Assalamu'alaikum, Surabaya!
Manusia bilang di mana ada kehidupan, di situ ada harapan. Tapi bagiku, ruh yang telah dinasibkan di Lauhul Mahfuz, selama manusia memelihara harapan maka aku akan selalu hidup. (Novel I am Sarahza)
Detak jantungku sempat melemah beberapa kali. Namun, sosok cahaya putih yang selama ini menemaniku di alam rahim, tetap menggenggam erat kedua tanganku. Lagi-lagi, ada kekuatan lain yang membuat jantungku kembali berdetak.
Aku mulai menggerakkan kaki dan tanganku. Samar-samar aku bisa mendengar suara yang biasanya selalu kudengar setiap hari. Aku tak mengerti, tapi aku selalu bisa merasa tenang dan damai.
Cahaya putih itu masih menggenggam tanganku hingga seberkas cahaya putih lain mulai terlihat olehku. Tak lama kemudian, genggaman cahaya putih itu mulai terlepas dari tanganku.
Sesaat sebelum benar-benar melepas tanganku, cahaya putih itu mengingatkanku tentang janji suci kepada Allah yang telah kuucapkan. Janji suci agar selalu beriman kepadaNya. Setelah itu, sosok cahaya putih yang juga disebut dengan malaikat alam rahim itu pergi. Badanku pun terangkat ke arah cahaya putih lain dan aku menangis sangat keras.
Hari ini, tepat di malam nisfu sya'ban, aku dilahirkan ke dunia. Kucoba untuk menatap sekeliling, tapi penglihatanku belum sempurna. Aku hanya bisa mendengar sebuah suara lemah yang sangat kukenal, "Assalamu'alaikum, sayang". Tak lama kemudian, aku kembali mendengar suara adzan merdu dari suara lain yang juga sudah kukenal. Akhirnya aku bertemu dengan penjagaku di dunia, yang selama ini hanya bisa aku lihat dari Lauhul Mahfuz. Assalamu'alaikum, Ayah, Bunda.
(Cerita di atas ditulis berdasarkan kondisi persalinan "dadakanku" saat itu, sekaligus terinspirasi dari novel " I am Sarahza")
Novel I am Sarahza ditulis oleh Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra, yang juga pengarang novel 99 Cahaya di Langit Eropa. Secara singkat, novel ini menceritakan perjuangan Hanum dan Rangga memperoleh keturunan selama 11 tahun. Sepintas seperti cerita klise karena di dunia ini pasti banyak yang punya cerita sama, bahkan lebih dari perjuangan mereka.
Akan tetapi, aku tidak sedang mengadu nasib tentang siapa yang paling hebat dalam perjuangan untuk memiliki keturunan. Novel ini berbeda dari sudut pandang secara umum karena memiliki 3 sudut pandang, yaitu sudut pandang Hanum, Rangga, dan ruh Sarahza. Nah, sudut pandang dari ruh Sarahza inilah yang membuat novel ini berbeda dan mengingatkanku akan kebesaran Allah dalam penciptaan manusia di dalam agamaku (baca: Islam). Selain itu, banyak sekali pelajaran hidup serta pelajaran spiritual yang bisa diambil dari novel ini.
Mengenal Alam Ruh
Sudut pandang Sarahza sebagai ruh calon anak Hanum dan Rangga yang hidup di alam ruh, membuat pembaca turut masuk ke dalam suasana alam ruh. Ruh Sarahza diceritakan dapat melihat segala sesuatu yang dilakukan calon Ayah dan Ibunya dari alam Ruh.
Di dalam ajaran Islam sendiri, Allah SWT telah menciptakan ruh manusia yang dikumpulkan di dalam suatu alam ruh. Allah SWT kemudian akan memerintahkan malaikat Al-Arham untuk meniupkan ruh manusia ke rahim calon ibu ketika berusia 120 hari (HR. Bukhari dan Muslim). Bersamaan dengan itu, Allah SWT juga sertakan takdir rezeki, jodoh, hingga kematian pada si janin.
Perjanjian Suci Ruh dengan Allah
Masih berhubungan dengan alam ruh. Sebenarnya, saat di alam ruh, kita sudah pernah melakukan perjanjian suci dengan Allah SWT untuk selalu beriman kepada-Nya. Perjanjian tersebut abadi dalam Al-Qur'an surah Al A'raf ayat 172.
Dan ingatlah ketika tuhanmu mengeluarkan dari sulbi tulang belakang anak cucu Adam keturunan mereka adalah mengambil kesaksian terhadap roh mereka seraya berfirman "Bukankah Aku ini tuhanmu mereka menjawab betul engkau Tuhan kami kami bersaksi.... (QS Al-A'raf:172)
Ada yang ingat? Tentu saja tidak, sebab sudah fitrah manusia itu makhluk pelupa. Detik saat kita lahir ke dunia itulah, ingatan kita sirna oleh alam dunia. Nanti, Allah akan buka semua ingatan manusia saat berada di pengadilan tertinggiNya, yaitu setelah kiamat.
Man Propose, God Dispose
Manusia boleh berencana, tapi tetap Tuhan yang punya hak untuk mengabulkan atau tidak. Sama dengan alur cerita hidup Hanum Salsabiela Rais. Beliau sangat menginginkan keturunan, tapi Allah baru mengabulkan setelah 11 tahun mereka berjuang.
Tak tanggung-tanggung usaha mereka, mulai dari dokter terkenal di luar negeri yang dipercaya paling ahli dalam hal kesuburan pasangan sampai akhirnya jodoh dokter mereka ada di sebuah klinik di Surabaya. Sebagai pembaca sekaligus wanita, rasanya hati ini ikut sakit sampai memuncak di fase saat Hanum "menantang Tuhan". Luar biasa mengacak-acak semua emosiku, hingga air mata turut mengucur deras.
Perjuangan Seorang Ayah
Satu hal yang membuat novel ini berbeda dari cerita kebanyakan adalah perjuangan seorang Amien Rais dalam menguatkan hati putrinya, serta perjuangan turut serta dalam proses bayi tabung Hanum dan Rangga. Emosional sekali saat beliau dan istrinya rela mengantri di klinik tersebut untuk menanyakan perihal anaknya, hingga istrinya terkena cerebral palsy akibat terlalu lama mengantri di bawah ruang AC.
Aku pribadi juga kagum tentang bagaimana Amien Rais selalu menekankan Hanum hanya Allah penolong segala makhluk. Bahkan, di saat Hanum "marah" kepada Allah, Amien Rais tetap menuntun anaknya agar tak kufur nikmat dan selalu mengingat Allah.
Harta Bukanlah Segalanya
Sebagai manusia biasa, aku kembali diingatkan lewat novel I am Sarahza bahwa harta bukanlah segalanya, terlepas banyak hal yang memang perlu harta. Satu hal yang membuatku tersentil adalah saat Hanum mengatakan rela menukar segala harta, popularitas novel, dan segalanya demi keturunan. It's so sad, padahal banyak orang yang menginginkan harta serta kesuksesan seperti Hanum.
Kenapa Bayi Menangis saat Dilahirkan
Hal unik lain yang aku temukan saat membaca novel Sarahza adalah alasan dibalik kenapa bayi selalu menangis saat dilahirkan, selain jawaban "sudah dari sananya". Jadi, saat bayi akan lahir ke dunia, malaikat rahim yang selama ini menemani di alam rahim akan "melepaskan" kedua tangan janin, lalu mengingatkan sekali lagi janji suci yang sudah diucapkan ruh tersebut di alam ruh. Di saat itulah, janin merasa takut akan hidup di dunia baru, dunia yang tak mereka tahu akankah sama seperti saat berada di alam ruh. Ketika janin sudah keluar di alam dunia, di saat itulah ingatan akan alam ruh serta perjanjian suci hilang, dan menangislah bayi mungil yang masih suci dari dosa.
Impresiku
"Merinding, terharu luar biasa, dan serius novel ini wajib dibeli", itulah impresiku tentang novel I am Sarahza karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra. Tak hanya pelajaran hidup, banyak banget siraman rohani dalam novel ini yang disajikan tanpa kesan menggurui. Banyak juga kisah-kisah yang diambil dalam Al-Qur'an, membuatku ingin mendalami agama lagi secara mendalam. Aku pribadi juga mengungkapkan terima kasih kepada mba Hanum dan suami yang berani untuk menghadirkan kisah perjuangan mereka. Semoga bermanfaat bagi umat dan menjadi alam jariyah bagi mereka. Aamiin.
2 komentar
Sekarang anak - anak sudah mulai masuk masa balita. kita sebagai orang tua kadang lupa dengan masa-masa penantian buah hati dulu. seakan - akan tertutup dengan kesibukan mencari nafkah dan kegaduhan rumah karena anak-anak. Sepertinya benar-benar bisa jadi pengingat untuk para orang tua.
terima kasih review nya ya mba. bagus sekali.
salam kenal