Tak tahu lagi sudah berapa banyak air mata yang dikeluarkan gadis itu di sepanjang perjalanan. Meskipun sebagian wajahnya tertutup oleh masker kain, tetesan air mata terlihat jelas keluar dari kedua mata gadis itu. Begitu banyak luka yang ia simpan sendiri di dalam batin hingga menjadi sampah batin yang harus segera dibuang.
Namun, hatinya masihkah mencengkeram erat semua sampah itu. Baginya sampah itu adalah pengingat akan rasa sakit yang harus is balas tuntas kepada orang yang sudah menghancurkan mimpi serta harapan tulusnya. Orang yang sudah berani bermain-main dengan janji pernikahan, lalu pergi begitu saja tanpa kepastian, dan berakhir dengan kata selesai yang dilayangkan lewat pesan.
Peluit kereta api berteriak kencang, memecahkan keheningan malam di antara para penumpang. Derap roda kereta terdengar menderu di tengah sunyinya malam, ketukannya bagai sihir yang membuat siapa pun ingin memejamkan mata, termasuk si gadis dengan jilbab merah muda. Setelah hampir berjam-jam menangis, akhirnya ia bisa terlelap juga.
Ingin rasanya aku peluk gadis itu dengan erat, membuangkan sampah batinnya saat itu juga, agar hatinya jadi lega. Air matanya terlalu berharga untuk keluar hanya karena sampah itu. Namun, aku tak bisa. Aku hanya bisa melihatnya dalam diam. Sebab gadis itu adalah proyeksi dari masa laluku. Ya, gadis itu adalah 'aku' beberapa tahun yang lalu.
Sampah Batinku
Tak hanya sampah dapur atau berbagai macam sampah yang ada di dunia yang harus dibuang, ternyata di dalam kehidupan ini juga ada sampah batin yang juga harus dibuang. Rasa sakit hati, dendam, iri, benci, dengki adalah bentuk sampah batin yang harus segera dibuang karena tidak ada manfaat serta tidak ada artinya sama sekali untuk tetap disimpan dalam batin.
Perjuanganku membersihkan sampah batin memang tak semudah membuang sampah dapur. Ibaratnya seperti sedang mencengkeram mawar berduri. Mawar itu memang indah, tapi durinya sudah melukai seluruh tangan. Agar tangan tak lagi kesakitan, harusnya aku melepas mawar berduri itu. Sakitnya sementara, tapi akan segera sembuh dengan sendirinya. Seperti itulah kondisi mentalku beberapa tahun yang lalu. Penuh sekali dengan sampah batin, sampai meracuni jiwa dan pikiran.
Lalu, siapakah yang bisa membersihkan sampah batin?
Menurut pendapat suami yang juga seorang hipnoterapis, hanya kita sendiri yang bisa membuang sampah itu. Mau ke ahli terapis paling terkenal seantero dunia pun, kalau diri kita sendiri yang masih menahan sampah tersebut, tidak akan pernah bisa terbuang.
Sama seperti pengalamanku beberapa tahun lalu di dalam postingan Titik Nadir Kedua. Hampir setahun aku lampiaskan rasa sakit hati dengan melakukan perjalanan ke beberapa kota di Indonesia. Entah jadi relawan atau mengabdi di kota kecil sebagai pengajar, yang penting aku bisa sedikit melupakan rasa sakit dengan melakukan kegiatan sosial. Meskipun sudah healing kesana kemari, ternyata menurut suami, aku sendiri yang masih menahan rasa sakit itu secara tidak sadar.
Sebagai contoh, berikut kalimat yang sering aku ucapkan secara tidak sadar ketika ditanya tentang rasa sakit hati:
"Aku sudah coba untuk melupakan, tapi rasa sakit itu masih ada, masih perih rasanya kalau diingat."
Kalimat "tapi rasa sakit itu masih ada" adalah bentuk diriku yang secara tidak sadar menahan rasa sakit itu tetap tinggal dan menjadi sampah batin. Secara tidak sadar aku menganggap sampah batin itu masih ada dan akan terus ada karena pengaruh pikiran bawah sadar itu sangat kuat.
Cara Bersihkan Sampah Batin
Pada buku berjudul Samuel, Samantha, and Me, Sam Brodie bercerita bagaimana sampah batin berupa rasa trauma akibat pelecehan seksual serta penolakan sang Ayah bisa menggiring dia untuk jadi seorang transgender. Dia merasa aman dan nyaman ketika berdandan sebagai seorang wanita. Namun, kisah Sam Brodie berakhir bahagia ketika ia memutuskan untuk memaafkan, melupakan, dan melanjutkan hidup. Ia akhirnya kembali ke fitrahnya sebagai laki-laki, menikah, dan memiliki seorang anak.
Ciri orang yang sudah membuang sampah batin adalah bisa menceritakan segala hal tentang rasa sakit atau pengalaman masa lalu dengan santai atau kadang malah berubah jadi cerita lucu saat diceritakan. Coba tes diri sendiri dengan menceritakan pengalaman duka di masa lalu ke teman atau siapa pun. Kalau kamu masih menangis atau merasakan rasa sesak di dada, coba lakukan beberapa cara yang pernah aku coba untuk membersihkan sampah batin untuk meraih ketenangan batin yang hakiki.
1. Berdoa
"Jangan remehkan kekuatan doa, Allah itu Maha Mendengar," begitu kata-kata Ibu yang selalu aku pegang erat. Langkah awal untuk membersihkan hati dari sampah batin adalah berdoa untuk kedamaian hati kepada Sang Pencipta yang merupakan pemilik sejati hati tiap manusia. Doakan hal baik untuk orang-orang yang menyakitimu atau kalau masih belum ikhlas, minimal doakan diri sendiri agar bisa berdamai. Doa yang sering aku ucapkan setiap selesai sholat saat berusaha untuk membersihkan sampah batin adalah:
"Ya Allah, jika memang ini keputusan yang terbaik untukku, damaikanlah hatiku dengan ketentuanMu."
2. Menangis di Hadapan Tuhan
Menangis di hadapan manusia tidak akan menghilangkan beban dalam hati, menangislah di atas sajadah dalam sujudmu kepada Sang Pencipta. Ada yang berkata bahwa air mata itu juga sebuah doa. Dia akan berjalan sendiri menuju Sang Pencipta untuk menyampaikan apa yang tidak bisa mulut kita sampaikan kepadaNya. Percayalah, kalau sampai Tuhan mengabulkan doa yang dibawa air mata itu, lalu semesta turut berkonspirasi, habislah sudah orang yang pernah menyakiti hatimu itu.
3. Menerima Diri
Legowo, begitu sebuah kata dalam bahasa jawa yang memiliki arti sikap batin untuk menerima suatu keadaan dengan lapang dada. Ada banyak hal yang terjadi di luar kendali sebagai manusia. Oleh karena itu, penting sekali untuk menerima diri bagaimanapun kesalahan yang sudah diperbuat. Menerima diri atau self acceptance ini merupakan kunci untuk bisa membuang sampah batin.
4. Menulis
Kelly (2016) dalam sebuah artikel jurnal internasional tentang kekuatan syukur (the power of gratitude) menyatakan bahwa otak dapat diprogram untuk lebih menyalurkan perasaan bahagia dengan menulis jurnal syukur. Jurnal syukur ini berisi tentang hal sekecil apa pun yang harus disyukuri seperti hal sesederhana bisa menghirup oksigen dengan gratis. Sudah pernah terjadi sebelumnya bahwa oksigen diperebutkan dengan harga mahal saat ledakan kasus COVID tahun lalu.
Selain menulis jurnal syukur, menulis apa pun juga bisa jadi sarana untuk membuang sampah negatif berupa keresahan atau pikiran negatif. Misalkan saja menulis di blog seperti yang sudah aku lakukan. Bisa juga menuliskan kisah sakit hati ke dalam novel atau cerpen agar bisa jadi pembelajaran bagi orang lain.
5. Forgive, Forget, and Go On
Maafkan, lupakan, dan lanjutkan hidup dengan tenang. Terdengar mudah, tapi aku sendiri sering terjegal di bagian melupakan. Ya, aku tahu, melupakan itu bagian tersulit dalam proses membersihkan sampah batin. Namun, dampaknya luar biasa ketika sudah bisa melupakan. Aku merasa lebih kuat dan lebih berharga dibandingkan sebelumnya. Kembali lagi ke awal saat sampah batin diibaratkan dengan mawar berduri, cara paling ampuh ya dengan melepaskan mawar tersebut, daripada tangan harus terluka, dan terus merasakan sakit.
Proses membersihkan sampah batin bukanlah proses instan yang bisa dilakukan dalam hitungan jam. Semuanya butuh proses yang tidak sebentar, sebab lawannya adalah diri sendiri. Menikmati proses adalah kunci. Menangis adalah hal yang wajar, tanda bahwa kamu manusia. Menangislah, menangislah yang banyak sekarang, hingga di masa depan hanya tersisa tawa yang menunggumu.
Kelak, saat batin sudah bersih dari sampah, hidup akan terasa lebih ringan tanpa beban. Kamu akan menikmati bagaimana air mata yang dulu keluar, sekarang berubah jadi tawa yang akan kamu kenang sebagai bagian dari catatan hidup.
Referensi
Kelly, J. D. 2016. Your Best Life: Breaking the Cycle: The Power of Gratitude. Clin Orthop Relat Res. 474(12): 2594–2597.
Brodie, Sam (2013). Samuel, Samantha, and Me. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. ISBN 9786020300252.
Wawancara dengan Moh. Imron Rosyadi, S. psi. Ch.t. Praktisi Hipnoterapi. 2 Maret 2022.
8 komentar
Menerima diri sendiri, maafin dan sayangin diri sendiri. Kadan lupa kalo harus begitu :)