"Kodrat wanita itu cuma ada 3: mens, hamil, dan menyusui. Soal urusan rumah tangga lainnya, itu kewajiban lelaki juga, bukan wanita aja." (Najwa Shihab)
Belakangan ini marak sekali isu kesehatan mental ibu yang diakibatkan karena kelelahan dalam mengurus rumah tangga. Merawat anak, merawat suami, mengurus rumah, seakan jadi tugas wajib yang dibebankan ke istri saja. Padahal, suami juga wajib membantu istri dalam pekerjaan rumah tangga. Akan tetapi, masih banyak lelaki yang tak paham akan hal tersebut. Banyak dari mereka yang masih terbawa stigma kuno bahwa istri itu harus bisa semuanya seperti mengurus anak, suami, dan pekerjaan rumah tangga.
"Kalau seperti itu ceritanya, apa bedanya seorang istri dengan pembantu?"
Oleh karena itu, sangat penting mengajarkan anak lelaki sejak dini tentang tanggung jawab dalam pekerjaan rumah secara dini atau biasa disebut practical life skill. Aku pribadi memakai filosofi Montessori dalam memberikan practical life skill kepada anak lelakiku sesuai Kurikulum Pendidikan Keluarga kami. Selain lebih dekat dengan kehidupan sehari-hari, filosofi Montessori ini lebih mudah diaplikasikan karena tidak menggunakan peralatan Montessori asli, jadi hanya berupa adaptasi metode saja.
Manfaat Practical Life Skill bagi Anak Lelaki
Selain bermain sambil belajar, anak-anak juga perlu diberikan kemampuan sehari-hari atau practical life, terutama untuk anak lelaki. Menurutku pribadi penting untuk menanamkan sejak dini bahwa pekerjaan rumah sehari-hari itu bukan hanya tanggung jawab wanita, tapi juga lelaki. Selain itu, practical life skill juga memiliki banyak manfaat bagi anak lelaki.
Anak Tumbuh Jadi Pribadi Mandiri dan Percaya Diri
Masih ingat tidak dengan cerita Totto-chan yang dompet kesayangannya jatuh di lubang kotoran, lalu Pak Kobayashi mengizinkan Totto-chan untuk mengeluarkan semua kotoran dalam lubang untuk mencari dompet itu? Saat itu Pak Kobayashi hanya berkata, "kalau sudah selesai, kembalikan semua kotorannya kembali, ya?". Totto-chan pun sangat senang dan semangat untuk mencari dompetnya walaupun pada akhirnya ia bertanggung jawab untuk memasukkan kembali kotoran yang ia keluarkan ke dalam lubang itu.
Cuplikan cerita dalam novel berjudul Totto-chan tersebut memberikan pelajaran bahwa anak usia dini juga perlu diberikan kepercayaan diri untuk melakukan practical life, dalam hal ini Totto-chan membersihkan kotoran yang sudah ia keluarkan. Banyak yang bilang bahwa kepercayaan orang dewasa itu mahal harganya, tapi menurut Pak Kobayashi selaku Kepala Sekolah Tomoe memiliki prinsip bahwa rasa percaya diri anak itu juga mahal harganya. Memberikan kepercayaan ke anak usia dini untuk melakukan kegiatan sehari-hari atau practical life skill bisa memberikan dampak positif untuk membangun rasa percaya diri sekaligus pribadi mandiri.
Mendukung Perkembangan Keterampilan Motorik
Area dalam practical life skill yang pertama kali dikenalkan lewat metode Montessori ini erat kaitannya dengan aspek perkembangan motorik anak, baik motorik kasar dan motorik halus. Kegiatan yang berhubungan dengan motorik kasar misalnya duduk, naik-turun tangga, memanjat, dan lain-lain, sedangkan kegiatan yang berhubungan dengan motorik halus misalnya menyendok, mengupas, menuang, dan lain-lain.
Jadi, jangan sepelekan practical life skill karena banyak sekali manfaatnya. Ibu pekerja yang minim waktu dengan anak bisa lo mengajarkan tentang keterampilan sehari-hari saat pulang bekerja atau saat senggang. Misalnya saja mengajarkan menuang air di gelas, mengupas buah, dan lain sebagainya.
Meningkatkan Bonding Anak dan Orang Tua
Membersamai anak dalam mengajarkan practical life bisa jadi ajang untuk bonding time. Tak harus dengan ibu, Ayah pun wajib memberikan pendampingan tentang practical life. Berikan anak perhatian atau reward ketika berhasil melakukan sesuatu dengan pelukan atau mengusap kepalanya dengan cinta. Menurut Mohammad Fauzil Adhim dalam buku Saat Berharga untuk Anak Kita, sebagai orang tua wajib untuk mengisi ruang jiwa anak dengan kasih sayang berupa pelukan, ciuman, atau mengusap kepala mereka dengan penuh cinta selain memberi kasih sayang dalam bentuk materi.
Akan tetapi, jangan berekspektasi tinggi kepada anak dalam melakukan practical life skill. Pasti hasilnya tidak maksimal seperti saat orang dewasa melakukannya. Kuncinya di sini adalah prosesnya, bukan hasil akhir. Tetap berikan reward kepada anak berupa pujian terhadap prosesnya. Hal ini tentu akan meningkatkan bonding antara orang tua dan anak.
Memupuk Rasa Tanggung Jawab Sejak Dini
Dulu saat masih kecil, pernah nggak sih mikir, "ah enak ya jadi dewasa, bisa melakukan ini-itu tanpa dilarang". Nah, ternyata menurut buku Montessori di Rumah, anak kecil memang cenderung ingin melakukan sesuatu seperti orang dewasa. Memberi anak kesempatan untuk melakukan kegiatan practical life bisa jadi sarana untuk memperkenalkan konsep tanggung jawab, terutama anak lelaki. Di saat dewasa nanti beban tanggung jawabnya besar saat meminang wanita. Perlu sekali memupuk tanggung jawab sejak kecil agar nantinya dia jadi gentleman yang siaga membantu istrinya dalam melakukan pekerjaan rumah.
Kembali lagi ke cerita Totto-chan tentang dompetnya dan lubang kotoran. Pak Kobayashi sengaja memperkenalkan rasa tanggung jawab kepada Totto-chan atas konsekuensi perbuatannya dalam melakukan kegiatan sehari-hari (dalam hal ini membersihkan kotoran). Sejak saat itu, Totto-chan lebih percaya diri sekaligus paham apa itu tanggung jawab ketika melakukan sesuatu. Dengan demikian, practical life skill penting untuk dasar dalam memahami tanggung jawab sejak dini.
Ide Kegiatan Berdasarkan 4 Area Practical Life dalam Montessori
Pada metode Montessori ada 4 area yang mencakup practical life skill, yaitu keterampilan motorik (development of motor skills), merawat diri (care of self), peduli lingkungan (care of environment) dan hubungan sosial dan tata krama (social grace and courtesy).
1. Keterampilan Motorik (Development of Motor Skills)
Keterampilan motorik atau lebih mudah disebut kontrol gerakan meliputi motorik kasar dan halus. Kegiatan motorik kasar melibatkan otot besar, serta gerakan tubuh yang menggunakan sebagian besar atau seluruh anggota tubuh. Misalnya seperti saat duduk, berlari, memanjat, dan lain-lain. Sementara itu, motorik halus melibatkan otot kecil dan koordinasi mata-tangan (eye-hand coordination). Contohnya seperti saat bermain puzzle, mencorat-coret, menulis, dan lain sebagainya. Berikut ini beberapa ide kegiatan practical life skill berdasarkan filosofi Montessori untuk area keterampilan motorik yang pernah dilakukan oleh si kecil sejak berusia 18 bulan:
Menyendok
Beberapa kegiatan menyendok yang pernah aku ajarkan adalah menyendok beras, bola, dan air.
Memanjat
Si kecil termasuk anak super aktif yang suka eksplorasi. Akhir-akhir ini dia suka memanjat, entah itu mainan atau tangga studio Ayahnya.
Memberi Makan Mainan Binatang
Permainan memasukkan replika makanan ini juga bisa digunakan untuk stimulasi bahasa karena termasuk container play (baca di sini).
Mengupas
Butuh konsentrasi tinggi bagi si kecil yang berusia 2 tahun untuk melakukan hal tersebut. Berawal dari keisenganku untuk membiarkan si kecil untuk mencoba setelah melihatku mengupas telur, ternyata dia bisa dan terlihat senang saat memakan telur hasil kupasannya sendiri.
Setelah itu, dia ketagihan untuk mengupas telur sendiri tiap kali aku membawa telur rebus. Meskipun hasil kupasannya tidak sempurna, tapi dia terlihat senang, dan lebih percaya diri.
Melukis
Kegiatan ini adalah favorit si kecil karena ia bisa bebas berekspresi dengan crayon, cat air, atau spidol. Tiap kali aku berikan kertas gambar, dia selalu semangat untuk mencorat-coret, sampai dinding rumah pun jadi sarana dia berkarya.
Mengambil Minum di Gelas
Di dalam kegiatan sederhana ini, aku ingin mengajarkan si kecil untuk belajar mandiri serta menstimulasi perkembangan motorik kasar dan halus.
2. Peduli Lingkungan (Care of Environment)
Peduli lingkungan baik antar manusia, tanaman, hewan, dan sekitar juga diajarkan dalam metode Montessori. Anak juga perlu diajari bagaimana bisa hidup berdampingan dengan mahluk hidup lainnya. Contoh paling sederhana adalah saat berada di lingkungan rumah. Ajak anak berinteraksi dengan membiarkannya sedikit membantu pekerjaan rumah. Selain itu, ada juga beberapa ide kegiatan practical life dalam area peduli lingkungan:
Menyapu
Ternyata ungkapan anak kecil selalu ingin seperti orang dewasa benar adanya. Contohnya saja si kecil selalu bersemangat untuk membantuku menyapu tiap kali aku memegang sapu.
Menanam Tanaman
Salah satu nilai yang ingin aku tanamkan pada anak secara dini adalah cinta lingkungan. Bumi saat ini sudah sangat rusak, terutama dengan adanya isu perubahan iklim.
Mengecat
Beberapa hari yang lalu saat aku dan suamiku mengecat rumah, si kecil tiba-tiba berlari ke arah kami. Antara penasaran dan ingin terlibat dalam kegiatan rumah, dia terlihat antusias untuk mencoba. (Disclaimer: cat yang kami gunakan adalah cat ramah lingkungan, anti bau, bebas bahan kimia berbahaya, sehingga lebih ramah anak).
Memberi Makan Rusa
Memberi makan binatang bisa jadi sarana untuk memperkenalkan si kecil terhadap interaksi antara manusia dan hewan.
Membuang Sampah
Begini caraku mengenalkan anak sejak dini tentang sampah dan bagaimana memperlakukan sampah yang ia temui di sekitar.
3. Merawat Diri (Care of Self)
Kegiatan dalam area ini memberikan sarana anak supaya bisa mengenal, serta merawat dirinya sendiri. Disamping itu juga mengajari anak tentang pentingnya kebersihan dan kesehatan tubuh. Kegiatan practical life dalam area merawat diri seperti:
Menggosok Gigi
Saat mengajarkan cara menggosok gigi, bisa dengan alat peraga atau mencontohkan secara langsung.
Mencuci Tangan
Selama pandemi, aku selalu membiasakan si kecil cuci tangan. Berawal dari si kecil yang selalu aku ajak saat aku dan suami cuci tangan, akhirnya jadi kebiasaan.
Merekatkan dan Melepas Velcro
Kegiatan ini bisa dijadikan pondasi utama untuk si kecil bisa membuka atau menutup kancing bajunya sendiri.
4. Hubungan Sosial dan Tata Krama (Social Grace and Courtesy)
Pada area hubungan sosial dan tata krama, practical life skill yang bisa diajarkan kepada anak bisa meliputi kebiasaan tata krama sederhana di lingkungan sekitar. Misalnya saja membiasakan anak untuk mengucapkan terima kasih, menyapa, atau permisi saat berinteraksi dengan orang lain. Kebiasaan tersebut tidak bisa hanya diajarkan, tapi juga butuh pembiasaan. Beberapa kegiatan practical life skill dalam area hubungan sosial dan tata krama yang aku terapkan ke anakku:
Salim (Mencium Tangan Orang Tua)
Setiap pagi sebelum sang Ayah berangkat, si kecil selalu aku biasakan untuk mencium tangan Ayah.
Mengetuk Pintu yang Tertutup
Saat melihat pintu yang tertutup, aku biasakan dia untuk mengetuk pintu, dan mengucap salam.
Minta Tolong
Meskipun belum sepenuhnya dilakukan, tapi aku biasakan untuk sounding kata "tolong" tiap kali si kecil membutuhkan sesuatu.
Yuk, Siapkan Anak Lelaki Mandiri Sejak Dini
Mengajarkan practical life skill atau keterampilan hidup sehari-hari pada anak sangat penting dimulai sejak usia dini. Meskipun dalam praktek Montessori diajarkan kepada anak mulai usia 2 tahun, tapi aku sengaja memulai stimulasi practical life skill sejak si kecil berusia 18 bulan. Pada rentang usia 0-6 tahun merupakan periode emas anak yang sayang untuk dilewatkan. Oleh karena itu, menanamkan kemandirian lewat practical life skill kepada anak lelaki bisa dimulai sejak dini sebagai bekal saat dewasa nanti. Menurutku orang tua punya tanggung jawab untuk membentuk karakter anak lelaki agar punya tanggung jawab terhadap terhadap pekerjaan rumah tangga.
Hal yang harus diperhatikan saat melakukan kegiatan practical life adalah pengawasan yang ketat dari orang tua, serta observasi terhadap sang anak. Sebab, pada dasarnya metode Montessori menggunakan prinsip "follow the child". Akan tetapi, "follow the child" yang dilakukan harus disertai dengan pengamatan mendalam terhadap anak, bukan sekadar mengikuti alur si kecil.
Referensi
Buku "Jatuh Hati pada Montessori" karya Vidya Dwina Paramita
Buku "Islamic Montessori Inspired Activity" karya Zahra Zahira
Buku "Montessori di Rumah" karya Elvina Lim Santoso
18 komentar
Melatih kemandirian anak bisa dimulai sejak dini ya mbak
Dengan melakukan kegiatan praticall skill seperti ini
Padahal itu salah ya.
Mereka gak mikir anakku, kenapa mereka yg repot ?
Bisa dicontoh nih idenya
Saya juga sependapat menyiapkan anak dengan practical life penting baik buat perempuan maupun laki-laki. Anak laki-laki juga bisa survive saat ini tinggal sendiri dan kelak ketika berumah tangga bisa bahu membahu mengerjakan pekerjaan rumah tangga bersama istri
Bagusss banget mbaa, menyemangati dan menginspirasi utk mendidik anak supaya mandiri.