memang sih, saya sering mendengar cerita ketika seorang wanita memiliki jenjang
pendidikan yang lebih tinggi dari seorang laki-laki, kebanyakan sang laki-laki
akan minder untuk mendekati wanita tersebut. Tapi banyak cerita juga yang berkebalikan
dengan itu, ada yang laki-laki malah mendukung kalau sang wanita nya
melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi malah sampai jenjang S3 lhooo. Suami
so sweet. Buat para perempuan kalau nemu laki-laki gitu, langsung terima aja
jadi calon suami :p
(#dilarangbaper)
Trus masalah cuma cari gelar, itu
semua tergantung dari niat kita masing-masing wahai para wanita yang memutuskan
untuk melanjutkan sekolah terus. Sebagai calon Ibu, sesungguhnya kita juga
harus cerdas karena orang pertama yang harusnya berinteraksi dengan anak adalah
kita. Bahkan saya pernah membaca ada sebuah penelitian yang menyatakan bahwa
tingkat intelegensi anak berasal dari gen Ibu. Entah benar atau tidak
Wallahu’alam.
Oiya, tau nggak sih, kan orang
Israel terkenal cerdas-cerdas kan. Rahasianya tuh ada di kegiatan yang
dilakukan sang Ibu pra dan selama kehamilan. Para ibu-ibu nih bakalan belajar
selama mereka hamil. Belajar mulai dari kalkulus, fisika dan lain-lain.
Kebayang kan ribetnya, apalagi yang pernah jadi mahasiswa pasti ngerti gimana
terornya kalkulus dan fisika dasar. Nah, ini malah ibu-ibu hamil disuruh
belajar itu.
Jadi, sebenarnya ini tergantung
sudut pandang sih. Nggak ada yang salah dengan pemikiran kita-kita, para
perempuan yang memutuskan untuk merelakan masa mudanya untuk terus sekolah.
Nggak ada yang salah juga dengan pemikiran orang lain yang sinis dengan
perempuan yang sekolah terus. Semuanya benar. Yang salah hanya sudut pandang
kita yang kadang nggak mau menerima sudut pandang orang lain.
Kami, para wanita tangguh (beserta satu lelaki XD) yang masih dan sedang berjuang untuk masa depan |
Kesimpulannya, nggak ada jawaban
yang pasti dari pertanyaan “Perlukah
seorang perempuan mendapatkan pendidikan yang tinggi?”
Kalau anda (para perempuan haus
sekolah) merasa masih ingin sekolah terus, lakukan. Tetapi, tetap dengan ijin
orang tua dan suami (jika sudah menikah). Jangan sampai lupa juga kodrat kita
sebagai seorang wanita. Cerdas boleh tetapi tetap harus jadi istri solehah
#eaaak. Be a smart and good woman :)
Kalau anda adalah para perempuan yang memutuskan bahwa
tidak perlu melanjutkan sekolah, ya sudah. Pegang teguh prinsip anda dan
percaya sampai akhir. Kita masih bisa belajar secara luas dan secara otodidak
kok. Be a smart woman and keep fighting :)
Jangan pernah hiraukan jawaban di
sekitar kita yang terkadang membuat ‘down’ atau merasa marah. Hidup kita bukan
bergantung pada perkataan mereka, tetapi ada di tangan kita. Kita yang memilih
jalan hidup dan kita yang menjalankannya. Jadi, untuk apa bersedih dengan komentar
mereka. Tapi, jujur kacang ijo, terkadang agak ngenes gimana gitu, tapi ya sudah lah...Forgive, Forget and Go on... *sweet smile*
Surabaya, 13 Oktober 2016
Ditulis saat hujan datang
2 komentar
Salutt buat para wanita yg terus melanjutkan pendidikan hingga ke tingkat yg tinggi, apapun komentar org lain kadang tidak semuanya harus didengar mbak. Toh mereka nggak tau kan hidup dan perjuangan kita yg sebenernya sperti apa hehehe
Iya bener, life must go on dah wkwkwk