Kasus pelecehan seksual yang sedang marak terjadi menjadi PR besar bagi orang tua akhir zaman untuk bentengi anak dari pelecehan seksual. Kita tidak bisa mengontrol pikiran atau terus bersama anak selama 24 jam penuh. Satu-satunya cara yang bisa dilakukan adalah memberikan "vaksin spesial" dari orang tua untuk meminimalisir terjadinya pelecehan seksual."
Pagi itu salah satu anak tetangga kos belakang rumah yang kadang suka bermain bersama anakku tiba-tiba izin untuk masuk ke ruang depan rumahku yang sedang terbuka. Wajahnya tampak ketakutan.
"Mbak, aku masuk sini dulu, ya?" kata F, si gadis kecil tetanggaku yang kini menginjak kelas 5 SD.
"Boleh, sini mbak sekalian main sama adek," sahutku sambil mempersilahkan si F masuk, "tumben, udah bangun?"
"Iya, mau beli bubur kacang ijo, tapi takut."
"Lah, takut kenapa?"
"Ada itu lo, bapak X di depan."
"Kenapa bapak X?"
"Takut aku, pernah pegang-pegang dadaku pas beli jajan di Bu Endah."
"Hah! Pegang dada? Itu kan nggak boleh!" Tiba-tiba emosiku memuncak hingga ke ubun-ubun. Berita kasus pelecehan seksual sedang marak-maraknya bertebaran di media sosial. Ini malah terjadi di sekitarku.
"Iya, mbak, dia lo sering pegang anak-anak kecil di sekitar situ."
"Astaghfirullah," ucapku lirih sambil mengulang-ulang kalimat istighfar agar tidak kelepasan melabrak si bapak tanpa bukti yang jelas, "ya sudah, lain kali kalau kamu dipegang-pegang lagi harus berani teriak atau lapor ke bapakmu, ya?"
"Iya, mbak," ucap si F pelan, "mbak, temenin beli bubur di depan, ya, kayaknya bapak X masih di situ."
"Ya, sudah, ayo."
Aku pun menggendong si kecil sambil mengantar si F tetanggaku itu untuk membeli bubur yang sedang berhenti di depan masjid. Tak lupa aku memasang mode wajah judes dengan tingkat waspada level tertinggi untuk mengawasi si bapak X.
Sampai di depan masjid, benar adanya, si bapak X dengan tampang tanpa dosa, dan senyum yang menjijikkan terus mengikuti gerak-gerik si F. Aku pun mengekor di belakang F sambil memelototi balik si bapak X.
Awalnya bapak itu biasa saja tanpa melihatku balik. Mungkin karena aura judesku sedang berada di level tertinggi, akhirnya bapak itu menoleh, dan mendapat sambutan tatapan mataku yang tajam. Tak lama kemudian ia tergopoh menuju ke dalam masjid, pura-pura sibuk membersihkan halaman masjid sambil sesekali melirik ke arahku.
Aku terus mengawasinya hingga si F selesai membeli bubur kacang hijau kesukaannya dan masuk ke dalam kamar kos dengan aman. Jujur sekali rasanya ingin aku labrak saat itu juga, tapi sadar karena aku tidak punya bukti valid. Bisa-bisa malah aku yang dituduh balik mencemarkan nama baik.
Kejadian pagi itu membuatku overthinking terhadap masa depan anakku nanti. Dunia sudah bukan lagi tempat yang ramah bagi anak. Selalu saja ada oknum yang membuat tempat yang harusnya aman bagi anak, jadi tidak aman lagi.
Keresahanku Sebagai Orang Tua di Akhir Zaman
Hidup di akhir zaman yang serba modern dengan penurunan akhlak generasi muda yang semakin menggila, membuatku semakin takut akan masa depan anak. Apakah dia aman saat bermain bersama teman-temannya? Apakah dia aman saat berada di sekolah? Bagaimana aku harus mendidik anak agar selamat di dunia dan akhirat? Bagaimana aku mendidik anak agar selamat dari bahaya pelecehan seksual?
Pertanyaan-pertanyaan itu terus berputar di otakku hingga kadang membuatku tak bisa tidur nyenyak di malam hari. Sudah curhat ke suami tetap saja tidak tenang.
Apalagi saat ini sedang marak kasus-kasus pelecehan seksual yang muncul ke permukaan media sosial. Mulai dari kasus pelecehan seksual yang menimpa anak selebgram yang terjadi di mall, hingga baru-baru ini kasus pelecehan seksual terhadap anak yang disuruh temannya setub*hi kucing lalu direkam oleh teman-temannya yang lain.
Rekaman itu lalu disebar, sang anak pun depresi, dan naasnya sang anak meninggal dunia gara-gara itu. Marah, sakit hati, dan emosi bercampur jadi satu saat membaca kasus terakhir yang sangat viral itu.
Saat si kecil besar nanti, aku tak mungkin 24 jam bersamanya seperti saat masih di kandungan. Lantas, apa yang bisa aku lakukan sebagai orang untuk bentengi anak dari pelecehan seksual di akhir zaman ini?
Kenali Jenis Pelecehan Seksual pada Anak
Berangkat dari segala keresahanku, aku pun ikut beberapa KulWapp atau webinar dengan tema seputar cara bentengi anak dari pelecehan seksual. Pertama-tama sebagai orang tua harus mengenali apa saja jenis pelecehan seksual.
Berdasarkan naskah akademik RUU TPKS yang disusun oleh Komnas Perempuan, tindakan pelecehan seksual merupakan bagian dari kekerasan seksual. Pelecehan seksual bisa menimpa semua golongan seperti laki-laki, perempuan, anak-anak, juga para disabilitas. Berikut beberapa jenis tindakan yang masuk kategori tindakan pelecehan seksual yang umum terjadi.
Siulan atau Catcalling
Dulu saat masih duduk di bangku SMP, aku dan beberapa temanku sering sekali naik angkutan umum saat pulang ke rumah. Pernah suatu ketika, saat turun dari angkutan umum dan berjalan ke arah rumah, sekelompok remaja bersiul-siul manja sambil berkata, "assalamu'alaikum, dek!"
Saat itu aku tak tahu kalau siulan atau lazim disebut catcalling itu masuk ke dalam salah satu tindakan pelecehan seksual. Saat itu aku hanya diam saja sambil mengumpat di dalam hati, lalu komat-kamit baca doa agar orang-orang bermulut jahil itu tak mengikutiku.
Main Mata
Saat aku mengantar si F, aku bisa melihat jelas mata bapak X ini memang seperti jelalatan. Ia juga mencari celah untuk main mata dengan si F sambil senyum-senyum nggak jelas.
Nah, kalau melihat kejadian seperti ini ternyata sudah bisa ditegur karena masuk ke dalam tindakan pelecehan seksual. Bisa juga dengan cara mengalihkan perhatian si bapak X dengan tatapan judes level tertinggi sepertiku, agar si bapak bisa teralihkan dari si F.
Colekan atau Sentuhan di Bagian Tubuh
Masih ingat dengan kasus seorang selebgram yang bagian tubuh spesial anaknya tiba-tiba dicolek oleh lelaki dewasa tak dikenal saat berada di mall? Sang ibu tak terima dan mengejar pelaku hingga dapat, lalu menggelandangnya ke kantor polisi. Sayangnya si pelaku menunjukkan perilaku yang diduga seperti ODGJ.
Saat ini kasusnya sedang ditangguhkan karena pelaku masih diobservasi di Rumah Sakit Jiwa. Entah orang itu murni ada gangguan kejiwaan atau memang sengaja bersikap seperti ODGJ agar lolos jeratan hukum. Dari kasus ini, sang ibu sudah benar melaporkan kejadian itu ke polisi karena colekan atau sentuhan di bagian tubuh merupakan salah satu jenis tindakan pelecehan seksual.
Mempertunjukkan Materi Pornografi dan Keinginan Seksual
Dari kasus anak di Tasikmalaya yang diminta teman sepermainannya untuk melakukan tindakan asusila terhadap hewan, lalu merekamnya juga sebenarnya masuk ke dalam kategori tindakan pelecehan seksual. Apalagi kejadian memalukan tersebut direkam, serta disebarluaskan oleh teman-temannya.
Beberapa contoh tindakan pelecehan seksual lainnya yang masuk ke dalam kategori mempertunjukkan materi pornografi dan keinginan seksual adalah:
- diminta mengirimkan foto/video porno
- pengambilan foto/video tanpa persetujuan
- dikirimkan atau diperlihatkan foto atau video porno
- komentar seksis
- dll.
Pikiran Orang tidak Bisa Dikontrol, Beri Anak "Vaksin" untuk Meminimalisir Pelecehan Seksual
Sebagai seorang ibu saat mendengar, melihat, atau membaca berbagai berita tentang pelecehan seksual terhadap anak tentu rasanya marah, sedih, takut, dan gelisah. Selalu ada keresahan tentang masa depan yang akan dihadapi si kecil kelak. Suatu saat nanti, aku sudah tak bisa lagi membawanya kesana-kemari ke dalam nyamannya gendongan seorang ibu.
Tak hanya itu, aku tak bisa mengontrol pikiran orang lain atau memantau apa yang akan dilakukan orang lain terhadap anakku. Satu-satunya jalan hanya berpasrah kepada Allah dan membekali anak dengan “vaksin spesial” untuk bentengi diri dari pelecehan seksual. Layaknya vaksin dalam imunisasi, meskipun tak memberikan jaminan 100% akan kebal penyakit, tapi meminimalisir efek yang diakibatkan oleh sang virus.
“Vaksin spesial” untuk bentengi anak dari pelecehan seksual ini hanya orang tua yang mampu memberikan, serta mengendalikan. Sebab, pendidikan yang paling efektif bukan pendidikan yang berasal dari sekolah, tapi “pendidikan dalam lingkup rumah”. Mau itu working mom atau full time mom, keduanya tetap bisa memberikan “vaksin spesial” untuk bentengi anak dari pelecehan seksual.
Cara Bentengi Anak dari Pelecehan Seksual dengan "Vaksin Spesial"
Berbagai cara untuk bentengi anak dari pelecehan seksual sudah aku rangkum sedemikian rupa dari berbagai pelatihan, kulwapp, dan webinar yang sudah aku ikuti. Berikut enam cara untuk bentengi anak dari pelecehan seksual dengan “vaksin spesial” orang tua.
1. Doa, doa, dan doa!
Tiada kuasa paling tinggi di alam semesta dibandingkan kuasa Allah SWT. Dia yang menitipkan anak kepada orang tua, hanya Dia pula yang mampu melindungi anak dikala orang tua tak berada di sampingnya.
Oleh karena itu, cara pertama untuk bentengi anak dari pelecehan seksual adalah berdoa dengan penuh keyakinan dan kepasrahan kepada Tuhan Semesta Alam. Bagi yang beragama muslim, sempatkan membaca Al-Ma'tsurat tiap pagi dan petang. Minta perlindungan untuk anak dan keluarga dari segala bentuk hal jahat yang mengancam.
2. Pendidikan Seksual Sejak Dini
Mulai kapan sih pendidikan seksual bisa diajarkan kepada anak? Bagaimana memulainya?" tanyaku saat webinar Pendidikan Seks untuk Anak Usia Dini yang diadakan oleh dr. Pinan.
Pertanyaan tersebut pasti sering lewat di kepala ibu-ibu yang memiliki anak pertama sepertiku. Wajar sekali karena di Indonesia sendiri pendidikan seks kepada anak usia dini masih dianggap tabu. Terbukti dari penyebutan bagian tubuh spesial seperti dada, penis, vagina, atau pantat saja kadang masih dianggap tidak sopan.
Padahal, hal itu penting untuk bentengi anak dari pelecehan seksual. Berdasarkan resume webinar yang aku rangkum sendiri, anak sudah bisa mulai diajarkan pendidikan seks ketika sudah bisa berkomunikasi dua arah. Ajarkan anak pendidikan seks sesuai usianya.
Aku pribadi mulai mengajarkan pendidikan seks kepada si kecil yang berusia 2 tahun karena dia sudah bisa berkomunikasi dua arah. Hal-hal yang aku ajarkan seperti:
- Minta izin saat membuka popok atau membuka baju saat mandi, serta saat harus membersihkan alat kelaminnya. Misalkan, "permisi, Bunda mau buka baju adek dulu, ya?"
- Menyebut alat kelamin sesuai nama aslinya. Misal, "permisi, penisnya mau Bunda bersihkan dulu, ya?"
- Tidak memaksa saat anak tidak mau dicium
3. Jaga Aurat dan Bagian Spesial Anak
Bagi sebagian besar ibu-ibu zaman dahulu, mungkin masih menganggap bahwa anak kecil yang keluar rumah tanpa memakai celana adalah hal yang lucu. Namun, di zaman yang begitu gila ini alangkah baiknya jika tetap memakaikan anak baju yang lengkap (atasan dan bawahan) ketika berada di luar rumah.
Hal ini dilakukan untuk tetap menjaga pandangan orang lain terhadap aurat dan bagian spesial anak. Setidaknya, bagian spesial anak seperti dada, pantat, alat kelamin, dan paha bisa tertutupi.
Aku pribadi pernah melihat salah satu postingan tik tok seorang balita perempuan sedang memakai atasan you can see yang menurutku biasa saja. Badan si balita cantik itu begitu berisi, tapi masih wajar untuk anak seusia dia yang dalam masa pertumbuhan.
Kalian tahu? Ada salah satu lelaki dewasa yang komen kalau si balita terlihat seksi. Sakit sekali bukan otaknya? Kalimat seperti itu sudah masuk tindakan pelecehan seksual, lo. Jadi, menjaga aurat anak dan bagian spesial anak sangag penting di zaman sekarang.
4. Kurangi Posting tentang Anak
Berkaca dari kasus sebelumnya, akan lebih bijak lagi kalau membatasi postingan tentang anak. Kalau pun masih ingin memposting anak, pastikan semua bagian tubuh spesialnya sudah tertutup. Jangan sekali-kali menuliskan informasi privasi seperti nama lengkap, tempat lahir, dan lain sebagainya yang bisa mengundang predator pelecehan anak untuk datang.
5. Jadi Bestie Buat Si Kecil
Mau working mom atau full time mom, usahakan jadi bestie si kecil. Sediakan waktu 15 menit saja per hari untuk bonding time dengan anak nggak perlu 24 jam penuh. Kehadiran Ayah juga sangat penting dalam upaya menjadi bestie buat si kecil. Jangan sampai anak lebih dekat dengan orang lain selain orang tua.
Caranya bisa dengan ajak anak bermain, membacakan buku, atau sekadar mengajak anak menceritakan apa saja yang terjadi hari ini. Beri sugesti anak dengan kalimat positif atau doa setiap anak sudah tidur, tapi belum terlalu lelap. Jadi sekitar 10-15 menit setelah mata anak terpejam. InsyaAllah bisa mendekatkan hati anak dan orang tua.
6. Memilih Teman itu Perlu
Dulu, ibuku sering memberikan nasihat untuk tidak pilih-pilih teman. Akan tetapi, di zaman sekarang memilih teman itu perlu. Bukan berarti memusuhi teman yang memberikan dampak negatif, lebih baik diabaikan atau kalau tidak penting jangan berurusan dengannya.
Di sini peran orang tua adalah sebagai penengah. Jangan sampai mengatur harus berteman dengan siapa. Biarkan anak memilih, tapi tetap arahkan jika menemukan sinyal-sinyal negatif dari teman yang ia pilih.
Tugas Orang Tua tak Hanya Memberikan Uang, Makanan, dan Ilmu Kepada Anak
Selain mencerdaskan otaknya, salah satu bekal yang harus kita berikan kepada anak-anak kita adalah kedekatan emosi yang hangat." Buku Saat Berharga untk Anak Kita
Mengutip penjelasan dari Mohammad Fauzil Adhim dalam buku Saat Berharga untuk Anak Kita di atas, aku sadar bahwa anak tak hanya butuh uang, makanan, atau kepintaran. Lebih dari itu, ada tugas besar yang diamanahkan Allah kepada orang tua untuk menjaga anak agar selamat di dunia dan akhirat.
Salah satu tugas besar itu adalah meluangkan waktu untuk membersamai anak agar anak mempunyai "rumah" untuk berbagi perasaan, serta melindungi anak dari bahaya pelecehan seksual. Kedekatan emosi antara orang tua dan anak bisa jadi "vaksin spesial" yang kuat untuk bentengi anak dari pelecehan seksual.
Semoga anak-anak kita, dan seluruh anak di Indonesia bisa terhindar dari kejahatan pelecehan seksual. Sebagai orang tua kita memang tidak bisa mengontrol atau mengawasi tindakan orang lain terhadap anak. Namun, adanya "vaksin spesial", diharapkan bisa bentengi anak dari pelecehan seksual dan melindungi anak dari bujuk rayu predator seksual.
Referensi
Resume Webinar "Pendidikan Seksual untuk Anak Usia Dini' oleh dr. Pinan
Resume KulWapp "Melindungi Anak dari Pacar-pacaran, Pornografi, Penyimpangan Seksual, dan Pelecehan Seksual" oleh dr. Zhara Vida
Resume Sakeena Exclusive KulWapp "Islamic Sex Education for Toodler" oleh Canun Kamil dan Fufu Elmart
17 komentar
Ngeriiii memamg, dunia udah mau kiamat yak
Banyak banget kasus pelecehan seksual yang korbannya anak anak
Wajib membentengi anak anak agar tdk menjadi korban pelecehan seksual
Ya, media terkadang dengan memberikan judul-judul dengan nada sexiest, kepada tokoh-tokoh wanita. Hukuman bagi pelaku di Indonesia, bagi saya kebanyakan kurang tegas. Perlu ada hukuman yang sangat berat bagi si pelaku, semisal di hukum mati dan disiarkan langsung agar jadi efek jera bagi orang-orang yang berpikiran demikian
Alhamdulillah Kakak berhasil melindungi anak tetangga dari kasus semacam ini. Memang sekarang bikin ngeri.
Terima Kasih Kak.