Sampah organik jadi permasalahan pelik di dalam sistem pengelolaan sampah di Indonesia. Menurut data dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) tahun 2021, sebanyak 40,8% sampah yang ada di Indonesia adalah sampah organik yang berasal dari sisa makanan.
Hal ini menunjukkan bahwa sebagian masyarakat Indonesia belum bisa mengolah sendiri sampah organik yang mereka hasilkan. Padahal ada cara sederhana mengolah sampah organik, yaitu dengan pembuatan kompos skala rumah tangga.
Mengapa Harus Mulai Membuat Kompos di Rumah?
Sampah rumah tangga merupakan sumber sampah paling besar yang mendominasi timbulan sampah di Indonesia pada tahun 2021 menurut data dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN). Sementara itu, jenis sampah sisa makanan atau sampah organik jadi penghasil sampah terbesar di Indonesia hingga tahun 2021.
Timbulan sampah organik yang tidak diolah di TPA bisa menghasilkan gas metana yang mudah meledak jika terkena percikan api. Selain itu, penelitian dari Princeton University (2014) menyebutkan bahwa gas metana ternyata bisa jadi pemicu pemanasan global 30 kali lipat lebih tinggi dibandingkan gas karbon dioksida. Makin mengerikan, bukan?
Salah satu cara yang bisa digunakan untuk mengurangi sampah organik yang berakhir ke TPA adalah membuat kompos sendiri di rumah. Pembuatan kompos skala rumah tangga menggunakan bahan sampah yang dihasilkan sehari-hari di rumah. Bahan tambahan yang diperlukan pun cenderung lebih mudah dan murah. Bisa didapatkan di sekitar rumah atau melalui e-commerce seperti komposter siap pakai, air/EM4 kompos, sarung tangan, dan lain-lain.
Mengenal Kompos Lebih Dekat
Kompos atau biasa juga disebut dengan pupuk kompos sering digunakan sebagai campuran dalam media tanam. Pembuatan kompos dari material organik seperti sampah organik membuat kompos mengandung unsur hara makro dan mikro yang dibutuhkan tanaman. Sebelum memulai pembuatan kompos skala rumah tangga, sebaiknya memahami dulu apa itu kompos, prinsip pembuatan, hingga manfaatnya.
Definisi Kompos
Kompos atau pupuk kompos merupakan salah satu jenis pupuk organik padat. Pupuk kompos berasal dari material organik yang telah melalui proses fermentasi. Material organik tersebut akan terurai secara biologis oleh mikroorganisme yang memerlukan sumber energi dari sampah organik.
Prinsip Pembuatan Kompos
Prinsip dasar pembuatan kompos adalah adanya reaksi penguraian material organik oleh mikroorganisme, kebanyakan secara aerob (membutuhkan oksigen). Selain itu, mengompos berarti menurunkan perbandingan unsur karbon (C) dan nitrogen (N) atau bisa ditulis C/N dalam material organik yang akan dijadikan kompos hingga mendekati perbandingan C/N tanah (<20). Saat nilai C/N material organik mendekati nilai C/N tanah, akan lebih mudah diserap tanah.
Nilai C/N sampah organik yang dihasilkan rumah tangga sangat tinggi (>20). Misalnya saja jerami padi yang punya nilai C/N sebesar 50-70 atau bagian tanaman punya nilai C/N sebesar 15-60. Maka, proses pengomposan dapat menurunkan nilai C/N hingga mendekati nilai C/N tanah.
Dalam proses pembuatan kompos akan terjadi perubahan atau reaksi penguraian untuk menghilangkan kadar karbohidrat dan meningkatkan senyawa N yang larut (amonia). Dengan cara ini, perbandingan C dan N dalam material organik akan semakin turun, dan mudah diserap oleh tanah.
Manfaat Kompos
Manfaat kompos yang dihasilkan dari pembuatan kompos skala rumah tangga banyak sekali dari segi manfaat terhadap lingkungan, ekonomi, dan tanah.
Manfaat terhadap Lingkungan
- Mengurangi polusi udara akibat pembakaran limbah
- Mengurangi resiko terbentuknya gas metana sebagai gas penyebab pemanasan global
- Mengurangi timbulan sampah di TPA
Manfaat terhadap Ekonomi
- Menghemat biaya untuk transportasi sampah dan penimbunan limbah di TPA.
- Memiliki nilai jual
Manfaat terhadap Tanah dan Tanaman
- Meningkatkan kesuburan tanah
- Memperbaiki struktur tanah
- Tanaman bisa tumbuh lebih sehat
Jenis Sampah untuk Pembuatan Kompos
Dalam pembuatan kompos, ada dua jenis sampah yang harus ada dengan perbandingan tertentu, yaitu sampah coklat sebagai sumber karbon (C) dalam sampah hijau sebagai sumber nitrogen (N). Selain sampah coklat dan sampah hijau, ada juga jenis sampah yang tidak disarankan ikut dalam pengomposan karena akan menghalangi reaksi penguraian, mengundang hewan seperti tikus, dan rawan menyebabkan munculnya belatung.
Sampah Coklat
Sampah rumah tangga yang termasuk ke dalam sampah coklat adalah sekam padi, daun atau rumput kering, ranting kayu, jerami, kulit kacang, kulit jagung, cangkang telur, serpihan kayu, limbah kertas, dan kardus.
Sampah Hijau
Sampah hijau sering disebut sebagai spah basah, padahal tidak semua sampah basah masuk ke dalam kategori sampah hijau. Sampah rumah tangga yang bisa dikategorikan sebagai sampah hijau adalah sisa sayuran dan buah, daun hijau atau rumput segar, bunga segar, sisa teh celup, ampas kopi, roti berjamur dan pupuk kandang.
Sampah yang Harus Dihindari
Jenis sampah yang harus dihindari untuk membuat kompos adalah daging, susu dan produk turunan susu, tulang ayam, kulit udang, lemak atau minyak, kotran anjing atau kucing, dan tanaman gulma atau berpenyakit.
Faktor yang Mempengaruhi Pembuatan Kompos
Selain jenis sampah, ada beberapa hal yang mempengaruhi pembuatan kompos seperti ukuran bahan, komposisi bahan, jumlah mikroorganisme, suhu, dan kelembapan.
1. Ukuran Bahan
Sampah rumah tangga degan ukuran besar akan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk terdekomposisi atau terurai. Waktu pembuatan kompos bisa dipercepat dengan memperluas permukaan sampah, sehingga sampah organik mudah dan cepat diuraikan oleh mikroorganisme menjadi kompos.
2. Komposisi Bahan
Pada pembuatan kompos, perbandingan jumlah sampah coklat dan sampah hijau juga harus diperhatikan. Biasanya perbandingan yang digunakan adalah 2:1 untuk sampah coklat: sampah hijau. Ada juga yang menggunakan perbandingan sampah coklat: sampah hijau sebesar 3:1.
3. Jumlah Mikroorganisme
Biasanya untuk mempercepat proses pengomposan, akan ditambah bioaktivator atau larutan EM4 sebagai sumber mikroorganisme tambahan. EM4 atau Effective Microorganism-4 inokulan campuran mikroorganisme (Lactobacillus, ragi, bakteri fotosintetik, actynomycetes, dan jamur pengurai selulosa) yang mampu mempercepat kematangan dalam proses pembuatan kompos.
4. Suhu
Suhu optimal untuk pembuatan kompos adalah sekitar 30⁰-50⁰C. Suhu yang terlalu rendah membuat mikroorganisme dalam kondisi dorman, sedangkan suhu yang terlalu tinggi bisa membunuh mikroorganisme.
Perhatikan Jenis Sampah Agar Sukses Membuat Kompos dari Rumah
Saat memutuskan untuk membuat kompos skala rumah tangga, perhatikan jenis sampah yang digunakan dan perbandingan sampah coklat: sampah hijau. Sebelum mulai mengompos, segera pisahkan sampah yang dihasilkan rumah tangga berdasarkan penggolongan sampah coklat, sampah hijau, dan sampah yang belum bisa dijadikan bahan kompos. Ketika bahan dirasa sudah cukup banyak, bisa langsung mulai untuk pembuatan kompos.
Referensi
- Barret, J.R. 2017. Compost: Your Trash, Nature's Treasure!. American Chemistry Society. https://www.acs.org/content/acs/en/education/resources/highschool/chemmatters/past-issues/2017-2018/october2017/composting-your-trash-natures-treasure.html Diakses 2 September 2022
- Sasetyaningtyas, D. 2020. Cara Mulai Mengompos di Rumah. https://sustaination.id/cara-mulai-mengompos-di-rumah/ Diakses 2 September 2022
- Yvon-Durocher, Gabriel, Andrew P. Allen, David Bastviken, Ralf Conrad, Cristian Gudasz, Annick St-Pierre, Nguyen Thanh-Duc, Paul A. del Giorgio. 2014. Methane fluxes show consistent temperature dependence across microbial to ecosystem scales. Nature. DOI: 10.1038/nature13164
- Zuraida, N. 2020. Mengompos di Rumah: Solusi Sampah Organik Anda. https://waste4change.com/blog/composting/ Diakses pada 2 September 2022
15 komentar
Cuma emang sih harus perlu niat, kalo mageran mah susah heheheh :D
Apalagi di jaman sekarang serba instan, jadinya kebanyakan "tinggal beli" kalo emang males ribet :D
Lalu membagikan wawasan ke anak2 yaaaa
Ini sangat penting untuk kita memanfaatkan limbah di sekitar kita, terutama daun kering, karena masih banyak orang yang memilih untuk membakarnya, padahal bisa kita manfaatkan untuk dibuat kompos yang bermanfaat untuk tanaman