Assalamu’alaikum,
Surabaya.
“Rasa takut bukan untuk dihindari, tetapi dihadapi. If you lose, you die. If you win, you live. If you don't fight, you can't win! (Eren Jaeger – Shingeki No Kyojin)”
10 Desember 2016, saya harus meninggalkan kota Semarang yang selalu sehati dengan Surabaya ini. Saya ngojek ke terminal Sukun pake aplikasi Go-Jek. Jam 6 pagi saya sudah siap bersama barang – barang saya di depan asrama sambil memesan Go-Jek. Jujur, saya nggak tahu terminal Sukun itu ada dimana, cuma tau dari google maps kalo berada cukup dekat dari Asrama dengan biaya 11rb jika memakai jasa Go-Jek. Rasa deg2 an mulai muncul karena ini perjalanan pertama saya sendiri dari kota selain Surabaya ke kota lain juga. Apalagi malam sebelumnya, Irma mengabari bahwa dia tidak bisa menjemput langsung di terminal Jombor Jogja karena terlalu jauh dan jalannya mbulet. Saya juga nggak tega kalau entar Irma ikutan nyasar atau ilang gara-gara jemput saya wkwkwk. Irma menyarankan saya untuk naik bus kecil dari terminal yang kernetnya teriak “Gamping! Gamping! Gamping!”. Oke berarti setelah naik bus dari Semarang-Jogja, saya harus cari bus kecil yang kernetnya teriak “Gamping 3x!” trus minta turun di Pom Bensin Ambar Ketawang. Catet *kalem*.
Lama
menunggu, akhirnya Mas2 Gojek pun datang. Saya pun berpelukan dengan kedua
teman saya, mereka juga mendo’akan agar saya selamat sampai Jogja dan nggak
diculik di terminal. Mereka juga berpesan agar saya segera mengabari kalau
sudah mendapatkan bus yang benar untuk ke Jogja *betapa so sweet dan
perhatiannya merekaaa :3*. Teman saya, si Irma pun juga sudah japri untuk
mengabarinya kalau sudah sampai terminal dan mendapatkan bus. Btw, banyak yang
khawatir saya bakalan ilang di terminal wkwkwkwk. Yasalam…
Sampai
di terminal, saya sedikit bingung ini harus kemana. Saya belum menemukan
secercah cahaya bus bertuliskan nusantara atau Ramayana seperti saran saudara
saya. Ketika berada dalam posisi tersebut, usahakan kita tetap “stay cool”,
jangan panik, tenang, pasang wajah semi judes-santai biar nggak digangguin
orang, meskipun di dalam hati sebenarnya sudah panik nggak karuan.
Saya
pun mengamati situasi sejenak, kemudian mulai bertanya ke mbak2 sebelah.
Ternyata bus arah Jogja berada agak ke dalam, jadi bus yang di depan rata-rata
melayani perjalanan Semarang-Solo. Fiuhh, akhirnya aku menemukan ibu-ibu
berseragam resmi bus Ramayana yang sedang menjual tiket. Ternyata kalau di
terminal sukun, kita harus membeli tiket dulu dari ibu2 yang berseragam resmi
bus Ramayana atau Nusantara. Saya pun membeli tiket seharga 45000 untuk bus
Ramayana karena yang sebentar lagi akan berangkat adalah bus Ramayana. Duuuh,
kaki udah lemes takut salah naik bus.
Alhamdulillah,
akhirnya bus nya datang dan saya pun naik. Petualangan melakukan perjalanan
sendiri Semarang-Jogja via Bus pun dimulai.
Tak lupa saya pun memberikan kabar kepada teman – teman
saya tadi. Di tengah perjalanan pun ada Kakak Kia yang bertanya juga apakah
saya sudah berhasil menemukan bus untuk ke Jogja hahahaha. Terimakasih atas
support nya teman – teman, tanpa Allah dan kalian, saya nggak akan percaya diri
untuk menghadapi ketakutan dalam diri saya ini.
Saya sangat menikmati perjalanan
sendiri ini. View kiri – kanan sangat bagus, ada banyak gunung yang menyapa di
sepanjang perjalanan.
Setelah
hampir 4 jam berada di bus, sampailah di terminal Jombor. Dan… jeng jeng kenapa
nggak ada yang teriak – teriak “Gamping3x!”, yang ada malah kernet bus Ramayana
yang saya tumpangi. Saya tetap “stay cool”, keudian bertanya kepada penumpang
yang saya ingat berada di seberang tempat duduk saya.
Saya
: Pak, kalau mau ke gamping naik bus yang mana ya?
Bapak
: Loh, mbak nya tadi naik bus apa?
Saya
: Ramayana pak
Bapak
: Ooh, mbak nya mbalik ke busnya yang tadi lagi aja.
Saya
: Hah? Ooh, iya pak, terimakasih.
Saya
pun kembali ke bus yang tadi dan bertanya langsung ke kernet nya.
Saya
: Pak, bus yang ke gamping itu mana ya?
Kernet
: mbaknya tadi naik bus Ramayana ini?
Saya
: Iya pak, ini tiketnya.
Kernet
: Walah mbak, ini ikutan shuttle bus nya dari Ramayana gratis, piye to mbak’e
iki hahaha
Saya
: Owalah, saya nggak tahu kalo disediakan dari bus Ramayana pak *ngakak*
Ternyata
dari bus Ramayana yang saya tumpangi sudah menyediakan semacam kendaraan mobil
untuk mengantar penumpangnya ke Jogja yang daerah Gamping, apa sama apa gitu
lupa. Yang masuk di ingatan otak saya cuma Gamping wkwkwk. Tetapi, mobil
tersebut tidak bisa menurunkan persis penumpangnya di tempat yang diinginkan,
jadi saya pun diturunkan di Jalan Ring Road Barat lalu tinggal menyeberang
jalan dan mencari Pom Bensin Ambar Ketawang di kiri jalan.
Saya
berjalan dan berjalan cukup jauh dengan bawaan tas ransel dan tas jinjing.
Sahabat saya, Irma pun menelepon sudah sampai mana. Dan karena akhirnya dia
tahu saya berjalan kaki, akhirnya dia menyuruh saya diam di tempat, jangan
jalan lagi. Karena letak pom bensin ternyata nun jauh di ujung sana, kayaknya
harus pake awan kinton biar bisa nyampe.
Dan
di sinilah titik pertemuan dramatis saya dan sahabat saya, si Irma. Di depan
toko bangunan wkwkwk
Antara
ngakak dan pengen nangis aja, setelah mbulet nggak karuan jalan di pinggir
jalan sampe ditawarin ojek dan dilihatin orang di pinggir jalan hahaha. Ya
Allah… Alhamdulillah, akhirnya kami dipertemukan dengan utuh dan selamat *sujud
syukur*. Kalo di anime mungkin udah kayak adegan Hachi yang akhirnya ketemu
emak ratu lebahnya.
Second
mission accomplished! Sampai di jogja dengan utuh dan selamat.
Sampai
di rumah saudaranya Irma, yaitu Tante Rita dan Om Gatot, saya langsung dikasih
makan dan siap – siap berangkat ke Pasar Sekaten di Alun-alun utara (Altar).
Inilah
suasana pasar malam sekaten di sore hari, karena nanti malam bakalan macet total,
Tante Rita menyarankan untuk datang sore saja. Jadi untuk menyambut maulud nabi
pada tanggal 12 Desember 2016 nanti, Jogja lagi punya gawe, yaitu Pasar Malam
sekaten dimulai dari tanggal 11 November 2016 sampai 11 Desember 2016.
Pintu masuk Pasar Sekaten |
Setelah
itu, kami berkunjung ke Masjid Gedhe Kauman yang berada tak jauh dari lokasi
pasar sekaten. Masjid dibangun oleh Sri Sultan Hamengkubuwono I dengan penghulu
keraton pertama, yaitu Kyai Faqih Ibrahim Diponingrat dan Kyai Wiryokusumo
sebagai arsiteknya. Umurnya Masjid Gedhe Kauman ini sudah mencapai 200 tahun.
Masjid Gedhe Kauman |
Pendopo masjid |
Interior atap |
Interior dalam |
Interior atap 2 |
Bentuk atap lapis 3 |
Halaman samping masjid |
Aksara jawa di depan pintu masuk masjid |
Selain
bangunan utama, terdapat Pagongan yang berfungsi tempat penyimpanan gamelan
sekaten. Saya beruntung karena bisa menyaksikan gamelan di dalam Pagongan
tersebut dimainkan karena bertepatan dengan perayaan sekaten.
Pagongan |
Karena
masih sangat lelah lepas perjalanan Semarang-Jogja, cukup sampai di sini
eksplorasi Jogja, masih ada hari esok yang menanti. Mau kemana kita besok?
Tunggu ceritanya di PETUALANGANSEMARANG-JOGJA part 4.
Posting Komentar