“Halo! Selamat sore? Ini betul dengan Saudara Pita? Saya Pak Rektor!” ujar sebuah suara yang keluar dari ponsel Pita. Suara itu terdengar tegas dengan nada yang sedikit meninggi.
“Iya, Pak. Ada apa ya?” Pita, si mahasiswa tingkat dua yang saat itu sedang banyak kegiatan, menjawab telepon yang lebih mirip orang marah-marah itu dengan kagok.
“Kamu kemarin ikut lomba karya tulis ilmiah nasional itu, kan? Nah, hari ini dana hibah yang kamu ajukan sudah cair. Cepat ke ATM!”
“Loh, ayo, cepetan ke ATM! Saya nggak punya banyak waktu, sebentar lagi ada rapat di rektorat. Kamu mau nggak dananya cepat turun!”
“I-iya, Pak.” tanpa memastikan validasi dari telepon yang mengaku pak rektor tersebut, Pita langsung meluncur menuju ATM yang memang ada di dekat kampus. Saat itu, Pita memang sedang kekurangan dana untuk melaksanakan penelitian dari karya tulis ilmiah yang memenangkan dana hibah dari Kemenristek DIKTI saat itu.
Tanpa disertai kesadaran yang penuh, ditambah pikirannya sedang bercabang, Pita pun sudah berada di dalam ATM yang berada di sekitar kampus. Sang penelepon yang mengaku dari pihak rektor itu pun menutup sambungan telepon.
Beberapa saat kemudian, telepon Pita kembali berdering. Kali ini dari seseorang yang mengaku sebagai pihak bank X. Pita pun mengikuti instruksi dari sang penelepon yang mengaku sebagai pihak bank dan tebak apa yang terjadi dengan ending cerita ini?
Ya. Dalam hitungan menit, uang puluhan juta dari rekening pita amblas begitu saja."
Pita baru sadar setelah menutup telepon itu. Ia juga akhirnya sadar bahwa mana mungkin seorang rektor menelepon langsung mahasiswanya. Biasanya selalu lewat surat resmi yang diterbitkan oleh birokrasi rektorat. Tak mungkin pula pihak bank menelepon langsung nasabahnya, terutama bank X yang sudah berkali-kali memberikan pernyataan kalau tak akan pernah menghubungi nasabahnya secara langsung.
Seketika itu juga tubuh Pita langsung terasa lemas. Uang yang harusnya digunakan untuk biaya kuliah dan penunjang lainnya, raib begitu saja. Dia bingung kenapa semudah itu ia tertipu dan melakukan instruksi dari si penelepon.
Sebenarnya, kejadian apa yang sudah dialami Pita? Kenapa uang tabungan Pita bisa diambil begitu saja? Apakah si terduga pelaku penipuan ini melakukan hipnotis lewat suara?
Pita, Korban Begal Rekening atau Sosial Engineering (Soceng) dengan Trik Hipnotis Lewat Vishing
“Saat di dalam ATM, orang yang telepon itu selalu pakai nada tinggi dan selalu nge-push untuk cepat ikuti instruksi, Mbak.” Sore itu Pita langsung bercerita padaku di sebuah taman yang tak jauh dari lokasi kejadian. Wajahnya tampak pucat dan tegang.
“Trus kamu disuruh apa aja, kok bisa tiba-tiba transfer duit segitu banyaknya?”
Pita diam sejenak, berusaha mengingat kejadian sore itu, “aku disuruh masukin kode angka yang aku dapat dari sms ke mesin ATM."
"Ya Allah, Pita! Itu kode OTP, pantes aja rekeningmu langsung dibobol!" Seruku spontan karena heran dengan si pelaku yang berhasil membuat Pita memberikan kode OTP kepada mereka.
Kejadian yang dialami Pita merupakan salah satu bentuk modus dari social engineering (soceng) atau sering disebut sebagai begal rekening. Sedangkan trik yang digunakan oleh pelaku adalah trik hipnotis lewat vishing (voice phising) yang memanfaatkan kondisi psikologis korban dan power intimidasi dari nama rektor. Lalu, apa sih soceng itu? Yuk, kenalan lebih dekat agar lebih paham pola dan modusnya.
Begal Rekening atau Soceng
Begal rekening atau kejahatan social engineering (soceng) adalah suatu bentuk kejahatan siber dengan tujuan manipulasi korban untuk menyerahkan data pribadi atau data-data lainnya secara tidak sadar, bisa lewat telepon atau internet. Dalam kasus Pita, pelaku soceng melakukan aksi lewat telepon dengan mengaku sebagai rektor dan petugas bank. Selain itu, pelaku juga melakukan trik psikologis yang sebenarnya bisa ditandai polanya lewat pertanyaan jebakan yang diajukan pelaku kepada korban.
Modus dalam Soceng
Modus dalam soceng itu banyak sekali. Pada intinya pelaku berusaha mengorek informasi pribadi korban secara tidak langsung lewat percakapan atau internet. Beberapa modus soceng yang sedang marak terjadi saat ini adalah:
- Info perubahan tarif layanan bank
- Tawaran jadi nasabah prioritas
- Akun layanan konsumen palsu
- Tawaran jadi agen laku pandai
- Mengaku teman lama berujung minta transfer
Biasanya, akhir skenario dari semua modus dalam soceng adalah membuat kita secara tidak sadar memberikan data pribadi yang bisa mereka gunakan untuk membobol rekening. Bisa juga mereka membuat kita secara tak sadar transfer sejumlah uang ke suatu rekening.
Sudah mulai terbaca kan, pola dari kejahatan soceng ini? Kalau dilihat dari kasus Pita, berawal dari sebuah pesan atau telepon pancingan kepada korban dengan bumbu desakan atau intimidasi. Korban pun akan dibuat untuk merasa terdesak, kemudian tertarik ke dalam skenario pelaku soceng untuk membegal rekening korban.
Data Apa Saja yang Bisa Dicuri dengan Soceng
Data pribadi yang bisa dicuri dari korban cukup banyak mulai dari username aplikasi, password, PIN, MPIN, kode OTP, nomor kartu ATM/kredit/debit, nomor CVV/CVC kartu kredit/debit, nama ibu kandung, dan masih banyak lagi. Oleh karena itu, jangan sekali-kali memberikan data-data tersebut kepada orang lain lewat telepon atau internet. Pihak bank biasanya meminta nasabah datang ke kantor cabang ketika akan memerlukan data pribadi.
Bentuk Kejahatan Siber Lainnya di Sektor Perbankan
Kasus Pita bukan kasus hipnotis biasa yang terkesan misterius atau mistis, tetapi bentuk dari kejahatan soceng yang digabungkan dengan bentuk kejahatan siber lainnya. Salah satunya voice phising atau vishing dan tak menutup kemungkinan juga OTP (One Time Password) karena Pita mengaku telah memasukkan sebuah kode angka saat transaksi di ATM.
Ada 13 jenis kejahatan siber atau cyber crime di dunia ini. Akan tetapi jenis kejahatan siber yang sering terjadi di sektor perbankan berdasarkan analisa dari komunitas #NasabahBijak adalah phising, pharming, skimming, OTP fraud, vishing sim swap, dan sniffing.
Phising
Menggandakan data nasabah lewat penyebaran link palsu, sms, internet banking, email, dll.
Pharming
Mencuri data nasabah lewat pengalihan dari situs yang resmi ke situs abal-abal yang dibuat semirip mungkin dengan situs asli tanpa disadari korban.
Skimming
Menggandakan data nasabah dengan alat skimmer yang dipasang di ATM atau mesin EDC
OTP (One Time Password)
Mencuri data nasabah, lalu menggunakannya untuk pembayaan di e-commerce atau situs jual-beli.
Vishing (Voice Phising)
Pelaku mengaku sebagai pihak bank dan menghubungi korban lewat telepon, SMS, atau email seperti pada kasus Pita.
Sim Swap
Pencurian data nasabah dengan mengambil alih nomor HP korban untuk akses perbankan.
Sniffing
Meretas informasi secara ilegal lewat jaringan yang ada pada perangkat korban. Biasanya terjadi saat korban mengakses WiFi umum.
Kurangnya Literasi Keuangan dan Digital, Faktor Utama Korban Mudah Masuk ke Tipu Daya Kejahatan Siber di Sektor Perbankan
Kenapa masih banyak orang yang terjebak tipu daya kejahatan siber, padahal pihak bank sudah berkali-kali mengingat baik lewat media sosial atau pemberitahuan tertulis kepada nasabah bank?"
Ada beberapa faktor yang menyebabkan logika seseorang bisa mendadak "mati" saat berhadapan dengan kejahatan siber seperti dalam kasus Pita. Salah satu faktor utama adalah kurangnya literasi keuangan dan digital. Beberapa faktor lainnya adalah faktor ekonomi, tingkat pendidikan, dan kondisi psikologis.
Coba pahami lagi situasi dan kondisi dalam kasus Pita. Kalau dilihat dari segi pendidikan, harusnya Pita tidak gampang tertipu karena sudah jadi mahasiswa. Nyatanya, dia tetap bisa tertipu karena memang kondisi psikologis Pita saat itu sedang tidak stabil.
Pita juga memiliki literasi keuangan yang kurang karena hanya memiliki satu tabungan saja, belum punya pikiran untuk investasi atau membagi tabungan menjadi beberapa bagian supaya mudah dikelola. Tabungan dana darurat pun ia tak punya, sehingga sekali kena musibah langsung amblas semua uang Pita.
Apa itu Literasi Keuangan dan Digital?
Literasi keuangan secara singkat adalah suatu pengetahuan atau kemampuan seseorang dalam mengelola keuangan. Sementara itu, literasi digital adalah pengetahuan serta kecakapan dalam memanfaatkan media digital, seperti alat komunikasi, jaringan internet dan lain sebagainya.
Kondisi Literasi Keuangan dan Digital di Indonesia
Berdasarkan Survei Nasional Literasi Keuangan (SNLK) yang diselenggarakan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tahun 2019, literasi keuangan di Indonesia berada di indeks 38,03. Masih cukup jauh dari standar angka 75 untuk mengatakan bahwa literasi keuangan sudah bagus.
Sumber: Survei OJK dan We Are Social |
Sebaliknya, Indonesia termasuk negara dengan pertumbuhan pengguna internet yang cukup signifikan dari tahun ke tahun. Berdasarkan data dari lembaga We Are Social, pengguna internet di Indonesia naik sebesar 54,3% dari tahun 2018 ke 2022 (per Januari). Namun, sayangnya hal itu tidak diiringi dengan literasi digital yang mumpuni dan literasi keuangan digital yang cukup.
Terbukti dari masih banyaknya kasus penipuan online di sektor perbankan. Peningkatan transaksi secara online di e-commerce selama pandemi beberapa tahun belakangan ini telah mendorong peningkatan tindak kejahatan siber di sektor perbankan. Dilansir dari webinar bertajuk "Tantangan dan Strategi Mengatasi Kejahatan Siber" tahun 2021 lalu, ada 16.845 laporan tindak pidana penipuan siber yang masuk ke Direktorat Tindak Pidana Siber (Ditipidsiber) Polri dari kurun waktu tahun 2017 hingga 2020.
Padahal, literasi keuangan dan digital ini sangat diperlukan untuk dapat mengelola keuangan dengan baik di era digital. Ketika seseorang sudah berhasil mengelola keuangan dengan bantuan digitalisasi keuangan, kemungkinan besar akan terhindar dari kejahatan siber yang biasanya memberikan iming-iming nominal yang sangat besar.
Jadi Nasabah Bijak, Pahami Cara Kerja Pelaku dan Tips Agar Lolos dari "Jebakan Batman"
Maraknya kejahatan siber dalam sektor perbankan di Indonesia jadi momok tersendiri bagi para nasabah bank. Polisi juga tak bisa memantau kehidupan setiap orang selama 24 jam. Meskipun pemerintah sudah membuat sistem berupa polisi siber, tetap saja ada satu atau dua kasus kejahatan siber yang terjadi akibat nasabah yang secara tidak sengaja membeberkan data pribadi kepada pelaku. Lantas, apa yang bisa dilakukan nasabah untuk terhindar dari jebakan dalam kejahatan siber?
1. Siapkan Diri Jadi Nasabah Bijak
Bijak bertindak, Bijak lindungi data pribadimu."
Hal pertama yang bisa dilakukan untuk meminimalisir terjadinya kejahatan siber di sektor perbankan adalah dengan mempersiapkan diri menjadi Nasabah Bijak. Sebagai nasabah di era digital, kita harus aware dengan pola dan cara kerja pelaku kejahatan siber. Mulai dari cara kerja soceng, phising, skimming, vishing, OTP fraud, dan sim swap.
Selain itu, sebagai #NasabahBijak juga harus paham alur pelaporan kejahatan siber. Ada 3 jenis pelaporan seperti pelaporan online , lapor polisi, dan lapor pihak bank. Jadi, jangan panik atau blank. Laporkan segera agar tidak ada korban lainnya.
2. Prinsip Kerja Alat Skimmer dan Cara Menghindarinya
Skimmer biasanya dipasang pelaku di mesin gesek EDC atau lubang mulut mesin ATM. Fungsinya untuk menyalin data berupa PIN dari magnetic stripe ATM lama (tanpa chip). Dilansir dari CNN Indonesia, Alfons Tanujaya selaku pengamat keamanan siber dari vaksin.com memberi penjelasan bahwa alat skimmer bentuknya juga bisa seperti keypad palsu yang ditumpuk di atas keypad asli mesin ATM atau EDC.
Cara agar terhindar dari skimming adalah meraba-raba area ATM atau mesin gesek EDC, lalu perhatikan keypad apakah terlalu menonjol secara tidak wajar. Jika terindikasi ada sesuatu yang janggal, urungkan transaksi di mesin ATM atau mesin gesek EDC. Jangan lupa pastikan kartu ATM sudah memiliki chip.
3. Belajar Prinsip Kerja Hacker Agar Terhindar dari Phising dan Pharming
Kalau pernah nonton drama korea berjudul “Ghost” pasti paham prinsip kerja seorang hacker yang ingin melakukan phising atau pharming. Pada intinya, hacker membutuhkan celah agar bisa membobol data pribadi korban. Serangan seorang hacker sangatlah halus, sehingga kadang korban tidak sadar telah memasuki jebakan hacker.
Bentuk serangan hacker untuk mencari celah dari korban adalah:
- Email palsu yang dibuat mirip dengan email asli dari pihak bank untuk meminta data pribadi
- Link palsu yang dibuat mirip dengan link asli untuk meminta password log in m-banking atau internet banking, dll.
- Serangan malware atau virus
Tips untuk menghindari phising adalah memeriksa secara teliti email atau link yang meminta data pribadi atau password. Biasanya pihak bank tidak pernah meminta data pribadi lewat link, email, atau telepon. Jadi lebih baik abaikan saja email, link atau pesan yang meminta untuk mengisi data pribadi.
4. Pahami Apa itu OTP dan Cara Kerjanya untuk Hindari Jebakan OTP Fraud
OTP atau One Time Password merupakan password sekali pakai yang hanya berlaku selama kurun waktu beberapa menit. Kode ini dibutuhkan untuk proses autentikasi transaksi bank pada mobile banking, data log in akun aplikasi dompet digital, atau verifikasi transaksi di e-commerce marketplace.
Orang lain bisa meminta kode OTP kepada kita, tapi hanya kita yang bisa memasukkan kode OTP ke autentikasi transaksi perbankan. Sebagai Nasabah Bijak, jangan pernah mau memasukkan kode angka selain PIN atau password ke link yang diberikan orang lain dengan alasan apa pun.
5. Hindari Vishing, Aktifkan Fitur "Blokir Nomor Tak Dikenal" pada Smartphone
Pola pertanyaan yang bisa dikenali saat pelaku ingin membaca situasi dan kondisi korban lewat vishing adalah dengan menerapkan pertanyaan ya atau tidak. Sebagai contoh si pelaku biasanya bertanya seperti ini untuk validasi situasi dan kondisi calon korban:
Halo, kami dari CS bank X, apa benar ibu nasabah bank X? (model pertanyaan untuk jawaban ya atau tidak, sekaligus konfirmasi apakah calon korban ada tabungan di bank)
Selamat, Ibu mendapat hadiah undian berupa mobil! Bisa minta nomor KTP, nomor rekening, dan nama ibu kandung? Ini untuk keperluan verifikasi data agar hadiah bisa diambil hari ini juga. Kalau tidak diverifikasi sekarang, hadiahnya hangus, Ibu." (intimidasi ringan untuk memberikan sedikit rasa panik kepada korban dan membuat korban bertindak gegabah.)
Salah satu cara ampuh untuk menghindari vishing adalah dengan mengaktifkan fitur "blokir nomor tak dikenal" pada smartphone. Fitur ini bisa langsung me-reject nomor tak dikenal yang berusaha menghubungi kita. Namun, berikan pengertian kepada orang lain agar selalu mengirimkan pesan konfirmasi dulu jika ingin menghubungi dengan nomor baru.
6. Teliti Nomor Resmi dan Akun Resmi Bank
Beberapa waktu yang lalu, saya juga pernah mendapatkan sebuah pesan whatsapp yang mengaku dari pihak bank BRI, menginfokan perubahan tarif layanan yang tidak wajar dari Rp6.500 ke ke Rp150.000. Info tersebut disertai dengan kalimat desakan yang mengintimidasi.
jika bapak/ibu tidak ada konfirmasi maka dianggap setuju dengan penagihan biaya administrasi setiap bulannya sebesar Rp150.000 dari rekening tabungan BRI nya.”
Sumber: tangkapan layar pribadi |
Setelah diamati lebih detil dari perbandingan akun resmi dan palsu di atas, akun WhatsApp tersebut bukanlah akun Bank BRI resmi. Nasabah Bijak wajib tahu perbedaan mendasar tentang akun WhatsApp palsu dengan ciri tidak ada tanda centang hijau pada profil WhatsApp nomor tersebut. Selain itu, informasi akun dan nomor telepon dalam surat yang mengatasnamakan pihak bank BRI juga palsu semua.
7. Jaga Nomor HP untuk Hindari Swim Swap
Jangan lupa untuk mengisi ulang pulsa atau memperpanjang masa aktif agar nomor tidak hangus. Sebab nomor yang hangus biasanya akan diaktifkan oleh provider dan dijual kembali, sehingga sering terjadi kepemilikan nomor HP tiba-tiba pindah ke orang lain. Hal ini bisa jadi celah bagi penjahat siber untuk melakukan sim swap.
8. Hindari Transaksi Perbankan Menggunakan WiFi Publik
WiFi publik itu sangat mudah diretas. Lewat jaringan WiFi publik, hacker paling mudah menyebar virus atau malware ke perangkat smartphone dan bisa mengakses data perbankan yang ada di m-banking atau internet banking.
Nah, kalau sudah jadi Nasabah Bijak, pasti nggak banget untuk melakukan transaksi perbankan dengan WiFi publik. Resikonya terlalu besar, tabungan harus disayang-sayang untuk masa depan, bukan?
Perkuat Literasi Keuangan dan Digital Sebagai Nasabah Bijak Untuk Meminimalisir Kerugian Akibat Kejahatan Siber
Setelah memahami pola kejahatan siber, Nasabah Bijak pasti juga akan belajar tentang literasi keuangan agar tak gampang ditipu penjahat yang mengaku-ngaku pihak bank. Fungsi utamanya untuk meminimalisir kerugian jika suatu saat kita jadi korban penipuan.
Saya juga termasuk Nasabah Bijak yang mempunyai beberapa tabungan di BRI. Di sini banyak sekali edukasi literasi keuangan dan berbagai cara mengelola uang lewat produk perbankan yang ditawarkan BRI.
1. Penyuluh Digital BRI Sarana Edukasi Terkait Literasi Keuangan
Penyuluh Digital BRI ini merupakan solusi inovatif yang ditawarkan BRI agar pegawai tetap yang fungsinya sudah digantikan oleh digitalisasi tidak lay off alias di PHK. Para penyuluh digital BRI ini ditugaskan untuk terjun langsung ke masyarakat, memberikan edukasi terkait literasi keuangan. Berikut 3 tugas utama penyuluh digital BRI:
- Mengedukasi masyarakat agar lebih melek segala jenis layanan perbankan digital sehingga bisa memanfaatkan layanan tersebut untuk mengelola keuangan
- Mengajari masyarakat untuk melakukan transaksi secara digital.
- Sosialisasi bentuk kejahatan digital atau siber, serta cara untuk mengamankan rekening dari kejahatan siber.
2. Pentingnya Mengelola Keuangan, BRI Punya Solusi Berbagai Jenis Tabungan Sesuai Kebutuhan
Salah satu cara untuk mengelola keuangan adalah membagi alokasi uang yang akan ditabung ke beberapa jenis tabungan sesuai kebutuhan. Misalnya tabungan khusus pendidikan, tabungan darurat, tabungan pokok, dll.
BRI punya solusi dengan adanya berbagai macam jenis tabungan seperti Simpedes, Simpedes TKI, Simpedes Usaha, BritAma, BritAma X, BritAma Rencana, BritAma Valas, BritAma Bisnis, Tabungan Haji, Tabungan BRI Simpel, TabunganKu, dan Junio (khusus anak). Saya memiliki jenis tabungan BritAma untuk tabungan hasil kerja freelance dan Simpedes untuk usaha bersama keluarga.
Sumber: dokumentasi pribadi |
3. Investasi dan Asuransi Jadi Kunci Jaminan Masa Depan yang Aman
Selain menyediakan berbagai jenis tabungan sesuai kebutuhan, BRI juga memiliki beberapa produk asuransi. Mulai dari BRI Life jiwa untuk perlindungan keluarga, BRI Life kesehatan untuk biaya medis rumah sakit atau klinik, dan BRINS untuk perlindungan ganti rugi aset perusahaan.
Selain asuransi, BRI juga punya produk investasi seperti Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK), reksa dana, dan Surat Berharga Negara (SBN) Ritel atau obligasi. Asuransi dan investasi adalah hal yang sangat dianjurkan di era digital untuk jaminan masa depan yang aman. Nasabah Bijak yang sudah melek literasi keuangan pasti setidaknya punya satu asuransi dan rajin investasi.
4. Meminjam Uang Lebih Aman di BRI, Nggak Bikin Beban Pikiran
Pengelolaan keuangan yang buruk bisa menyebabkan hutang terjadi, apalagi kalau sampai hutang ke pihak ilegal seperti lintah darat yang biasanya mengaku sebagai koperasi. Daripada hutang di pihak ilegal dan berpotensi jadi target kejahatan siber dengan iming-iming uang, lebih baik meminjam uang ke pihak resmi seperti bank. BRI pun punya produk pinjaman uang mulai dari KPR konvensional dan syariah, hingga pinjaman untuk UMKM.
Yuk, Bangkit Jadi Nasabah Bijak yang Pintar Agar Terhindar dari Kejahatan Siber
Nasabah Bijak pintar dalam bertindak, sigap lindungi diri dari kejahatan siber yang semakin marak."
Di era digital yang serba canggih ini, sudah saatnya sebagai nasabah juga harus pintar dan cerdas. Jadilah #NasabahBijak yang sudah teredukasi dengan literasi keuangan, paham pola kejahatan siber, dan sigap melindungi diri dari tipu daya penjahat siber.
Jangan ragu untuk meminta edukasi dari Penyuluh Digital BRI agar makin cakap bertransaksi secara digital dan waspada terhadap berbagai modus dalam kejahatan siber. Selalu simpan informasi nama akun resmi atau nomor telepon resmi dari pihak bank BRI agar tak terkecoh dengan penjahat siber.
Referensi
- BRI. https://bri.co.id/
- BSSN. 2021. Laporan Tahunan: Monitoring Keamanan Siber 2020.
- BUMN. https://bumn.go.id/post/hadapi-era-digitalisasi-bri-optimalkan-peran-penyuluh-digital
- https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20220328185955-185-777162/cara-kerja-skimming-sedot-data-kartu-atm-sampai-kuras-rekening
- Instagram resmi BRI @bankbri_id
- Instagram komunitas #NasabahBijak @nasabahbijak
- Pusat Kajian Anggaran Badan Keahlian DPR RI. 2021. "Tantangan Penguatan Keamanan Siber dalam Menjaga Stabilitas Keamanan Nasional".
- Survey Lembaga We Are Social. 2022. https://datareportal.com/reports/digital-2022-indonesia%20&%20https://datareportal.com/digital-in-indonesia
- Webinar bertajuk "Tantangan dan Strategi Mengatasi Kejahatan Siber" tahun 2021.
19 komentar
Harus jadi nasabah bijak yang selalu waspada
Sebagai seorang nasabah suatu bank, kita memang diharuskan hati-hati waspada terhadap transaksi keuangan yang kita lakukan
Semoga kita semua jadi nasabah yg makin bijak ya