Assalamu'alaikum, Surabaya!
"Terkadang kita memang harus dihancurkan berkali - kali agar mengerti arti tangguh yang sebenarnya. Seperti senja yang tak menyerah untuk datang kembali setelah pergi untuk sementara. "
― Anggita Ramani
Tahun
2018 telah berlalu, menyisakan kenangan yang terlalu indah untuk
dilupakan, tetapi terlalu sedih untuk dikenang setiap saat. Banyak hal bahagia yang hanya singgah di hidup ini, lalu pergi begitu
saja. Kecewa adalah reaksi yang pasti tanpa bisa dipungkiri. Jika kita percaya, hal bahagia lain pasti
datang lagi esok hari. Seperti senja yang selalu datang dan pergi, lalu datang kembali dengan warna yang tak akan pernah mengecewakan setiap penikmat yang setia menunggu kehadirannya. Seperti itulah semesta mengajarkan bahwa akan selalu ada hal bahagia lainnya yang datang setelah ada hal bahagia yang hilang dari hidup seseorang.
Mengenang tak selamanya menenangkan. Tak apa jika ingin melupakan beberapa kenangan untuk sementara. Suatu saat nanti, kenangan yang ingin dilupakan itu justru akan menjadi tawa hangat yang akan menghibur ketika luka hati sudah sembuh sepenuhnya. Di saat itulah, aku mulai berbagi cerita tentang hidup yang pernah kujalani tanpa ada air mata yang menemani.
Banyak
hal yang hilang, datang kembali, lalu hilang lagi dalam roda
kehidupanku. Banyak juga pelajaran hidup yang aku dapatkan tentang
menjadi tangguh, tentang memaafkan dan tentang memasrahkan hal apa pun
di luar kuasa manusia. Dimulai dengan patahnya hati ketika orang yang
kita sayangi pergi untuk selama - lamanya, patah hati kedua saat ada
anggota keluarga yang memutuskan ikatan silaturrahim hingga patah hati
ketiga kalinya saat dia memutuskan hubungan tanpa pamit. Begitulah awal
tahun 2018 sudah menyambutku dengan gebrakan keras, seakan ingin
membangunkanku dari dunia mimpi.
Aku
terlalu lemah, bermental korban dan tak bisa bersyukur. Begitulah
mereka semua menjustifikasi diriku yang sedang hancur tanpa tahu apa
yang terjadi sebenarnya. Aku tak bisa menyalahkan mereka sepenuhnya.
Mungkin saja memang hal itu yang mereka lihat dari sudut pandang mereka.
Aku pun memilih diam dan memendam semuanya sendirian. Biarlah itu
menjadi urusanku dengan Tuhan.Hari berganti hari, bulan berganti bulan. Sedikit demi sedikit aku mulai berdiri kembali, meskipun terkadang aku kembali jatuh, jatuh dan jatuh lagi. Selalu ada orang yang datang di kehidupanku, tapi selalu berakhir tanpa pamit atau kabar. Ingin rasanya membalas mereka satu per satu agar merasakan sakit yang sama denganku. Jangan tanyakan sudah berapa kali aku jatuh, patah, hancur dan segala macamnya. Aku lupa, bahkan sudah mati rasa. Sisa bulan di tahun 2018 pun kujalani dengan begitu banyak luka, hingga semuanya berubah di penghujung 2018.
"Untuk apa kamu mau membalas semua yang mereka lakukan? Kalau itu memang positif lakukan, tapi apa yang kamu dapatkan kalau sudah membalas? Kamu sama saja dengan orang itu kan? Apa bedanya kamu dengan orang yang kamu benci? Sudahlah, maafkan mereka sepenuhnya."
Beberapa potong pesan singkat dari seseorang kakak, menamparku dengan sangat keras. Saat itu aku sempat marah dengannya. Apa yang ia tahu tentangku? Kenapa ia sama saja dengan orang yang menjustifikasi diriku sesuka hatinya? Aku pun menangis setelah puluhan purnama tak pernah menangis. Kupikir aku sudah benar - benar mati rasa, aku lega ternyata aku belum benar - benar mati rasa.
Aku tak akan menyerah menanti senja kembali datang (sumber : dokumentasi pribadi oleh @rizkiaradisty) |
Aku akhirnya paham apa arti tangguh yang sebenarnya. Bukan tangguh untuk menjadi jahat, tetapi tangguh dalam hal memaafkan, melepaskan dan memasrahkan segala yang terjadi di hidup ini hanya kepada-Nya. Terimakasih 2018, banyak hal bahagia yang direbut atau hilang dari hidupku, tetapi banyak pula hal bahagia yang hadir kembali untuk menggantikan semua yang hilang. Seperti senja yang datang dan pergi, aku juga tak akan pernah menyerah hingga Tuhan memanggilku untuk pulang.
8 komentar
Tulisannya kamu sangat mewakili apa yg aku rasakan
Makasih yaa..