Bunda, bintang mana?” Celoteh si kecil kebingungan mencari jejak bintang yang tak tampak di langit Surabaya. Langit malam yang kami lihat saat itu adalah langit berwarna keabu-abuan, tampak kosong, dan terasa hampa. Langit malam yang terkena dampak polusi cahaya.
Kira-kira seminggu yang lalu aku dan suami sempat jalan-jalan sebentar di malam hari bersama si kecil. Anakku ini tipe anak kecil yang tidak bisa diam. Dia selalu mengamati kondisi alam yang ada di sekitarnya, termasuk langit malam yang bisa ia lihat secara bebas dengan kedua matanya.
Malam itu tiba-tiba si kecil mempertanyakan kemana para bintang yang sering ia lihat dalam buku favoritnya. Mungkin dia sedikit berpikir, “kok langitnya nggak ada bintang, padahal malam hari?”. Entah kenapa saat si kecil bertanya tentang keberadaan bintang di langit, ada rasa sedih yang muncul karena dia hidup di zaman yang sudah rusak karena polusi.
Absennya bintang di langit diakibatkan karena dampak polusi cahaya dan juga polusi udara yang akhir-akhir ini semakin menjadi-jadi. Oleh karena itu para bintang di langit Surabaya seolah-olah sedang sembunyi. Mereka tetap berada di tempatnya, tapi tak tampak oleh sebagian penduduk bumi, terutama penduduk bumi di kota Surabaya.
Sebuah Memoar Indahnya Bintang di Langit Malam untuk Anakku
Tulisan ini aku buat sebagai memoar untuk anakku tentang bagaimana indahnya bintang yang menghiasi langit malam pada zaman Bundanya masih sekolah. Di malam saat si kecil bertanya kemana perginya para bintang di langit, membuat hatiku terenyuh.
“Kasihan, kamu, Nak. Hidup di zaman penuh polusi sampai nggak bisa melihat bintang dengan mata telanjang,” gumamku saat itu sambil memandang langit malam yang kini warnanya tidak sepekat dulu, cenderung berwarna keabu-abuan.
Oleh karena itu, lewat tulisan ini aku ingin menceritakan bagaimana indahnya langit malam yang berwarna hitam pekat dengan taburan jutaan bintang yang dulu masih bisa dilihat dengan mata telanjang. Semoga saat si kecil sudah bisa membaca tulisan di blog Bundanya, dia bisa mengerti kenapa saat kecil dulu tidak bisa melihat bintang, lalu memikirkan solusi agar generasi masa depan masih bisa melihat bintang di langit malam.
10 Tahun Lalu, Terakhir Kali Aku Bisa Melihat Rasi Orion dengan Mata Telanjang
Ilustrasi rasi Orion (sumber: theplanets.org) |
Kira-kira sekitar 10 tahun yang lalu saat usiaku masih memasuki usia 20, aku masih bisa melihat beberapa rasi bintang dengan mata telanjang seperti rasi Orion dan rasi Pari. Meskipun langit malam saat itu sudah tak bisa menampilkan jutaan bintang yang berkelip, tapi aku masih bisa melihat rasi bintang Orion atau rasi bintang pari. Kalau sekarang? Menemukan beberapa bintang saja sudah termasuk harta karun bagi mata manusia.
Langit Malam Surabaya Dulu dan Kini
Langit malam Surabaya yang masih tersisa di ingatanku saat kecil adalah langit berwarna hitam pekat dengan sedikit taburan bintang yang masih bisa dilihat dengan mata telanjang. Berbeda sekali dengan langit di desa Ibuku yang warna langitnya jauh lebih hitam pekat dan bisa melihat taburan bintang seperti glitter yang disebar di kertas berwarna hitam.
Kota Surabaya saat itu jelas sudah terkena dampak polusi cahaya, sehingga bintang mulai tampak samar di langit malam. Sebaliknya, desa tempat kelahiran Ibuku termasuk desa terpencil dengan penerangan yang masih sangat minim di malam hari.
Puluhan tahun berlalu, langit malam di Surabaya makin memrihatinkan ditandai dengan absennya kehadiran bintang dan warna langit yang berubah jadi keabu-abuan padahal sedang tidak mendung. Namun, ada malam-malam tertentu saat warna langit cenderung lebih pekat, ditemani beberapa gelintir bintang yang bisa dilihat dengan mata telanjang.
Kenangan Hangat dengan Rasi Orion VS Kenangan Hampa Si Kecil
Sepuluh tahun yang lalu aku tidak akan menyangka bahwa malam itu adalah malam terakhir aku bisa melihat rasi bintang Orion dari langit Surabaya secara jelas. Kenangan hangat dengan rasi Orion selalu membuat rasa syukur terhadap Allah SWT semakin besar.
Sayangnya, si kecil belum punya kenangan untuk melihat keagungan ciptaan Allah SWT lewat bintang di langit malam Surabaya. Mungkin suatu saat nanti aku akan mengajaknya ke Bandung, lebih tepatnya ke Bosscha untuk melihat bintang di malam hari. Setahuku dulu ada tour melihat bintang yang disediakan oleh pihak Bosscha. Semoga masih ada, sehingga si kecil juga punya kenangan hangat tentang bintang.
Bunda, Kemana Para Bintang itu Sembunyi?
Jujur, pertanyaan si kecil masih membuat pikiranku jadi mengembara kemana-mana. Rasanya seperti ada beban tanggung jawab sebagai manusia di masa lalu untuk anakku yang merupakan manusia di masa depan. Akhirnya, terciptalah tulisan ini sebagai cerita untuk muhasabah diri sebagai manusia.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan para bintang terlihat seperti sembunyi dari langit Surabaya. Faktor utama adalah dampak polusi cahaya yang menyebabkan bintang tampak samar di langit Surabaya. Faktor lainnya adalah selimut polusi udara, kabut, aerosol, dan lain-lain.
Polusi Cahaya, Sembunyikan Bintang di Langit Malam
Ternyata bukan cuma udara, air, atau tanah saja yang bisa terjebak polusi. Cahaya juga bisa jadi polusi bagi langit malam ketika kehadirannya berlebihan. Sumber cahaya buatan yang telah diciptakan manusia turut berkontribusi dalam polusi cahaya. Contoh penyebab polusi udara adalah lampu jalan atau lampu taman yang mengarah ke atas dan tak memiliki tudung, baliho dengan penerangan mengarah ke atas, dan masih banyak lagi.
Jenis cahaya lampu mulai dari buruk hingga bagus untuk langit (sumber: nasa.gov) |
Dalam penelitian untuk mengukur kecerahan langit malam (night sky brightness) yang dilakukan oleh peneliti Observatorium Bosscha (2020), disebutkan bahwa pertumbuhan daerah yang tercemar cahaya meningkat pesat, mengelilingi daerah pegunungan di wilayah timur-barat Bandung hingga ketinggian lebih dari 1000 m. Hal ini menyebabkan pihak Observatorium Bosscha sedikit kesulitan dalam mengamati benda-benda langit, termasuk bintang.
Dampak Polusi Cahaya Bagi Kesehatan Manusia dan Perekonomian
Selain membuat para bintang sembunyi, dampak polusi cahaya juga bisa memengaruhi kesehatan manusia dan perekonomian bangsa. Cahaya yang terlalu terang bisa mengganggu penglihatan, menimbulkan insomnia, bahkan menurunkan kekebalan tubuh dilansir dari American Medical Association (2009). Penggunaan lampu jalan, taman, atau baliho juga tentunya memerlukan penggunaan listrik yang sangat besar, sehingga bisa memengaruhi perekonomian di Indonesia.
Selimut Polusi Udara, Ancaman Lain yang Perlu Diwaspadai
Selain polusi cahaya, ada satu polusi yang belum banyak diteliti dampaknya terhadap kecerahan langit malam, tapi perlu diwaspadai ancamannya. Sebab, asap atau aerosol dari polusi udara juga bisa memendarkan cahaya dan membuat benda langit semakin sulit diamati dengan mata telanjang (Ściężor dan Czaplicka, 2020). Apalagi kualitas udara di Indonesia mendapat rapor merah dari Kualitas Udara Dunia IQAir pada tahun 2021, membuat Indonesia menyandang peringkat 17 dunia, dan peringkat 1 Asia Tenggara untuk negara dengan selimut polusi udara terburuk.
Pentingnya Rasi Bintang Sebagai Warisan Manusia untuk Generasi Mendatang
Apa sih pentingnya kehadiran rasi bintang di langit malam yang bisa dilihat dengan mata telanjang?"
Jawabannya adalah sebagai warisan manusia (human heritage) untuk generasi masa depan agar bisa melihat langit malam berbintang dengan mata telanjang. Rasi bintang juga punya kaitan erat sebagai warisan budaya di Indonesia melalui legenda dan fungsinya sebagai petunjuk arah.
Undang-undang Polusi Cahaya untuk Lindungi Langit Malam Berbintang Sebagai Warisan Manusia
Berawal dari Keputusan Presiden tahun 2018, undang-undang tentang Polusi Cahaya pertama muncul di Indonesia. Undang-undang Polusi Cahaya tersebut mengatur pengelolaan lampu lokal dalam radius 2,5 km di sekitar Observatorium Bosscha. Hadirnya Undang-undang Polusi Cahaya, menjadi angin segar bagi para peneliti di Observatorium Bosscha. Sebab, hukum yang diatur dalam Undang-undang Polusi Cahaya bisa digunakan untuk melindungi langit malam berbintang sebagai warisan manusia untuk generasi mendatang.
Legenda Bintang dalam Kearifan Lokal Budaya
Legenda rasi bintang atau cerita rakyat tentang rasi bintang ternyata banyak juga yang muncul dalam kepercayaan rakyat Indonesia. Salah satu contohnya legenda rasi Orion versi Indonesia, Hala Na Godang yang aku tulis dalam novel Polaris. Selain itu juga ada beberapa lagi legenda bintang dalam rakyat Indonesia yang sudah aku rangkum dalam tulisanku tentang Bosscha.
Ilustrasi legenda Hala Na Godang, Rasi Orion versi Indonesia (sumber ilustrasi: langitselatan.com) |
Rasi Bintang Sebagai Petunjuk Arah
Ada yang tahu orang Bira? Ya, orang Bira dari Makassar berhasil sampai di Madagascar hanya berpatokan pada rasi bintang dan petunjuk alam. Sekali lagi, aku juga mengangkat cerita tentang orang Bira ini di dalam novel Polaris.
Jaga Langit Malam dari Polusi Cahaya Sebagai Warisan Manusia untuk Generasi Masa Depan
Seru sekali ternyata, ya, membahas polusi cahaya yang mengakibatkan bintang sembunyi di langit malam gara-gara ocehan si kecil. Awalnya aku hanya ingin mengabadikan momen si kecil yang bertanya tentang keberadaan para bintang di langit, tapi ternyata menyelami itu semua juga bisa jadi pengalaman ilmu berharga bagiku.
Dampak polusi cahaya begitu besar bagi kecerahan langit malam, terutama para bintang yang jadi 'sembunyi' karenanya. Padahal, langit malam berbintang adalah hak setiap manusia. Oleh karena itu muncul Undang-undang Polusi Cahaya untuk menyelamatkan langit malam sebagai warisan manusia.
Peran kita sebagai manusia sangat vital dalam mengurangi dampak polusi cahaya. Terutama dengan cara sederhana seperti menghemat pemakaian lampu, tidak memasang lampu kendaraan bermotor yang menyilaukan mata, dan masih banyak lagi. Yuk, jaga warisan manusia berupa langit malam berbintang untuk generasi masa depan.
Referensi
- D. Herdiwijaya, R. Satyaningsih, Luthfiandari, H.A. Prastyo, E.P. Arumaningtyas, M. Sulaeman, A. Setiawan, Y. Yulianti, Measurements of sky brightness at Bosscha Observatory, Indonesia, Heliyon, Volume 6, Issue 8, 2020, e04635, ISSN 2405-8440, https://doi.org/10.1016/j.heliyon.2020.e04635.
- Tomasz Ściężor, Anna Czaplicka, The impact of atmospheric aerosol particles on the brightness of the night sky, Journal of Quantitative Spectroscopy and Radiative Transfer, Volume 254, 2020, 107168, ISSN 0022-4073, https://doi.org/10.1016/j.jqsrt.2020.107168.
9 komentar
Sekarang syusyaahhh klo mau cari bintang d langit
Tertutupi polusiiii
tapi emang pengen banget bisa lihat rasi bintang yang terang kayak gitu mbaa.. huhu.. sekarang kayaknya udah susah yaa karena ketutup polusi dimana2