Assalamu’alaikum,
Surabaya.
“Jejak-jejak kebesaran Allah selalu ada di setiap perjalanan yang kita lakukan. Cahaya-Nya selalu muncul bagi hamba-Nya yang percaya akan kekuasaan-Nya. Ya Allah, cerita ini sungguh indah, membuatku selalu bersyukur pada-Mu. Alhamdulillah...”
Jogja hari kedua. Hari ini mau kemana kita???
Kalau
lihat judul pastinya udah tau. Yap, rute hari ini adalah Candi Borobudur dan
Taman Sari. Agak amburadul ya rutenya. Sesungguhnya hari kedua di kota Jogja
ini adalah Candi Borobudur-Candi Sambisari, tetapi karena hujan maka rencana ke
Candi Sambisari batal, diganti ke Taman Sari dan Masjid Sumur Gumuling biar
waktu di Jogja tidak terbuang sia – sia .
Sebelum
berangkat ke Candi Borobudur, kami diajak oleh Tante Rita makan Soto Ayam Pak
Slamet yang katanya sih sering didatangi artis.
Soto Ayam Pak Slamet |
Soto dan makanan pendamping |
Inilah sosok orang tua saya selama di Jogja, Tante Rita (paling belakang) yang jos gandos deh haha |
Setelah
kenyang, kami pun kembali ke rumah sebentar untuk mengambil tas, lalu berangkat
ke Magelang naik motor dan mengandalkan google maps. Bayangkan saja, kita
berdua nggak ngerti Jogja sama sekali. Kalau orang jawa bilang mah, “ngga
ngerti lor kidule Jogja”. Google maps ternyata mengarahkan kami menuju jalur
alternatif Nanggulan-Borobudur. Lagi – lagi medannya naik – turun mendaki
gunung lewati lembah.
Setelah
kira – kira satu jam-an berada di jalanan asing, akhirnya sampai juga di Candi
Borobudur. Setelah 8 tahun yang lalu, ternyata Borobudur sudah berubah banyak.
Harga tiket masuknya 30000. Jangan lupa bawa minum air putih ya. Karena hari
ini adalah hari Minggu, maka penuh dengan wisatawan lokal, terutama pelajar
yang sedang study tour.
Masih
ingat dengan sejarah Candi Borobudur? Ehem saya sudah lupa – lupa ingat hehehe.
Oke, setelah saya baca – baca via google, Candi Borobudur dibangun di masa
dinasti Syailendra pada abad ke-9 saat Raja Samaratungga memerintah. Arsiteknya
bernama Gunadharma. Candi Boronudur merupakan candi terbesar di Indonesia dan
pernah masuk ke dalam 7 kejaiban dunia. Tetapi, saya tidak tahu apakah sampai
saat ini masih masuk ke dalam 7 keajaiban dunia atau tidak. Karena seingat
saya, Candi Borobudur sempat keluar dari 7 keajaiban dunia (CMIIW ya…). Kalau
saya salah mohon diingatkan saja lewat komen atau japri via email.
Karena jalanan naik ke puncak paling atas masih ramai, kami memutuskan untuk mlipir ke bagian samping candi
Entah kenapa outfit kita sama-sama berwarna biru dongker xp |
Getting fierce with black sunglasses haha... |
Naik
ke atas sini butuh perjuangan hahaha, kayak kamu sama aku, iya kamu, naskah
tesis ijo-ku wkwkwk #serrr. Di sekeliling mata terbentang pegunungan mulai dari
merbabu, merapi, sindoro dan sumbing. MasyaAllah, nggak sia – sia motoran ke
sini pake google maps. Rasanya ada kepuasan batin tersendiri bisa ke sini dan memiliki
kesempatan untuk mengagumi keindahan ciptaan-Nya. Karena habis ujan, jadinya
gunung2 di sekitar candi terlihat hijau sekali dan seger di mata. Cuma bisa
berucap syukur berkali – kali. Alhamdulillah… :)
Puas
berfoto dan mengabadikan keindahan alam di sini, kami pun turun dan masuk ke
dalam museum Kapal Samudraraksa yang berada di kompleks candi Borobudur ini.
Museum ini diresmikan pada tahun 2005 oleh Bapak Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono. Tujuan dibangun museum ini adalah untuk mengingatkan kembali
kejayaan nenek moyang bangsa Indonesia yang berhasil mengarungi samudra Hindia
hingga Afrika.
Jadi,
kapal Samudraraksa yang berarti pelindung lautan ini selesai dibangun pada
tahun 2003, lalu digunakan untuk ekspedisi jalur kayu manis :
Jakarta-Madagaskar-Cape Town-Ghana). Para awak kapal pun kembali ke Indonesia
dan menerima penghargaan Satya Lencana dari Presiden Megawati. Kapal
Samudraraksa-nya masih ditinggal di Ghana, baru 7 bulan kemudian dibongkar dan
dirakit kembali di kompleks Candi Borobudur dan dimuseumkan.
Setelah
dari candi Borobudur, kami pun segera kembali menyalakan navigasi google maps
untuk menuju ke candi sambisari dan jeng jeng… Koneksi internet eror dan google
maps ngambek. Si Irma udah panik, saya masih santai mencari sinyal. Setelah
beberapa belas menit, akhirnya koneksi internet sudah kembali ke jalan yang
benar dan jeng jeng lagi, ternyata candi sambisari kalau minggu tutup. Akhirnya
rencana diubah mendadak menuju Taman Sari-Masjid Sumur Gumuling. Kami pun
kembali pulang ke arah Jogja kota melewati jalur alternatif yang tadi.
Satu
jam kemudian, kami sampai di Taman Sari pukul 4 sore dan kami adalah pengunjung
terakhir yang dibolehkan masuk. FYI, semua wisata di jogja rata – rata tutup
jam 3 atau jam 4.
Taman
Sari adalah situs bekas taman atau kebun istana Keraton Ngayogyakarta
Hadiningrat. Lagi –lagi kebun istana ini dibangun pada zaman pemerintahan
Sultan Hamengkubuwono I. Bangunan ini juga sering dikenal sebagai kompleks
pemandian Sultan.
Dibalik
keindahan Taman Sari, terdapat sebuah masjid bawah tanah bernama Sumur
Gumuling. Perjalanan ke masjid bawah tanah itu melewati perkampungan kecil di sekitar Taman Sari
Mural wayang di perjalanan menuju Masjid Sumur Gumuling |
Masjid ini merupakan jejak – jejak islam selama penjajahan Belanda.
Letaknya yang berada di bawah tanah membuat saya merinding, merasakan bagaimana
perjuangan Islam di masa penjajahan dulu. Di dalamnya terdapat banyak lorong-lorong melingkar dan gelap sekali.
Dinding masjid yang sudah tua |
Lorong-lorong di dalam Masjid |
Di
ujung – ujung lorong, terdapat area melingkar yang dihubungkan olah lima
tangga. Tempat ini berfungsi sebagai mimbar untuk berdakwah.
Saya
kembali bersyukur bisa menemukan jejak – jejak Islam sebagai bagian dari
sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Rasanya seperti menemukan cahaya di tengah
gelapnya lorong – lorong di masjid bawah tanah ini.
Sampai
di sini dulu eksplorasi Jogja hari kedua. Besok masih banyak yang seru – seru
lagi di PETUALANGAN SEMARANG-JOGJA part5.
Posting Komentar