Assalamu’alaikum,
Surabaya.
“Sekali lagi, kutemukan Surabaya-ku di Semarang-mu. Dua kota yang banyak memiliki persamaan. Di sini, aku merasa seperti berada di rumah.”
Tahun ini adalah kedua kalinya saya ke Semarang. Tahun lalu saya ekplorasi Semarang yang berada di bagian bawah, maksudnya di bagian dataran rendahnya. Buat yang pengen tahu bisa baca pengalaman saya ekplorasi mulai dari klenteng sam po kong, lawang sewu dll. Klik DI SINI.
Untuk
sampai di tempat kuliah tamu, dari asrama kami berempat (Saya, Maya, Ema dan
Kia) naik angkot kuning untuk sampai di ICT Center UNDIP. Kuliah dimulai pukul
8 pagi bersama Profesor Julius Motuzas dari Queensland University. Kalau kuliah
dengan Bapak satu ini, kamu harus fokus maksimal, kalau enggak bakal jadi
korban “What do you think” haha. Jadi Bapaknya ini ngamatin banget peserta
kuliahnya. Kalau kelihatan bosan atau nggak fokus atau lagi maen HP, siap –
siap disuruh njelasin sesuatu atau ditanyain sama bapaknya. Bagus sih, jadi
biar ngga main – main meskipun gratis.
View kota Semarang dari lantai 5 ICT Center |
Oiya,
ada cerita menarik sih selama kuliah tamu di sini. Jadi ceritanya begini. Waktu
kuliah tamu, Prof. Julius ini senang menyuruh peserta kuliah untuk pindah – pindah
tempat duduk, nah pada saat itu saya pindah ke suatu meja dengan dua bapak2 dan
satu ibu2. Setelah ngobrol agak lama yang awalnya membicarakan jajanan
semarang, tibalah suatu percakapan dengan bapak DM (Dosen Muda) di hadapan
saya.
Saya
: Loh, bapaknya orang Semarang kah?
DM
: Bukan, saya orang Jogja tapi sekarang ngajar di UNAIR
Saya
: Ooh….
DM
: Tapi baru satu bulan sih.
Jreeengg!
Pikiran saya langsung tertuju pada kandidat dosen UNAIR yang lolos seleksi
dosen pada bulan November lalu yang membuat saya penasaran yang mana sih
orangnya. Saya dan Kia saling lirik – lirik mata karena Kia tau semua cerita
saya waktu tes dosen di UNAIR. Saya pun memberanikan diri untuk bertanya.
Saya
: maaf bapak, apa bapak ikut tes dosen UNAIR bulan Oktober-November lalu bukan?
DM
: loh, kok mbak nya tau?
*saya
dan Kia ngakak bareng*
Kia
: Ini nih saingan bapak waktu tes di UNAIR *sambil nunjuk saya yang masih
tertawa absurd*
DM
: waduuuh, harusnya saya nggak bilang ya hahahahaha
Saya
: halah, santai aja Pak, saya mah apa, cuma anak ingusan yang baru lulus S2
hahaha. Saya juga cuma nyobain aja gimana sih tes dosen itu hehehe.
Allah
benar – benar memberikan cerita unik selama perjalanan tahap pertama ini. Semua
rasa penasaran saya terasa terjawab dengan indah dan damai *no hard feeling*.
Setelah
kuliah tamu hari pertama yang selesai pada pukul 15.15, saya pun langsung ganti
sepatu flat ke sandal gunung yang sudah saya bawa dari asrama, karena ada
rencana untuk eksplorasi kampus UNDIP Tembalang.
Karena
kakak Kia kecapean, akhirnya dia memutuskan untuk mundur dari rencana
eksplorasi kampus UNDIP dan pulang ke asrama. Kami bertiga (saya, Maya dan Ema)
pun naik angkot kuning untuk sampai di lokasi kampus yang berada agak di
dataran tinggi yang lebih atas lagi, kemudian berjalan kaki di sekitar deretan
fakultas-fakultas di UNDIP. Jalanan di UNDIP Tembalang memang semuanya terasa
seperti mendaki gunung lewati lembah. Lama – lama bisa berubah jadi ninja
hatori entar wkwkwk.
Tempat
pertama yang kami kunjungi adalah tentu saja saudara seperguruan jurusan Kimia.
Sekali lagi ya, Semarang-Surabaya sepertinya memang satu hati. Ada ikon senyawa
benzene di jurusan kimia UNDIP, yang sama dengan jurusan kimia ITS.
Ada
juga ikon Taman Alumni UNDIP yang juga ada di ITS.
Lanjut
jalan lagi ke daerah fakultas teknik. Jalannya semakin lama semakin naik ya…
Geofisika |
Teknik Industri |
Teknik Kimia |
Setelah
berkeliling hampir 2 jam, akhirnya kami memutuskan untuk pulang pada pukul
17.30
Kaki
sudah terasa gempor dan pegal. Lumayan bisa olahraga sore sambil buang lemak
hihihi…
Begitulah
eksplorasi kampus UNDIP Tembalang bersama dua orang teman saya yang super dan
selalu menjaga saya #sosweet. Besok adalah kuliah terakhir sekaligus hari
terakhir kami di Semarang. Lalu kami harus berpisah. Maya dan Kia kembali ke
Surabaya, Ema pulang ke negara Lamongan dan Saya melanjutkan perjalanan ke
Jogja.
Selanjutnya
bagaimana kisah dramatis perjalanan Semarang-Jogja ala anak hilang seperti saya
ini? Nantikan di PETUALANGANSEMARANG-JOGJA part 3 : Perjalanan Semarang-Jogja-Pasar Sekaten-Alun2 Utara(Altar).
1 komentar