Assalamu'alaikum, Surabaya
“Pendidikan adalah senjata paling ampuh yang bisa digunakan untuk mengubah dunia.” Begitulah kata – kata dari seorang presiden kulit hitam pertama di Afrika Selatan, yaitu Madiba atau lebih dikenal dengan nama Nelson Mandela. Jika pendidikan bisa digunakan untuk mengubah dunia, maka bukanlah hal yang sulit menggunakan pendidikan terhadap masyarakat, sebagai senjata untuk restorasi sungai Citarum.
Sungai Citarum saat ini sedang tercemar
berat. Rendahnya tingkat kesadaran masyarakat sekitar sungai Citarum menjadi
salah satu penyumbang utama limbah domestik, kotoran ternak atau manusia yang
bebas meluncur ke dalam aliran sungai Citarum. Selain itu, terdapat 500 pabrik
yang beroperasi di sepanjang DAS (Daerah Aliran Sungai) dan sebanyak 80% pabrik
membuang limbah secara langsung ke sungai Citarum (Greenpeace Indonesia, 2018).
Bahkan pada tahun 2013 lampau, sungai Citarum mendapat predikat sebagai salah
satu sungai paling tercemar di dunia berdasarkan dua organisasi lingkungan
paling berpengaruh di dunia, Green Cross
of Switzerland dan The Blacksmith
Institute. Pada daftar tersebut, sungai Citarum disandingkan dengan lokasi
paling tercemar dan beracun di dunia seperti Chernobyl yang masih tercemar
radioaktif dari ledakan nuklir dari tahun 1986. Pada laporan Blacksmith, sungai Citarum mengandung
polutan kimia berupa logam timah, mangan, aluminium serta konsentrat besi lebih
tinggi dari angka rata – rata dunia (tempo.co, 2013).
Di sisi lain, sungai terpanjang
sekaligus terlebar di Jawa Barat ini sebenarnya memiliki banyak manfaat dan
potensi yang sebenarnya bisa dikembangkan. Sebagai contoh, sungai Citarum telah
menghidupi 28 juta masyarakat melalui suplai air untuk air minum, listrik,
irigasi, peternakan dan industri. Berdasarkan informasi tersebut, sungai
Citarum sangat berpotensi sebagai sumber energi ramah lingkungan di masa depan.
Hanya saja, cukup disayangkan bahwa belum ada kontrol yang terstruktur dari
masyarakat terkait pemanfaatan potensi sungai Citarum untuk masa depan,
sehingga masih banyak dampak negatif yang didapatkan akibat perilaku masyarakat
itu sendiri.
Berbagai upaya telah dilakukan
pemerintah untuk restorasi sungai Citarum yang juga melibatkan masyarakat dalam
perubahan pola pikir, sikap dan perilaku untuk menjaga lingkungan seperti
program Kampung Berbudaya lingkungan (Eco
Village) yang dicanangkan oleh Dinas Lingkungan Hidup Propinsi Jawa Barat. Tak
berhenti sampai di situ, pemerintah kabupaten Bandung Barat juga mencanangkan
program Citarum BESTARI (Bersih, Indah, Sehat dan Lestari) dilandasi PERGUB 78
tahun 2005 sebagai upaya penanggulangan Sungai Citarum. Program tersebut tak
main – main karena bernilai fantastis
sebesar 6,36 M. Pada program Citarum BESTARI, semua elemen masyarakat dibantu
oleh kepolisian dan TNI AD terjun langsung melalui kegiatan penghijauan,
penanggulangan sampah dan pengendalian pencemaran limbah pabrik (Widyasari,
2017 dan jabarprov.go.id, 2018).
Sayangnya, hasil yang didapatkan masih
belum memberikan dampak signifikan bagi sungai Citarum. Hanya terjadi perubahan
fisik, yaitu bau air sungai yang tidak lagi menyengat. Belum ada benang merah
yang kuat antara pemerintah, peneliti dan masyarakat dalam pelaksanaan berbagai
program pemerintah. Minimnya publikasi tentang teknologi yang telah diciptakan
untuk restorasi Citarum dan informasi tentang potensi sungai Citarum,
menyebabkan masyarakat masih belum sadar sepenuhnya untuk menjaga kebersihan
sungai Citarum. Ditambah lagi, menurut kepala Pappiptek LIPI Trina Fizzanty, sebanyak
54% masyarakat indonesia masih memiliki pemahaman serta akses informasi yang
rendah tehadap ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal itu bisa menjadi salah satu
penyebab rendahnya kesadaran masyarakat untuk turut berpartisipasi aktif dalam
upaya restorasi sungai Citarum.
Pada tahun 2018, pemerintah Indonesia
turun tangan dengan mencanangkan Program Citarum Harum, suatu langkah untuk
mengembalikan Citarum menjadi sungai yang bersih, bebas pencemaran dalam 7
tahun. Salah satu solusi sederhana untuk mendukung program Citarum Harum, namun
juga bisa berdampak panjang untuk mengatasi masalah tersebut adalah melakukan
edukasi masyarakat sekitar Citarum. Menurut penelitian yang dilakukan oleh
Widyasari (2017), tingkat pendidikan dan pemahaman adalah salah satu faktor
yang paling berpengaruh terhadap perilaku masyarakat bersih lingkungan di
sekitar sungai Citarum. Sebesar Sehingga edukasi dapat dijadikan salah satu
sarana ampuh untuk restorasi sungai Citarum di masa depan, dengan membentuk
perilaku masyarakat yang sadar ilmu pengetahuan dan teknologi, sadar bersih
lingkungan dan sadar potensi sekitar.
Edukasi dilakukan melalui pembentukan
kader pemuda ‘Arjuna-Srikandi Citarum’. Tujuan edukasi ini adalah membentuk perilaku
masyarakat sekitar sungai Citarum yang sadar terhadap perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi restorasi sungai Citarum, sadar lingkungan bersih dan sadar
pemanfaatan potensi dari sungai Citarum di masa depan. Para pemuda yang
tergabung dalam Arjuna – Srikandi Citarum tersebut akan terus melakukan
pembentukan kader baru dari generasi ke generasi, membentuk sistem edukasi yang
terus berlanjut di masa depan. Sistem edukasi yang digunakan dalam kader
‘Arjuna – Srikandi Citarum’ dapat dilihat pada infografis berikut ini (Gambar
3). Secara garis besar, program kader Arjuna – Srikandi Citarum terbagi menjadi
5 tahap :
- Tahap pembentukan kader awal Arjuna – Srikandi
- Tahap pendampingan kelompok masyarakat
- Tahap pembentukan perilaku masyarakat sadar iptek, lingkungan dan potensi Citarum.
- Tahap pengembangan sistem restorasi Citarum di DAS Citarum
- Tahap keberlanjutan program
Pada tahap pertama akan dilakukan
pembentukan kader ‘Arjuna – Srikandi Citarum’. Sebagai langkah awal, para
pemuda calon Arjuna dan Srikandi sungai Citarum akan diambil dari beberapa
perguruan tinggi. Para pemuda ini kemudian dibekali pengetahuan tentang
kebijakan Citarum Harum dan pelatihan soft
skill serta hardskill yang
meliputi :
- Pelatihan skill komunikasi
- Workshop tentang IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah)
- Pemberian motivasi untuk inovasi peningkatan potensi Citarum di masa depan
- Pelatihan pembuatan teknologi sederhana untuk peningkatan potensi Citarum seperti penyaringan air, pembuatan biogas dari kotoran hewan atau manusia (Chen dkk., 2010), pembangkit listrik tenaga sampah (Sejati, 2009 dan Marc, 2011), dan lain lain.
Tahap
selanjutnya, para kader harus membagi ilmunya kepada masyarakat melalui
pendampingan terhadap kelompok – kelompok masyarakat di sekitar sungai Citarum
mulai dari tingkat RT, RW, Kelurahan hingga Kecamatan. Pendampingan dilakukan
secara intensif hingga kelompok – kelompok masyarakat di sekitar sungai sudah
paham tentang kebijakan Citarum Harum, teknologi untuk restorasi sungai
Citarum, serta potensi DAS sungai Citarum. Kelompok masyarakat juga sudah harus
bisa mulai mandiri dalam mengolah pemanfaatan serta potensi sungai Citarum
melalui cipta karya sederhana atau produk, menggunakan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang sudah diajarkan.
Kader pemuda
beserta masyarakat yang sudah paham terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi
(iptek) beserta pengetahuan lain tentang manfaat dan potensi Citarum, akan
mencari kader – kader pemuda baru untuk menjaga sistem kader lingkungan yang
telah terbentuk. Proses perekrutan kader Arjuna – Srikandi akan terus berlanjut
dari generasi ke generasi. Dengan adanya keberlanjutan atau regenerasi dari
kader Arjuna – Srikandi Citarum, masyarakat yang lebih sadar iptek serta
potensi Citarum akan terus bertambah.
Saat masyarakat sadar iptek sudah
terbentuk dengan kuat, maka sangat mudah untuk menuntun masyarakat sekitar
Citarum untuk cepat beradaptasi dengan isu iptek mengenai restorasi sungai
citarum secara masif dan struktural. Tahap ketiga dari serangkaian program kader
Arjuna – Srikandi Citarum adalah membantu koordinasi antara perguruan tinggi,
lembaga peneliti, pemerintah, masyarakat sekitar sungai Citarum serta semua
elemen masyarakat lainnya untuk mengimplementasikan suatu sistem teknologi
berkelanjutan pada restorasi sungai Citarum. Teknologi tersebut digunakan untuk
penyaringan air, biogas dari kotoran hewan atau manusia serta sampah untuk
pembangkit listrik.
Tahap terakhir adalah pengembangan
sistem restorasi Citarum. Pada tahap ini akan mengerahkan seluruh elemen
masyarakat untuk membantu masyarakat sekitar DAS Citarum dalam mengembangkan
potensi Citarum untuk membentuk ‘Kampung Hijau Pintar DAS Citarum’. Suatu
kampung dengan perilaku masyarakat yang sadar iptek, lingkungan dan potensi
sungai Citarum sebagai sumber energi ramah lingkungan masa depan. Tiap rumah
dalam kampung itu, diharapkan memiliki teknologi sederhana pengolahan air
limbah rumah tangga lewat penyaringan air, biogas untuk memasak dari kotoran
hewan atau manusia, serta listrik mandiri dari sampah.
Setelah keempat tahap pada program kader
‘Arjuna – Srikandi Citarum’ terpenuhi, maka perilaku sadar iptek, lingkungan
dan potensi dari masyarakat sekitar DAS Citarum akan membuat restorasi sungai
Citarum jauh lebih mudah diterima, diimplementasikan dan dijaga
keberlanjutannya. Lebih jauh lagi, perubahan perilaku masyarakat tersebut dapat
meningkatkan potensi sungai Citarum untuk masa depan. Salah satunya adalah
promosi masyarakat DAS Citarum sebagai ‘Kampung Hijau Pintar DAS Citarum’. Pada
tahap ini, peran para Arjuna dan Srikandi Citarum sebagai ikon sangat
dibutuhkan untuk penggerak pemuda lainnya dari seluruh daerah di Indonesia
untuk turut andil sebagai bagian dalam program Citarum Harum. Peran generasi
muda juga dibutuhkan untuk penyebaran informasi terkait restorasi sungai
Citarum serta program pemerintah bertajuk Citarum Harum ke seluruh pelosok
Indonesia tanpa kecuali.
Langkah akhir adalah menerapkan
keberlanjutan dari perilaku masyarakat sadar iptek, lingkungan dan potensi
Citarum. Pada tahap ini, cukup diadakan evaluasi tahunan oleh seluruh pemuda
kader Arjuna – Srikandi Citarum, bekerja sama dengan pemerintah dan peneliti
terhadap hasil program edukasi masyarakat DAS Citarum berkaitan dengan
signifikansi restorasi sungai Citarum. Hasil evaluasi tahunan dapat digunakan
untuk menyesuaikan metode edukasi untuk persiapan generasi kader Arjuna –
Srikandi Citarum selanjutnya. Sehingga, program edukasi tersebut tidak
berhenti, tetapi tetap berjalan karena terus terjadi regenerasi kader pemuda
untuk mengedukasi masyarakat DAS Citarum.
Pada akhirnya, program edukasi terhadap
masyarakat DAS Citarum melalui kader Arjuna dan Srikandi Citarum akan menjadi
senjata ampuh dalam restorasi sungai Citarum. Perubahan pola pikir, sikap serta
perilaku masyarakat DAS Citarum menjadi lebih sadar iptek, lingkungan dan
potensi Citarum akan membantu pemerintah dalam mendukung program Citarum Harum
secara masif, struktural, dan yang paling penting adalah menjadi solusi
berkelanjutan untuk mencapai DAS Citarum menjadi sumber energi ramah lingkungan
di masa depan.
Referensi :
- Chen, dkk. 2010. Improving conversion of Spartina alterniflora into biogas by co-digestion with cow feces. Fuel Processing Technology, Vol. 91, No. 11. Elsevier : New York.
- Greenpeace Indonesia. 2018. Citarum Nadiku, Mari Rebut Kembali. www.greenpeace.org, diakses pada Minggu, 13 Mei 2018 pukul 12.05
- Miarso, Yusufhadi. 2004. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Kencana : Jakarta.
- Sejati, Kuncoro. 2009. Pengolahan Sampah terpadu. Kanisius : Jakarta.
- Tempo. 2013. Citarum, Sungai Paling Tercemar di Bumi. www.tempo.co , diakses pada Minggu, 13 Mei 2018 pukul 10.20
- Marc, J, dkk. 2011. Waste to Energy. Elsevier : New york.
- Widyasari, Wafa. 2017. Faktor Determinan Partisipasi Masyarakat Dalam Gerakan Citarum Bestari Terhadap Perilaku Masyarakat Bersih Lingkungan. Jurnal Pendidikan Luar Sekolah, Volume 13 , Nomor 2. Universitas Pendidikan Indonesia : Bandung.
Posting Komentar