Catatan Memori Surabaya : Blusukan Balai Kota Jilid 1
Update:
... menit baca
Dengarkan
Assalamu’alaikum Surabaya.
“Ketika pagi datang, aku
beranikan diri untuk melangkah, menyusuri jejak cerita yang tak terungkap dalam
diam. Ketika senja menyapa, aku beranikan diri untuk menulis, mengabadikan
rangkaian cerita yang tersembunyi dalam bisu. Ketika malam telah turun, aku
beranikan diri untuk berdo’a agar cerita – cerita itu bisa tetap abadi dalam memoar
kota Surabaya. (ARKW) ”
Surabaya adalah
kota kenangan yang tak terlupa. Kenangan perjuangan hidup – mati di tahun empat
lima. Kenangan saat ratusan bahkan ribuan darah telah tertumpah untuk
mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Kira – kira seperti itulah cerita yang
tertuang dalam lagu keroncong berjudul “Surabaya” yang dibawakan oleh Sundari
Soekotjo. Tidak dipungkiri, kota yang mendapat julukan sebagai Kota Pahlawan
ini menyimpan sejarah panjang dalam bagian cerita perjuangan kemerdekaan
Indonesia.
Sampai saat ini pun
masih banyak bangunan – bangunan bersejarah yang berdiri tegak di tengah
perkembangan Surabaya menjadi kota metropolis. Salah satunya adalah Gedung
Balai Kota Surabaya atau dulunya bernama Staadhuis
te Soerabaia. Pada hari kamis, 23 Februari 2017 kemarin, saya bersama
Komunitas Love Suroboyo (ig @lovesuroboyo) mendapat kesempatan untuk blusukan
ke dalam Gedung Balai Kota Surabaya.
Di lantai 1
terdapat lobi resepsionis dan gelar produk beberapa UKM. Kami pun
melanjutkan perjalanan ke lantai 2, menuju ruangan rapat yang didalamnya berisi
ruang kerja walikota beserta wakil walikota.
Naik - naik ke lantai 2
Ruang kerja Walikota Bu @trirismaharini
Ruang kerja wakil Walikota
Ruang tunggu di depan ruang kerja
Ketika berkeliling di
sekitar area lantai 2, Anda akan menemukan gaya arsitektur khas Kolonial
Belanda yang menurut saya mirip dengan gaya arsitektur bangunan Lawang Sewu di
Semarang (bisa baca tentang Lawang Sewu DI SINI). Maklum saja, gedung Balai Kota
Surabaya ini merupakan peninggalan arsitektur Belanda yang mulai dibangun pada
tahun 1923, pada masa jabatan walikota Surabaya kedua, yaitu G.J. Dijkerman.
Lorong koridor lantai 2
Koridor yang mirip arsitektur bangunan Lawang Sewu
Puas berkeliling di
sekitar lantai 2, kami pun diajak untuk melihat bagian rooftop dari Balai Kota
Surabaya yang merupakan saksi sejarah dalam pertempuran 10 November 1945. Untuk
mencapai bagian rooftop, kami harus melewati tangga kecil nan sempit yang
berada di dekat musholla. Setelah itu, kami kembali harus memanjat tangga besi
(siapkan tenaga dan keberanian saat melewati tangga ini).
Tangga besi yang akan melatih otot tangan Anda menjadi lebih tegar menghadapi ganasnya hidup ;)
Di dekat tangga besi
terdapat semacam pintu kayu kecil bertuliskan bahasa Belanda “LEVENSGEVAARLIJK” yang konon artinya
“BERBAHAYA” menurut google translate. Entah apa isinya, kami juga tidak tahu,
karena posisi pintu terkunci dan kami tak berani membuka sembarangan. InsyaAllah
di blusukan part 2 nanti akan kami usut secara tuntas sampai ke akar – akarnya.
Kira - kira apa isi pintu ini dulunya?
Barulah kami sampai
di bagian loteng yang gelap serta pengap. Ada semacam jalan mirip jembatan yang
menghubungkan dua pintu.
Masuk ke bagian loteng
Jembatan kayu di sepanjang loteng
Kondisi dalam loteng
Totalitas tanpa
batassaat blusukan, saya dan beberapa
perempuan lemah lembut lainnya, nekat naik ke atas dengan memanjat tangga besi.
Sampai di atas, bangunan ini memang lebih menyerupai benteng. Terdapat lubang
berbentuk segiempat di sekeliling bangunan. Konon menurut Mas Bagus (ig
@bagus.coret) dan Pak Muchlis (ig @muchlis_son), sesama makhluk Love Suroboyo,
bangunan rooftop tersebut merupakan benteng perlindungan dalam perang 10
November 1945 yang berlangsung di depan Balai Kota.
Meskipun gaya kita bak preman, tapi kita kalem kok aslinya :p
Foto ini diambil dari lubang berbentuk segi empat yang ada di sekeliling rooftop
Foto ini juga diambil dari lubang berbentuk segiempat menggunakan fish eye camera
Ketika saya bertanya, belum ada yang tahu sosok benda yang ada di pinggir rooftop ini berfungsi sebagai apa
Di gedung Balai
Kota Surabaya ini juga terdapat bunker yang dibangun untuk menghadapi perang
dunia II tahun 1939 - 1945. Bunker ini memiliki pintu besi sebanyak dua lapis.
Di dalamnya terdapat dua lorong. Lorong sebelah kiri mengarah ke kediaman Wali
Kota, sedangkan lorong sebelah kanan mengarah ke Gereja Maranatha.
Penampakan bagian depan bunker di Balai Kota Surabaya
Pintu besi bunker
Pintu besi bunker yang berlapis dua
Bagian bunker yang telah dibuka
Bagian dalam bunker
Lorong sebelah kanan yang tembus sampai ke Gereje Maranatha
Sekian catatan
perjalanan Komunitas Love Suroboyo kali ini. Sampai jumpa di blusukan
selanjutnya. Ingin tahu kegiatan komunitas Love Suroboyo, silakan kunjungi ig
@lovesuroboyo atau klik icon Love Surabaya yang ada di sidebar “My Communities”
untuk terhubung ke website Love Suroboyo.
Love Suroboyo :
“Kenali dan Peduli Kotamu”.
Photos by ig :
@anggitaramani, @masih_husni, @dannykansil, @maharani_chan
Special thanks to :
Staff Humas Balai Kota Surabaya, Pak Uglu, Pak Pikser
Assalamu'alaikum, perkenalkan saya Anggita, seorang Ibu Rumah Tangga lulusan Kimia yang punya passion menulis. Saat ini saya bekerja sebagai content creator, co-founder sociopreneur Arek Suroboyo, dan penulis.
Jika ingin kerjasama bisa hubungi email
anggita.ramani@gmail.com
Related Posts
2 komentar
Terimakasih sudah membaca sampai akhir :) Mohon tidak meninggalkan link hidup di komentar.
Setahu saya bisa ikutan tour bis SHT yang disediakan oleh House of Sampoerna di weekend pada jam 9 pagi dan jam 3 sore, tapi mungkin cuma ke bunkernya saja hehehe.... Coba buka websitenya http://houseofsampoerna.museum/e_sht_main.htm Atau mungkin bisa ikutan komunitas Love Suroboyo angkatan 3 nanti *sedikit promosi* hahaha
2 komentar
Atau mungkin bisa ikutan komunitas Love Suroboyo angkatan 3 nanti *sedikit promosi* hahaha