Ia5K33hce05kVEU1UP8J8DLa01dvV8DSgOffubpV
Bookmark

Indonesia #DaruratPerokokAnak: Varian Rasa Rokok Elektrik Riskan Tarik Konsumen Anak

Suatu ketika saya pernah berdebat panas dengan teman yang berusaha menghentikan kebiasaannya merokok dengan beralih ke rokok elektrik yang memiliki varian rasa seperti buah, permen kopi, dan lain-lain. Saya yang lumayan paham seluk beluk kandungan rokok elektrik karena sedang mengenyam pendidikan di jurusan kimia, berusaha menjelaskan risiko bahaya rokok elektrik padanya. Sementara itu, teman saya bersikukuh kalau rokok elektrik tidak berbahaya karena tidak mengandung tembakau.

Revisi UU 109/2012

"Nggak bahaya lah, rasanya aja lucu-lucu kayak permen atau buah gini?" katanya santai sambil terus menyedot rokok elektrik yang saat itu berbau seperti buah.

"No, no, no! Masih ada nikotinnya lah," ucap saya sedikit kesal, "kalau mau berhenti ngerokok, ya alihkan ke hal lain, makan permen misalnya. Kan sama-sama rasa buah, ya, kan?"

Di tengah perdebatan panas yang cukup menggemaskan, tiba-tiba datang segerombolan anak kecil seusia SD sepertinya. Mereka senggol-senggolan, sepertinya ingin berbicara sesuatu dengan kami.

"Mas," ucap salah satu di antara mereka, "beli rokok rasa buah gitu dimana ya?"

Teman saya mengernyitkan dahi, "buat apa?"

"Ya dicoba lah, Mas, kan rasa buah."

Saya dan teman sama-sama tercengang dalam diam. Tak percaya dengan pikiran anak kecil zaman sekarang. Dari secuil cerita pengalaman pribadi saya tersebut, ada satu benang merah yang bisa ditarik terkait bahaya rokok elektrik untuk anak. Selain emisi asapnya masih mengandung bahan racun yang berbahaya bagi anak, varian rasa-rasa yang disediakan produsen riskan menarik rasa penasaran anak kecil untuk mencoba.

Disamping itu, gempuran iklan atau konten rokok elektrik di media sosial begitu mudah diakses oleh anak. Hadirnya e-commerce juga menambah kemudahan anak untuk membeli. Hal ini pula yang jadi salah satu alasan Indonesia sudah jadi negara #DaruratPerokokAnak.

Bagaimana upaya pemerintah dalam menekan angka perokok anak? Apa yang bisa kita lakukan untuk melindungi anak dari ancaman baru rokok elektrik yang saat ini regulasinya di Indonesia masih belum jelas dibandingkan rokok tembakau?


Fakta Rokok Elektrik: Diam-diam Menghanyutkan

Rokok elektrik pada mulanya ditemukan oleh seorang apoteker di China dengan tujuan awal untuk mengurangi asap rokok. Banyak yang masih belum paham risiko kandungan nikotin dan bahan kimia lainnya dalam rokok elektrik. Banyak pula yang masih menganggap rokok elektrik lebih "sehat" daripada rokok konvensional.

Padahal, Kementerian Kesehatan pun sudah memberikan pernyataan lewat laman resmi Kemenkes bahwa rokok elektrik sama berbahayanya dengan rokok konvensional karena masih mengandung nikotin dan zat perasa yang masih masuk ke dalam golongan zat beracun. Meskipun sudah ada beberapa produsen rokok elektrik yang klaim produknya bebas nikotin, nyatanya setelah diuji laboratorium masih terdapat nikotin dalam jumlah kecil (Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat, 2021).

Kandungan Bahan

Rokok elektrik atau vape (vaporizer) merupakan rokok dengan sistem pembakaran cairan (liquid) berbasis elektrik yang merupakan pelarut dari nikotin. Berdasarkan data dari American Cancer Society, American Lungs Society, dan berbagai penelitian (Margham, 2016; Goniewicz, 2018; Cunningham,2020), rokok elektrik mengandung berbagai zat kimia seperti:

  • Nikotin: salah satu jenis zat adiktif yang mengakibatkan tubuh kecanduan, bahkan merusak otak.
  • Diasetil: senyawa pemberi rasa buah, coklat, dll. dalam rokok elektrik.Pemicu terjadinya peradangan pada bronkiolus atau dikenal dengan penyakit langka popcorn lung atau nama lainnya bronchiolitis obliterans.
  • Logam berat: logam berat yang disinyalir terdapat dari sebagian besar rokok elektrik adalah nikel, kadmium, dan timah. Logam berat dapat menimbulkan permasalahan kesehatan yang serius, bahkan bisa mengakibatkan kecacatan genetika.
  • Volatile Organic Compounds (VOCs): senyawa organik yang mudah menguap dan masuk ke dalam pernapasan.
  • TSNA (Tobacco Spesific Nitrosamine) : substansi karsinogenik atau senyawa pemicu kanker yang dihasilkan oleh nikotin dan alkaloid turunan tembakau.
  • Propilen Glikol (PEG): pelarut nikotin dalam rokok elektrik dan merupakan senyawa karsinogenik pemicu kanker.

Indonesia darurat perokok anak

Racun yang Terdeteksi dalam Aerosol Hasil Hisapan Rokok Elektrik

Rokok elektrik atau vape saat dihisap tidak menghasilkan asap seperti rokok konvensional, tetapi menghasilkan uap rokok yang mengandung beberapa senyawa racun. Senyawa racun ini sifatnya iritatif terhadap saluran pernapasan. Hasil penelitian dari Cunningham (2020) dan Margham (2016) menyebutkan bahwa uap hasil hisapan rokok elektrik mengandung tingkat racun sekitar 82-99% lebih rendah dibandingkan rokok konvensional.

Meskipun begitu, kandungan senyawa racun dengan risiko jangka panjang untuk kesehatan tetap bisa mengintai anak yang berada di lingkungan perokok rokok elektrik. Senyawa racun berbahaya yang disinyalir hadir dalam uap rokok elektrik seperti:

  • Dietilen Glikol (DEG): pemicu gagal ginjal
  • Diasetil: bersifat karsinogenik, pemicu kanker
  • Karbonil: bisa menyebabkan kerusakan DNA
  • Nikotin: bisa terserap melalui kulit, terhirup secara langsung, dan sisa senyawa yang menempel pada tubuh perokok.

Risiko untuk Kesehatan Jangka Panjang

Meskipun rokok elektrik dianggap lebih tidak berbahaya dibandingkan rokok konvensional, tapi risiko untuk kesehatan jangka panjang tetap ada. Jadi, dampaknya tidak langsung terasa seperti rokok konvensional, tetapi akan dirasakan di masa depan.

Tengok saja senyawa beracun yang masih terdapat dalam uap rokok elektrik seperti nikotin, diasetil, DEG, dan karbonil. Berikut beberapa potensi risiko kesehatan jangka panjang, terutama bagi anak yang terpapar uap rokok elektrik.

1. Keracunan Nikotin

Berdasarkan data pada penelitian Journal of The American Academy of Pediatrics, kasus keracunan nikotin akibat terpapar aerosol dari rokok elektrik lebih banyak terjadi pada anak di bawah usia 6 tahun. Sebab aerosol rokok elektrik yang mengandung nikotin bisa masuk lewat pernapasan, kulit, dan benda sekitar yang juga terpapar aerosol rokok elektrik.

2. Merusak Perkembangan Otak Anak

Aerosol ultra halus dari kegiatan menghisap rokok elektrik mengandung konsentrasi nikotin sangat tinggi. Jika aerosol ini terhirup anak, bisa merusak perkembangan otak anak. Terutama fungsi otak yang berkaitan dengan kontrol impuls, fokus, dan suasana hati.

3. Meningkatkan Risiko Kanker

Sudah jelas sekali bahwa kandungan rokok elektrik, maupun aerosol ultra halus hasil hisapan rokok elektrik mengandung senyawa toksik yang bersifat karsinogen. Senyawa yang bersifat karsinogen bisa meningkatkan risiko kanker, baik pada pengguna rokok elektrik maupun anak yang terpapar aerosol dari rokok elektrik.

4. Meningkatkan Risiko Penyakit Pada Pernapasan

Kandungan senyawa toksik dalam rokok elektrik bisa meningkatkan risiko kerusakan organ paru, bahkan kanker paru. Selain itu juga bisa memicu gangguan saluran pernapasan seperti sesak napas dan asma.

5. Mengganggu Kecerdasan dan Tumbuh Kembang Anak

Potensi otak yang rusak akibat terpapar konsentrasi nikotin yang tinggi dari rokok elektrik tentunya juga akan menganggu kecerdasan anak. Selain itu, juga bisa mengganggu tumbuh kembang anak seperti cenderung impulsif dan sulit beradaptasi dengan lingkungan akibat fungsi otak yang “diganggu” oleh nikotin.

Indonesia darurat perokok anak

Indonesia #DaruratPerokokAnak: Varian Rasa Rokok Elektrik Riskan Pikat Anak untuk Coba, Dikira Aman

Prediksi mengejutkan dari Bappenas (Badan Pembangunan Nasional) menyatakan bahwa angka perokok anak di Indonesia akan mencapai 16% di 2030 jika pemerintah tak segera menerapkan kebijakan yang tegas tentang melindungi anak dari jerat industri rokok. Selain itu, pemerintah juga perlu menegaskan regulasi rokok elektrik yang ternyata memiliki potensi bahaya yang cukup besar bagi kesehatan, kecerdasan, dan tumbuh kembang anak di masa depan.

Lewat beberapa webinar tentang bahaya rokok yang saya ikuti, ternyata banyak temuan nyata di lapangan tentang rokok konvensional dan rokok elektrik yang masih bisa menggapai konsumen anak di bawah umur, bahkan sudah sampai tingkat SD.

Fakta di Lapangan

Cerita ini berawal saat tiba-tiba ada paket datang ke rumah berisi rokok elektrik atas nama adik saya yang masih kelas 5 SD”, tutur Mbak U, salah satu narasumber yang diundang dalam sesi Webinar Sambut Hari Anak Nasional yang diadakan oleh yayasan Lentera Anak.

Mbak U pun melanjutkan ceritanya, “setelah ditanya, adik saya menjawab bahwa paket itu titipan bapak temannya yang alamat rumahnya sulit dijangkau ekspedisi. Bulan berikutnya datang lagi paket berisi cairan rokok elektrik dengan berbagai rasa buah, coklat, dan permen atas nama adik saya lagi.”

Yayasan Lentera Anak
Webinar Hari Anak Nasional dari Yayasan Lentera Anak dengan tema #DaruratPerokokAnak

“Karena curiga, saya dan mama pun langsung menginterogasi adik dan akhirnya dia mengaku kalau rokok elektrik beserta cairan rokok elektrik rasa-rasa itu adalah miliknya. Dia pesan sendiri lewat e-commerce dengan uang tabungan hasil patungan bersama teman satu permainannya. Dia juga mengaku tahu tentang rokok elektrik dari YouTube dan instagram.”

Duar!! Mind blowing sekali saat mendengar sesi pemaparan fakta oleh para keluarga dan perokok anak yang dihadirkan dalam Webinar dengan tema Indonesia #DaruratPerokokAnak. Luar biasa sekali kecerdasan generasi Alfa yang bisa mendapatkan informasi secara mudah tentang rokok elektrik, bahkan sampai membelinya lewat e-commerce. Sebagai seorang ibu, saya cukup tercengang dengan fakta lapangan yang hadir di depan mata.

Maraknya Konten Rokok Elektrik yang Bisa Dilihat Bebas di Media Sosial

Setelah saya telusuri, ternyata memang benar banyak sekali review rokok elektrik yang membahas secara detil mulai dari printilan alat, hingga cara pemakaian di media sosial. Aksesnya pun sangat mudah. Bisa menggunakan alamat email dengan usia yang dipalsukan karena tidak ada verifikasi KTP. Maka, video atau konten tentang rokok elektrik bisa dilihat secara bebas di media sosial.

Indonesia darurat perokok anak
Sumber: tangkapan layar YouTube dan Instagram

Varian Rasa Bisa Tuntun Anak Berpikir Bahwa Rokok Elektrik itu Aman

Dilansir dari Reuters (2021), Ruediger Krech yang merupakan direktur departemen promosi kesehatan WHO mengatakan bahwa rasa buah, permen, coklat, dan lain-lain, yang diberikan oleh cairan rokok elektrik punya daya tarik tersendiri bagi anak. Setidaknya ada kemungkinan 2-3 kali lebih mungkin untuk mencoba rokok elektrik.

Rasa buah, permen, coklat, atau rasa lainnya yang akrab di memori lidah anak bisa menuntun anak berpikir bahwa rokok elektrik itu aman. Jangankan anak, temanku yang saat itu berusia 20 tahunan saja juga berpikir bahwa rokok elektrik lebih aman karena punya rasa “childish” yang lebih dekat dengan dunia anak.

Rokok Elektrik Bisa Normalisasi Anggapan Merokok Bagi Anak

Penggunaan rokok elektrik juga bisa memberikan normalisasi bahwa merokok itu hal yang wajar, lebih aman dari rokok konvensional. Apalagi para orang tua yang sering merokok di depan anak. Padahal secara keilmuan, keduanya sama-sama punya risiko kesehatan jangka panjang.


Upaya Pemerintah Cegah Kasus Perokok Anak

Sebenarnya upaya pemerintah untuk mencegah pertambahan kasus perokok anak sudah banyak. Namun, masih kurang maksimal dalam pelaksanaan dan pengawasannya. Berikut beberapa poin penting upaya pemerintah dalam pencegahan kasus perokok anak.

1. Menuju Revisi PP No. 109 Tahun 2012 untuk Regulasi Rokok Lebih Tegas

Salah satu upaya pemerintah untuk mencegah, serta meminimalisir perilaku merokok sudah tertuang dalam Peraturan Pemerintah No. 109 Tahun 2012 tentang Tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan. Akan tetapi, PP No. 109 tahun 2012 belum mampu mengendalikan perokok anak karena beberapa hal seperti regulasi rokok konvensional dan elektrik masih lemah, belum ada penekanan hukum, belum ada sangsi kelalaian menjual rokok kepada anak, dan masih banyak lagi.

Aturan dalam PP No. 109 tahun 2012 bisa diperkuat dengan melakukan revisi. Kabar baiknya pemerintah telah menyelenggarakan Uji Publik Revisi Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 109 Tahun 2012 di Gedung Herritage (27/7).

2. Melarang Penggunaan dan Pemasangan Iklan Rokok Elektrik di Kawasan Tanpa Rokok

Berdasarkan PP No. 109 Tahun 2012, pemerintah daerah punya kewenangan untuk melarang penggunaan dan pemasangan iklan rokok konvensional dan elektrik di Kawasan Tanpa Rokok. Contohnya ada pada Pemerintah Kota Surabaya lewat instagram resmi @sehatsurabayaku dengan tegas menyatakan bahwa selain rokok konvensional, rokok elektrik, atau produk apa pun yang asapnya mengandung nikotin dan tar, dilarang di Kawasan Tanpa Rokok.

Di samping itu, ternyata PP No. 109 tahun 2012 juga menjelaskan pengendalian Iklan Produk Tembakau di media teknologi informasi harus memenuhi ketentuan situs merek dagang Produk Tembakau yang menerapkan verifikasi umur untuk membatasi akses hanya kepada orang berusia 18 (delapan belas) tahun ke atas. Namun, regulasi yang lemah masih bisa membuka celah anak SD seperti adik Mbak U bisa mengakses informasi tentang rokok elektrik.

3. Sediakan PUSPAGA untuk Konseling atau Konsultasi Parenting Keluarga

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, keluarga juga punya andil sangat besar dalam edukasi bahaya rokok. Karakter anak sebagian besar dibentuk dari rumah. Namun, banyak keluarga yang belum bisa memberikan pengasuhan secara layak kepada anak.

Oleh karena itu, Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak atau biasa disingkat Kemenpppa telah membentuk lembaga pengasuhan keluarga yang diberi nama PUSPAGA (Pusat Pembelajaran Keluarga). PUSPAGA ini bertujuan untuk memberikan konseling atau konsultasi gratis tentang parenting atau pernikahan.

Bahaya rokok elektrik

Upaya Keluarga Cegah Anak Jadi Perokok

Berkaca dari kasus adik dari Mbak U, keluarga juga harus turut andil dalam mendukung usaha pemerintah dalam cegah meroketnya kasus perokok anak. Bagaimanapun juga, rumah adalah tempat pertama anak belajar dan mengembangkan karakter. Beberapa langkah preventif yang bisa dilakukan orang tua di rumah untuk melindungi anak dari bahaya rokok adalah:

1. Bentuk Karakter Berpikir Kritis

Karakter utama anak di era digital saat ini adalah mampu menyerap informasi secara cepat dari internet dan menirunya. Namun, tidak diimbangi dengan kemampuan berpikir kritis untuk membedakan mana informasi yang berdampak positif atau negatif.

Karakter anak untuk berpikir kritis ini bisa dibentuk di rumah lewat pendidikan keluarga. Beberapa cara yang bisa dilakukan untuk membentuk karakter berpikir kritis adalah:

  • Ajukan pertanyaan kecil tentang keseharian anak
  • Meluangkan waktu untuk ngobrol dan bercerita dengan anak
  • Dorong anak untuk mandiri

2. Kawasan Tanpa Rokok di Rumah

Anak adalah mesin fotokopi terbaik tindakan orang tuanya. Kalau tidak ingin anak jadi perokok anak, jadikan rumah Kawasan Tanpa Rokok. Tidak ada yang boleh merokok di dalam rumah, sehingga anak tidak punya “role model merokok” yang bisa ditiru.

3. Ajari Batas Pergaulan Sehat

Dari webinar Indonesia #DaruratPerokokAnak, saya mengambil kesimpulan bahwa lingkup pergaulan jadi salah satu faktor yang bisa membuat anak untuk terjerumus dalam bahaya rokok. Oleh karena itu, mengajari anak tentang batas-batas pergaulan yang sehat juga perlu. Ajari anak cara untuk menolak ajakan teman yang terindikasi punya dampak negatif, misalnya merokok.

4. Batasi dan Dampingi Penggunaan Gadget

Batasi penggunaan gadget anak dengan memanfaatkan fitur bookmark, gunakan YouTube kids, atau aplikasi untuk memblokir situs tertentu. Dampingi juga setiap anak mulai memegang gadget untuk menjelajah internet. Beri penjelasan yang sebenarnya saat anak ketahuan membuka video atau konten rokok.


Upaya Lembaga Non Pemerintah Suarakan Bahaya Rokok untuk Anak

Selain pemerintah dan keluarga, ada juga lembaga non pemerintah yang gigih berjuang untuk suarakan bahaya rokok untuk anak, seperti Lentera Anak dan IYCTC (Indonesian Youth Council for Tobacco Control).

1. Lentera Anak, Suarakan Indonesia Darurat Perokok Anak

Yayasan Lentera Anak (YLA) merupakan lembaga independen non pemerintah yang berupaya memajukan dan membela hak-hak anak Indonesia, serta mendorong perwujudan negara demokratis yang ramah anak. Beberapa kegiatan yang dilakukan YLA dalam rangka menyukseskan tujuan pemerintah untuk menurunkan angka perokok anak sebesar 8,7% adalah:

Kegiatan untuk Bangun Awareness Bahaya Rokok Konvensional dan Elektrik

Yayasan Lentera Anak mengadakan berbagai aksi online untuk membangun awareness terhadap bahaya rokok lewat kegiatan yang sesuai dengan minat dan bakat generasi zaman sekarang. Contohnya seperti Parade Mural tema bahaya rokok, kolaborasi berbagai organisasi kontrol iklan rokok, dan berbagai webinar. YLA juga sering mengadakan Creative Challenge dengan tema bahaya rokok seperti lomba blog, video reels, mural, dan lain-lain.

Survei dan Kajian Perokok Anak

Selama tahun 2021, Lentera Anak aktif melakukan survei dan kajian tentang isu perokok anak dan implementasi PP 109/2012. Hasil temuan di lapangan masih banyak pihak yang memasang iklan rokok di sekitar sekolah. Kajian dari hasil survei independen tersebut membuat Yayasan Lentera Anak gencar melakukan Kampanye urgensi revisi PP 109/2012 tentang penegasan regulasi rokok.

2. IYCTC, Anak Muda Suarakan Bahaya Zat Adiktif pada Rokok

IYCTC merupakan organisasi anak muda yang fokus pada pengendalian tembakau. Kegiatan dan kampanye yang diadakan IYCTC lebih menyasar ke anak muda dengan tujuan #TolakJadiTarget industri rokok.

Adakan Forum Internasional IYSTC untuk Generasi Muda Bebas Adiksi

Salah satu kegiatan mereka pernah melibatkan aktivis pengendalian tembakau internasional dalam acara daring IYSTC (Indonesian Youth Summit on Tobacco Control). Di acara ini hadir berbagai anak muda dari berbagai negara untuk berdiskusi tentang aksi pengendalian tembakau yang sudah mereka lakukan. Tujuan besar dari acara ini adalah menciptakan generasi muda bebas adiksi rokok, baik rokok konvensional maupun rokok elektrik.

Pengalamanku Turut Serta dalam Kompetisi Ide Permainan Edukatif Lawan Rokok dalam Event IYSTC

IYCTC juga sering mengadakan kompetisi kreatif bertema besar bahaya rokok. Salah satu kompetisi kreatif yang pernah saya ikuti adalah Kompetisi Ide Permainan Edukasi Generasi Bebas Adiksi.

Indonesia darurat perokok anak
Zamruliswa (sumber gambar: dokumen pribadi)

Saat itu aku mengirimkan ide permainan edukasi berjudul Zamruliswa. Permainan ini secara tidak langsung mengajak remaja untuk berpikir kritis tentang bahaya dan dampak negatif rokok konvensional dan elektrik lewat alur permainan yang dibuat seperti petualangan.


Mari Sukseskan Sinergi Antara Pemerintah, Lembaga Non Pemerintah, dan Keluarga untuk Turunkan Angka Perokok Anak Sebesar 8,7%

Cukup miris sekali ya berbagai fakta tentang rokok elektrik dan perokok anak di Indonesia. Lalu, salah siapa hal itu terjadi?”

Tolong buang jauh-jauh pemikiran kolot itu di era modern dan digitalisasi saat ini. Sekarang sudah bukan lagi saatnya untuk saling menyalahkan atau mencari siapa yang bertanggung jawab terhadap kasus perokok anak. Wasting time sekali, lo. Lebih baik berpikir bagaimana seluruh Indonesia bisa bekerja sama untuk melindungi anak dari bahaya rokok dan iklan rokok berkedok review produk.

Bahaya rokok elektrik

Selain pemerintah, keluarga juga punya peran yang sangat besar dalam memberikan pendidikan tentang bahaya rokok. Pada kasus adik Mbak U yang kedapatan berhasil membeli rokok elektrik, juga tanggung jawab orang tua yang menurutku pribadi tetap lalai. Penggunaan gadget pada anak tetap harus dibatasi, diawasi, dan didampingi oleh keluarga. Oleh karena itu, butuh sinergi yang kuat antara aksi pemerintah, peran pendidikan keluarga, dan aksi lembaga non pemerintah untuk menurunkan angka perokok anak sebesar 8,7% pada tahun 2024.


Referensi

  • Webinar Yayasan Lentera Anak Sambut Hari Anak Nasional: Indonesia #DaruratPerokokAnak, 28 Juli 2022
  • Cunningham A, McAdam K, Thissen J and Digard H. (2020). "The Evolving E-cigarette: Comparative Chemical Analyses of E-cigarette Vapor and Cigarette Smoke". Front. Toxicol. 2:586674. doi: 10.3389/ftox.2020.586674
  • Goniewicz, M. L. et al. (2018). "Comparison of Nicotine and Toxicant Exposure in Users of Electronic Cigarettes and Combustible Cigarettes". JAMA Netw Open. 2018;1(8):e185937.
  • Margham, J., McAdam, K. Forster M., Liu C., Wright C., Mariner, D., and Proctor, C. (2016). "Chemical Composition of Aerosol from an E-Cigarette: A Quantitative Comparison with Cigarette Smoke".Chem. Res. Toxicol. 2016, 29, 10, 1662–1678
  • Journal of The American Academy of Pediatrics https://publications.aap.org/pediatrics/article/141/5/e20173361/37920/E-Cigarette-and-Liquid-Nicotine-Exposures-Among
  • https://suara.com/health/2022/05/13/082603/miris-perokok-anak-di-indonesia-diprediksi-akan-mencapai-16-persen-pada-2030
  • https://hellosehat.com/hidup-sehat/berhenti-merokok/apa-itu-vape/?amp=1
  • https://www.reuters.com/business/healthcare-pharmaceuticals/young-lured-tobacco-addiction-via-e-cigarettes-who-2021-07-27/

37 komentar

37 komentar

Terimakasih sudah membaca sampai akhir :)
Mohon tidak meninggalkan link hidup di komentar.

Love,
Anggi
  • fanny Nila (dcatqueen.com)
    fanny Nila (dcatqueen.com)
    25 Agustus 2022 pukul 16.29
    Dulu aku perokok berat. Tapi akhirnya berhenti sejak nikah, Krn pak suami melarang. Tapi jujurnya yg bikin aku berhenti total bukan Krn larangan dia, tapi kesadaran sendiri pas melihat foto wanita yg usianya sebayaku, tapi wajahnya jauuuh lebih tua akibat rokok. Sejak itu takut mba. Aku ga kepengen ngalamin penuaan dini begitu. Jadi tiap kali keinginan merokok naik, selalu melihat foto tadi, supaya jadi takut lagi. Alhamdulillah skr udh ga pernah nyentuh. Dan setelah stop merokok, aku memang ga tertarik dengan Vape. Daridulu pun ga kepengen coba. Sereeem liat asepnya tebel begitu 🤣🤣🤣.

    Sayang sih Yaa kalo sampe anak2 pun JD pengen mencoba vape. Padahal yg aku baca Vape bahkan lebih bahaya dari rokok. Makanya yg aku lakuin skr, mengajari anak2 bahayanya itu. Krn aku ga mau mereka tergoda Vape dr temen2nya di sekolah
    Reply
  • Uniek Kaswarganti
    Uniek Kaswarganti
    22 Agustus 2022 pukul 06.48
    Varian rasa dari rokok elektrik nih menjebak pemikiran anak, dikiranya ya aman aja karena rasa buah-buahan dan permen gitu. Padahal kandungan racun di dalamnya ga kalah kan ya dengan rokok konvensional. Semoga kolaborasi pemerintah, organisasi non pemerintah dan dukungan keluarga bisa sukses mengedukasi anak untuk tetap sehat dan tidak tergoda dengan rokok elektrik maupun rokok konvensional.
    Reply
  • Tri Ayu
    Tri Ayu
    19 Agustus 2022 pukul 23.28
    Temenku pada blg kalo rokok elektrik lebih aman makanya dia pindah ke rokok elektrik padahal ternyata sama2 berbahaya ya kak. Aku liat juga rokok elektrik lagi banyak yg pake, apalagi modelnya kayak digantung2in gitu. Di medsos juga cewe2 aku liat banyak yg pake roko elektrik. Tapi sejauh ini aku belum pernah nemuin secara langsung, anak2 yg ngeroko elektrik ini. Semoga kedepannya gak ada lagi kejadi serupa soal anak2 yg pesen rokok di e-commerce. Semoga anak2 semakin teredukasi tentang bahayanya ya kak.
    Reply
  • Muhammad Teddy Wijaya
    Muhammad Teddy Wijaya
    19 Agustus 2022 pukul 11.02
    Alhamdulillah dapat informasi baru. Benar sekali kak, memang tetap berbahaya ini Vape baik bagi orang dewasa apalagi bagi anak-anak yang sedang tumbuh berkembang.

    Perlu adanya peran serta setiap lapisan masyarakat untuk mencegah hal ini terjadi dan anak-anak agar tidak dapat mudah mengakses.

    Terima Kasih
    Reply
  • Laily Fitriani
    Laily Fitriani
    19 Agustus 2022 pukul 07.50
    Perlu upaya sosialisasi massif dari pemerintah yang bersinergi dengan para pemangku kebijakan untuk turun dan bersemangat melakukan edukasi ditambah dengan peran keluarga sebagai benteng awal generasi kita.
    Reply
  • Phai Yunita S Wijaya
    Phai Yunita S Wijaya
    18 Agustus 2022 pukul 22.48
    Aku ikut juga webinar ya ini Mbak. Dan benar-benar kaget dengan cerita narasumber tentang adiknya yang pesan rokok elektrik dari e-commerce. Indonesia sedang tidak baik-baik saja. Saatnya kita peran terhadap rokok.
    • Phai Yunita S Wijaya
      ANGGITA RAMANI
      19 Agustus 2022 pukul 12.56
      Sama mbak, aku sampe ternganga. Kayak ya Allah itu vape kan mehong banget. Trus kok bisa, tapi itu kenyataanya 😧
    Reply
  • Blogger Tasik
    Blogger Tasik
    18 Agustus 2022 pukul 20.14
    izin share ya kak.. soalnya masih banyak nih yang gak paham soal bahayanya merokok termasuk rokok elektrik.. karena di lingkungan saya juga masih banyak juga yang beranggapan bahwa rokok elektrik katanya tidak berbahaya
    • Blogger Tasik
      ANGGITA RAMANI
      19 Agustus 2022 pukul 12.55
      Silakan kak. Semoga banyak yang teredukasi dan menerima bukti ilmiahnya karena memang risiko kesehatan jangka panjangnya ada
    Reply
  • Shanty Dewi Arifin
    Shanty Dewi Arifin
    18 Agustus 2022 pukul 17.12
    Ih beneran deh kerasa banget seremnya bagaimana dengan mudah anak-anak tergoda untuk merokok. Terus terang saya bersyukur kemarin pandemi dan anak-anak lebih banyak terkurung di rumah. Padahal tadinya sempat tuh mulai lirik-lirik temannya yang pada nge-vape. Mana tokonya ada di depan sekolah lagi. Ampun dah.
    • Shanty Dewi Arifin
      ANGGITA RAMANI
      19 Agustus 2022 pukul 12.44
      Serius mba Shanty?? Harusnya ngga bole loh ada iklan rokok atau apa pun yang berbau rokok di dekat sekolah
    Reply
  • Andri Marza
    Andri Marza
    18 Agustus 2022 pukul 06.07
    Nice artikel..

    Dari dulu memang rokok itu, elektrik atau bukan tetaplah berbahaya dan memang sih kehadiran rokok elektrik dan segala ambigu yang bilang itu tidak berbahaya menjadikan penggunaan untuk anak anak terasa fine fine saja. Memang harus lebih banyak lagi digalakkan bahaya rokok baik yang tidak elektrik ataupun yang elektrik
    Reply
  • Sagita nur pratiwi
    Sagita nur pratiwi
    17 Agustus 2022 pukul 13.53
    Semua yang bahasa dimulai dari rokok ga ada yang baik, memang digital cepat berkembang dan sebagai ortu kita juga harus cepet juga mencari info dan aware sama keadaan disekitar
    Reply
  • Eni Rahayu
    Eni Rahayu
    17 Agustus 2022 pukul 12.06
    Tulisannya sangat bermanfaat banget nih. Memang jaman sekarang marak banget dengan penggunaan vape ini yaa. Suka sedih liat generasi muda apalagi masih anak-anak suka ngerokok.
    Reply
  • Listiorini Ajeng Purvashti
    Listiorini Ajeng Purvashti
    17 Agustus 2022 pukul 11.38
    Wah temenku harus baca ini, dia pindah ke rokok elektrik jg katanya karena lebih sehat, padahal mah sama aja. Ngeri juga kalo diliat dan diikutin sama anak2
    Reply
  • Hamimeha
    Hamimeha
    17 Agustus 2022 pukul 11.31
    Ngeri banget ya bahwa sekarang ini roko sudah merambah ke dunia anak anak dan anehnya .gende rperempuan banyak yang rokokan juga pakai vape hiks.
    Reply
  • Zeneth Thobarony
    Zeneth Thobarony
    17 Agustus 2022 pukul 11.13
    Banyak banget risetnya, justru rokok elektrik rasa-rasa alih-alih mengurangi perokok malah bikin perokok muda tertarik dengan rasanya
    Reply
  • Lia Yuliani
    Lia Yuliani
    17 Agustus 2022 pukul 10.43
    Duh, saya benci banget perokok. Asalnya itu suka bikin sesak. Baru tahu kalau vape itu asa yang rasa buah. Pengennya dihapuskan aja vape, biar engga merusak anak-anak, karena banyak yang pengen cobain rokok ini
    Reply
  • HendraDigital
    HendraDigital
    17 Agustus 2022 pukul 07.53
    Miris banget ngeliat anak-anak yang ngerokok. Makanya saya wanti-wanti anak-anak cowok saya mengenal bahaya merokok. Saya pribadi pun nggak pernah merokok. Dan memang nggak suka.
    Reply
  • Juwita
    Juwita
    16 Agustus 2022 pukul 21.13
    Sedih kalau lihat realitanya.. apalagi jika pelaku nya orang di sekitar kita
    Reply
  • Mugniar
    Mugniar
    16 Agustus 2022 pukul 20.13
    Ya Tuhan, rokok rasa buah katanya. Anak itu mengira seperti beli permen rasa buah kali ya 🙈😥
    • Mugniar
      ANGGITA RAMANI
      19 Agustus 2022 pukul 12.54
      Mungkin di pikiran mereka itu aman karena rasanya rasa buah. Apalagi gempuran iklan rokok juga bebas di media sosial
    Reply
  • deamerina
    deamerina
    16 Agustus 2022 pukul 17.44
    rokok elektronik nih emang rada-rada. ada beberapa yang mengklaim kalo lebih sehat dari rokok biasa mana ada rasa-rasanya pula. adekku juga sempet pindah dari rokok biasa ke rokok elektrik dan dia dengan bangganya bilang lebih sehat. darimaneeeee?? -_-
    • deamerina
      ANGGITA RAMANI
      19 Agustus 2022 pukul 12.52
      Kalo lebih sehat jelas dustanya wkwkwk, kalau bilangnya risikonya lebih rendah dari rokok konvensional masih masuk di logika. Cuma ya memang harus pelan-pelan sih buat perokok kalau mau tobat
    Reply
  • Nurul bukanbocahbiasa
    Nurul bukanbocahbiasa
    16 Agustus 2022 pukul 14.31
    Ya ampun ngeri bangettt klo tau gimana2nya kondisi rokok d negara kitaaaa

    Semoga ortu dimudahkan utk merawat dan mendidik semua lutra/i ya
    • Nurul bukanbocahbiasa
      ANGGITA RAMANI
      19 Agustus 2022 pukul 12.50
      Aamiin, aamiin, aamiin mba. Hal yang paling aku takutkan itu pergaulannya ke depannya sih. Harus benar-benar bisa jadi tempat ajak berkeluh kesah biar ngga tergantung ke teman
    Reply
  • Rella Sha
    Rella Sha
    15 Agustus 2022 pukul 12.13
    Duh engga bangeeettt...di rumah ngga ada yg perokok dan aku tegesin ini ke anak-anak karena anakku cowok semua. Bahanya sama aja antara yg konvensional dan elektrik.
    • Rella Sha
      ANGGITA RAMANI
      19 Agustus 2022 pukul 12.49
      Betul mba. Setuju banget, ngga ada istilah rokok itu bikin sehat
    Reply
  • Kennia
    Kennia
    15 Agustus 2022 pukul 09.00
    Tulisannya subhanallah... Bagus banget.

    Nah iya pernah ngobrol sama tetangga di kontrakan lama. Suaminya dulu perokok yg biasa itu terus ganti ke vape. Aku tanya itu sama apa beda mba? Sebenarnya aku cuma ngetes saja. Dia jawabnya beda mba. Yg ini nggak masalah kok buat yg promil. Nah padahal nereka lagi promil dan lagi mengalami kesulitan memiliki anak. Padahal bau dari vape ini justru menyebarnya lebih luas menurutku. Memamg baunha wangi buah gitu tapi tetap saja bahaya. Edukasi memang perlu banget nih. Kadang orang dewasa itu paham tapi nggak bisa berhenti karena candu
    • Kennia
      ANGGITA RAMANI
      19 Agustus 2022 pukul 12.49
      Bahaya ke janin juga sih aerosol dari vape. Bisa ngerusak DNA
    Reply
  • Saraah Megha
    Saraah Megha
    15 Agustus 2022 pukul 08.48
    Yaa Allah, berarti yg elektrik juga gak beda jauh bahayanya ya mbak, malah lebih bahaya, karena iklannya rasa buah buah dll, yg bikin anak anak mikir juga "ahh gak bahaya kok"

    Mbaca ini jujur kok sedih, izin ak repost ya mbak, bagus edukasinya
    • Saraah Megha
      ANGGITA RAMANI
      19 Agustus 2022 pukul 12.48
      Silakan mba kalau mau direpost. Bahayanya tetap ada karena bahan-bahan yang dipake itu tergolong senyawa kimia beracun atau toksik. Jadi lebih ke jangka panjang aja ntar di masa tuanya
    Reply
  • Allamandawi
    Allamandawi
    15 Agustus 2022 pukul 06.34
    Iya ya, emang perokok di indonesia kek.y makin banyak, mana ngga tau tempat lagi, ada anak kecil ya merokok, di tempat makan ya ngerokok, kesel
    • Allamandawi
      Allamandawi
      18 Agustus 2022 pukul 06.20
      Tp dari segi ekonomi bisnis rokok emang menguntungkan, bahkan banyak pekerja di dalamnya tp namanya yah nggak baik ya tetap mudharat.y lebih banyak
    • Allamandawi
      ANGGITA RAMANI
      19 Agustus 2022 pukul 12.47
      Sama paling gregetan sama orang dewasa yang ga lihat tempat. Maksudku kalo mau ngerokok ya jauh-jauh sana sama anak kecil
    Reply
  • lylamanzila
    lylamanzila
    14 Agustus 2022 pukul 17.33
    Jangankan rokok elektrik mbak, roko gulungan aja anak anak doyan. Semua berawal dari lingkungan sekitar, teman temannya, akhirnya ikut ikutan dan ketagihan nyoba varian lain
    • lylamanzila
      ANGGITA RAMANI
      19 Agustus 2022 pukul 12.45
      Betul mba. Makanya memang selain pemerintah, peran keluarga ini penting banget sih buat ngawasin anak dan memberi batasan pergaulam yang sehat
    Reply