Assalamu'alaikum, Surabaya!
"Kata orang, saat kita melahirkan nanti, kita juga ikut terlahir kembali jadi seorang ibu. Di saat itulah awal kehidupan baru sebagai seorang ibu dimulai. Sebuah babak pembukaan dalam siklus hidup sebagai seorang ibu."
Saat melahirkan bayi ke dunia, nyatanya juga membawa wanita untuk terlahir kembali jadi seorang ibu. Di titik itulah, perilaku wanita bisa jadi sensitif seperti bayi juga. Hal yang sama terjadi padaku. Rasanya aku juga kembali jadi bayi, ikut menangis saat bayi menangis tapi tak kunjung berhenti. Rasanya ingin juga digendong dan dipeluk seperti saat aku melakukan itu ke bayiku. Rasanya nano-nano, campur aduk, entah kata apalagi yang bisa mendeskripsikan perasaanku saat jadi Ibu baru.
Belum juga pulih rasa sakit di sekitar perut bawah karena operasi, aku harus segera menyusui anakku yang terlahir prematur serta BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah). Ternyata, menyusui bukanlah proses alamiah yang semua ibu bisa melakukan. Menyusui pun butuh belajar agar perlekatan bayi ke puting ibu sempurna, sehingga bayi bisa maksimal dalam memerah ASI.
Namun, karena aku lahiran secara mendadak, aku belum mempersiapkan itu semua. Hal yang aku ingat ketika pertama kali menyusui rasanya ingin menangis tapi aku tak bisa. Yups, awal kehidupan baruku saat jadi ibu dipenuhi dengan tangisan. Entah itu karena lelah, tangisan bayi, dan lain-lain. Mungkin aku terkena baby blues saat itu, tapi aku tak sadar. Orang lagi sakit mental mana ada yang sadar kan ya. Baru ngeh kalau pernah terkena baby blues pun ketika mentalnya sudah kembali sehat.
Foto : dokpri, desain : Canva |
Bagiku, hamil dan melahirkan adalah dua perkara yang sangat jauh berbeda. Saat hamil pertama kali, rasanya seperti jadi ratu selama 8 bulan. Bagaimana tidak, hampir segala macam permintaanku saat hamil dituruti oleh suami maupun ibu kandungku. Mau tidur kapan pun bebas, sebab bumil butuh banyak istirahat. Makanan pun harus bergizi karena janin butuh banyak nutrisi.
Dan...
Semuanya berubah setelah melahirkan. Babak pembukaan dalam drama kehidupan seorang ibu pun dimulai. Aku sempat kaget dan tidak siap menerima itu semua. Kehidupanku jadi berubah total dari yang biasanya aktif bersosialisasi sana-sini, jadi harus lebih banyak diam di rumah sembari mengurus bayi. Banyak ilmu baru yang harus aku pelajari untuk masa depan anakku mulai dari hal sederhana seperti mengganti popok, memandikan, menggendong, hingga hal rumit seperti MPASI, tumbuh kembang, kurikulum pendidikan, dan lain-lain.
Lambat laun aku semakin menikmati kehidupan baruku sebagai seorang Ibu. Dari yang awalnya aku baby blues dan ingin kembali bekerja saja, hingga sekarang lebih mantap merawat anak di rumah sambil cari pekerjaan lepas yang bisa aku kerjakan di rumah. Di saat itulah aku sadar, ada sebagian 'aku' di dalam tubuh bayiku. Ada sebagian kehidupanku yang juga hidup di dalam tubuh bayiku dan aku harus menjaganya.
Seperti itu kira-kira pengalamanku menjalani awal kehidupan baru sebagai seorang Ibu. Jangan takut untuk jadi Ibu setelah membaca ceritaku,ya. Aku ada beberapa tips persiapan jadi Ibu, nih.
1. Belajar Teknik Menyusui
Menyusui punya banyak sekali manfaat bagi ibu dan bayi. Selain bisa menguatkan bonding, menyusui juga bisa menurunkan resiko ibu dari penyakit seperti kanker payudara. Selain itu, ASI atau sering juga disebut 'cairan Illahi', punya segudang keajaiban dan manfaat bagi bayi, salah satunya membentuk imunitas tubuh.
Desain : Canva |
ASI akan otomatis membentuk antibodi ketika bayi sakit karena ASI berisi sel hidup. Salah satu penelitian saat pandemi tentang keajaiban ASI adalah ditemukannya antibodi COVID di dalam ASI seorang ibu yang positif COVID.
Maka, sebisa mungkin persiapkan pengetahuan tentang ASI sedini mungkin bersama suami. Di sini suami juga memegang peranan penting sebagai bentuk support system agar sang istri sukses menyusui selama 2 tahun.Cari referensi seminar atau cari influencer yang membahas tentang cara menyusui. Beberapa influencer yang menjelaskan cara menyusui rekomendasi saya adalah @olevelove, @anisyacahya, dan @id_ayahasi.
2. Pahami Perkembangan 1000 HPK
1000 HPK (Hari Pertama Kehidupan) dihitung sejak bayi masih di kandungan hingga berusia 2 tahun. Kenapa 1000 HPK ini sangat penting? Sebab sekitar 70-80% massa otak akan berkembang di periode ini. Oleh karena itu sangat penting memantau asupan gizi dan nutrisi sejak ibu hamil sampai melahirkan, kemudian berlanjut hingga sang anak berusia 2 tahun.
Di masa 1000 HPK setelah bayi lahir, sebagai ibu, kita harus memberikan yang terbaik mulai dari ASI, MPASI (saat bayi berusia 6 bulan), stimulasi tumbuh kembang, dan perhatikan juga tumbuh kembang anak beserta red flag nya. Aku tahu perkembangan anak itu berbeda, tapi tiap milestone tumbuh kembang anak, ada red flag yang harus diwaspadai. Misalkan saja, anak harus sudah bisa berjalan tanpa bantuan maksimal di usia 18 bulan. Nah, jika lebih dari itu, harus konsultasi ke DSA untuk memastikan tidak ada masalah.
3. Pelajari Teknik Menggendong
Bayi itu hidup di dalam perut kita selama 9 bulan. Selama itu pula, ia terbiasa mendengar detak jantung, aliran darah kita, bunyi usus kita yang bergerak, dan segala macam suara yang ada di sekitarnya. Ketika bayi lahir ke dunia, otomatis dia bakal kaget, dong, "kemana suara-suara yang biasanya menemaniku selama ini?". Oleh karena itu, mendekapkan bayi ke dada ibu adalah salah satu cara dia bisa kembali mendengar suara-suara yang selama 9 bulan menemaninya.
Foto: dokpri, desain: Canva |
Salah satu teknik menggendong yang mendukung bayi agar seperti didekap di kandungan adalah teknik menggendong m-shape. Teknik ini sudah bisa dipakai sejak bayi lahir. Bisa pakai jarik atau beli gendongan instan SSC yang sudah tersertifikasi. Salah satu influencer yang mengajari cara gendong bayi rekomendasiku adalah teteh @anisyacahya.
4. Belajar Teknik Parenting
Mendidik seorang anak itu ada seninya. Tak sekadar anak harus nurut, ketika salah dimarahi, harus jadi anak pintar, dan lain-lain. Setiap anak itu diciptakan oleh Allah unik, punya ciri khas sendiri. Jadi, jangan sekali-kali membandingkan anak anda dengan orang lain, ya.
Salah satu teknik parenting yang menurutku wajib dikuasai adalah cara menenangkan bayi atau anak yang tantrum. Kebanyakan ibu baru, termasuk saya, biasanya akan panik saat anak menangis.
"Wah, kenapa ini?"
"Aduh, aku bukan ibu yang baik, ini anak kok nangis terus."
Kira-kira seperti itulah gambaran panik dalam pikiran kebanyakan ibu baru. Sebelumnya pahami dulu bahwa bayi memang kerjaannya kalo ga ngoceh, tertawa, ya menangis. Jadi, menangis itu hal yang wajar untuk bayi, kecuali kalau bayi bisa bicara ya dia bakal bicara keluhannya. Usahakan tetap tenang, tarik napas, coba gendong bayi dengan teknik m-shape. Goyang-goyang untuk menenangkan, bisa juga susui kalau bayi mau.
Itu kalau menenangkan bayi yang menangis, kalau usia balita yang sedang tantrum, tekniknya akan sedikit berbeda. Apakah itu?
Biarkan dia menangis sampai diam sendiri, sambil ditemani dan validasi perasaannya.
Ya, satu-satunya cara menenangkan balita yang sedang tantrum tanpa menggangu efek emosinya di masa depan adalah dengan membiarkan dia mengeluarkan emosi negatifnya sampai puas. Hindarkan barang-barang berbahaya yang ada di sekitarnya. Tetap tenang, jangan sekali-kali mengalihkan perhatiannya agar dia diam. Awal-awal menerapkan ini ke anakku saat tantrum memang sedikit tidak mudah. Ibu baru wajar kalo rasa panik itu masih ada, tapi jangan khawatir, lama-lama juga nanti terbiasa. Jadi kalau anakku sedang tantrum sudah biasa aja gitu, temani dia menangis sambil validasi perasaannya, seperti, "adek marah, ya, tadi dipaksa tidur? Maafin Bunda, ya, Nak."
"Kalau anaknya nangis gulung-gulung di jalan gimana? Kan malu dilihat orang?"
Kalau aku sih sama seperti konsep awal menenangkan anak tantrum. Biarkan saja dia gulung-gulung asal sambil di awasi takutnya ada benda tajam atau apa pun yang berbahaya. Aku temani di pinggir sambil duduk, tapi tidak aku tolong. Nanti dia bakal sadar kalau gulung-gulung di jalan itu bikin badannya sakit, otomatis bakal bangun sendiri, dan lupa kenapa dia tadi menangis.
5. Jadilah Ibu yang Bahagia
Tips terakhir, tapi bukan yang paling akhir dariku adalah jaga kesehatan mental dan jadilah ibu bahagia. Sebab, ibu yang waras dan bahagia akan membuat satu isi rumah juga bahagia, termasuk anak. Sebagai ibu baru kita tidak perlu harus sempurna atau harus seperti ibu A yang waw banget tetap glowing setelah melahirkan, atau seperti ibu B yang bisa bekerja sambil merawat anak, atau seperti ibu C yang jago banget ilmu parentingnya.
Membandingkan diri kita dengan ibu lain itu sama aja dengan meremehkan diri sendiri. Setiap ibu itu merupakan versi terbaik untuk anak-anaknya (bedakan dengan kasus kekerasan pada anak, ya, beda konteks, dan saya tidak bahas itu). Terima dulu diri kita apa adanya. Kalau diri sendiri saja sudah menolak, siapa lagi yang bisa menghargai diri kita lebih baik?
Posting Komentar