Jan babuek karusakan di lawik jo di darat, beko alam bisa babalik manyarang kito."
Jangan berbuat kerusakan di laut dan di darat, nanti alam bisa berbalik menyerangmu."
Sumber: Dokumentasi David Hidayat dengan izin |
Sekitar tahun 2014, kelompok penyelam sedang melakukan agenda menyelam di laut untuk sebuah penelitian dan dokumentasi. Betapa gembiranya mereka melihat keindahan bawah laut yang beragam.
Apalagi masih banyak terumbu karang yang cantik dengan ikan kecil warna-warni berenang di sekitarnya. Salah satu penyelam wanita lantas mengabadikan momen itu dengan kamera canggih yang bisa mengambil gambar di dalam laut.
Tak lama kemudian, penyelam wanita itu melihat gerak-gerik aneh penyelam lain dari kejauhan. Mereka tak memakai baju selam, hanya memakai kaos dan celana, serta menggunakan kacamata selam.
"Sepertinya itu nelayan liar," pikir penyelam wanita itu.
Nelayan liar itu tampak meletakkan sesuatu di antara terumbu karang. Setelah itu, mereka menjauh sejenak. Tak lama kemudian, sebuah ledakan kecil terjadi.
Terumbu karang yang cantik itu hancur, menyisakan serpihan karang yang berhamburan. Ikan-ikan di sekitar terumbu karang pun mati seketika.
Sadar akan peristiwa yang bisa merusak ekosistem laut, penyelam wanita sekaligus peneliti itu hendak menghampiri sang nelayan liar yang berbuat kerusakan. Namun, tiba-tiba penyelam liar itu dihantam oleh pusaran air disertai serangan kelompok ikan.
Ilu inistrasi cerita (sumber gambar: olah grafis canva) |
Setelah itu, sang nelayan liar tampak kelelahan, dan tak sadarkan diri. Penyelam wanita itu pun bergegas untuk menyelamatkan si nelayan liar atas dasar kemanusiaan.
Untung saja penyelam liar itu masih bisa diselamatkan. Untung saja laut tidak menenggelamkan nelayan liar itu selamanya di dasar lautan dan membuat keluarga kecilnya kehilangan sosok bapak.
Begitulah cerita laut dan keserakahan manusia yang berbalik menyerang. Cerita ini diceritakan oleh kakak tingkat yang kebetulan seorang penyelam profesional. Dia ingin agar adik tingkatnya tidak ikut jadi perusak alam.
Hampir mirip dengan kakak tingkatku yang memiliki hobi menyelam sekaligus menjaga lingkungan, ada seorang pemuda dari sebuah desa di Sumatera Barat yang terkenal sebagai penjaga laut dari pesisir selatan. David Hidayat namanya, anak desa Sungai Pinang yang mencintai laut, berusaha menjaga, serta menyelamatkan ekosistem laut.
David Hidayat, Si Anak Desa Sungai Pinang yang Mencintai Laut
Sumber: Dokumentasi David Hidayat dengan izin |
Suara laut, debur ombak, dan gemerisik angin pantai adalah kenangan indah kampung halaman tempat David kecil tumbuh di Nagari Sungai Pinang. Kala itu, laut masih menampakkan keindahan para penghuni laut dan menjamu kehidupan masyarakat sekitar dengan baik.
Namun, seiring berjalannya waktu, laut Sumatera Barat yang dikenang David sebagai alam yang indah, perlahan sirna menuju kerusakan. Dimulai dengan rusaknya ekosistem terumbu karang, hingga mengancam perekonomian masyarakat pesisir.
Pulang ke kampung halaman setelah bertualang panjang mencari ilmu adalah langkah pertama yang David lakukan untuk perubahan. Ia berjanji akan mengamalkan ilmu serta pengalaman menyelam yang ia dapatkan kepada masyarakat pesisir Nagari Sungai Pinang, lalu #BangkitBersamauntukIndonesia.
Arti Laut Bagi Seorang David Hidayat
Sekumpulan "school fish" di terumbu karang Nagari Sungai Pinang (sumber: dokumentasi David Hidayat dengan izin) |
Laut tak sekadar menawarkan keindahan yang kadang membuat orang serakah untuk memilikinya. Bagi David Hidayat, laut adalah sumber kehidupan yang diberikan Sang Pencipta kepada masyarakat yang tinggal di sekitarnya.
Terbukti dari hasil produksi laut Indonesia yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun hingga mencapai 6 juta ton pada tahun 2019, menurut hasil laporan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Jenis produksi laut Indonesia, terutama Sumatera juga beragam mulai dari ikan karang, cumi, kepiting, lobster, udang, dan masih banyak lagi.
Lahir dan tumbuh di sebuah desa bernama Nagari Sungai Pinang membuat David sangat akrab dengan kehidupan nelayan dan laut. Lokasinya berada di samping Mandeh yang dikenal sebagai Raja Ampatnya Sumatera Barat.
Sungai Pinang juga dikenal memiliki potensi bahari yang menawan. Posisinya pun strategis untuk menarik wisatawan karena menghadap ke pantai barat Sumatera.
Kegelisahan Rusaknya Wilayah Pesisir Nagari Sungai Pinang
Dibalik pesona bahari Nagari Sungai Pinang, David ternyata memiliki kegelisahan yang membuncah terhadap nasib laut dan sekitarnya sejak menekuni hobi sebagai penyelam. Saat menyelam ia selalu mengagumi isi laut ciptaan Sang Pencipta yang begitu beragam.
Di sisi lain, ada suatu rasa kecewa karena rusaknya ekosistem laut yang membersamainya tumbuh sejak kecil. Ia melihat banyak terumbu karang yang rusak, ikan yang mulai berkurang kehadirannya, dan lain-lain.
Olah grafis dari Keputusan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 50/KEPMEN-KP/2017 (BPS, 2021) |
Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 50/KEPMEN-KP/2017, wilayah Sumatera Barat masuk ke dalam Wilayah Pengelompokan Perikanan (WPP 711) dengan tingkat over eksploitasi pada jenis ikan karang. Ditambah lagi, berdasarkan laporan dari Pusat Penelitian Oseanografi – Coremap CTI, sebanyak 42,01% terumbu karang di wilayah perairan Sumatera Barat memiliki kategori buruk (BPS, 2021).
Hal ini menyebabkan potensi alam Sumatera Barat bisa rusak, bahkan hancur di masa depan. Akibatnya, tak hanya ekosistem laut yang terancam punah, perekonomian masyarakat pesisir pun juga terancam musnah.
Hobi Menyelam Berujung Inisiasi Program Penjaga Laut dari Pesisir
Nagari Sungai Pinang (sumber: dokumentasi David Hidayat dengan izin) |
Setelah sekian lama mendalami hobinya menyelam, tahun 2014 David merasa harus ada suatu inisiasi gerakan untuk menjaga laut di pesisir Sumatera Barat. Selain itu, masih banyak potensi alam yang bisa membangkitkan perekonomian warga pesisir, tapi belum dipoles untuk memiliki daya tarik wisatawan.
David pun membuat suatu program penyelamatan lingkungan yang ada di sekitarnya dengan dasar dirinya sebagai penyelam. Ia mulai langkah awalnya dengan melakukan penyelaman untuk menyelamatkan terumbu karang.
Biota laut Sungai Pinang (sumber: dokumentasi David Hidayat dengan izin) |
Tak hanya dirinya saja, David juga berhasil menarik warga desa Nagari Sungai Pinang. Perkumpulan ini pun diberi nama ANDESPIN Deep West Sumatera dengan program utama "Penjaga Laut dari Pesisir".
Inisiasi ANDESPIN Deep West Sumatera
Sebagai orang - orang yang hidup di bumi bahari (Indonesia), ANDESPIN hadir untuk meningkatkan rasa peduli dan memiliki terhadap potensi kekayaan sumber daya alam kita, terutama kelautan dan perikanan."
ANDESPIN merupakan akronim dari Anak Desa Sungai Pinang, kampung halaman David Hidayat di Sumatera Barat. Pemilihan bahasa inggris untuk menyebut Sumatera Barat sebagai "West Sumatera" agar lebih dikenal masyarakat luas hingga internasional.
Pada inisiasi awal, David mengajak beberapa pemuda di desanya yang tertarik dengan dunia selam. Setelah itu, mereka juga diajak ikut menyelamatkan terumbu karang saat menyelam.
Pengawasan terumbu karang (sumber: dokumentasi David Hidayat dengan izin) |
Dari situlah akhirnya terbentuk kelompok pemuda anak desa Sungai Pinang yang saat ini disebut sebagai ANDESPIN Deep West Sumatera. Setelah tahun pertama fokus mereka pada penyelamatan terumbu karang, di tahun-tahun berikutnya David bersama kelompoknya mulai merancang program konservasi alam, pembekalan generasi muda, dan usaha sampingan dari potensi bahari.
Program-program tersebut selain untuk menjaga ekosistem laut, juga untuk membangkitkan ekonomi masyarakat sekitar Nagari Sungai Pinang. Tak lupa nilai moral peduli lingkungan juga ditanamkan pada generasi muda anak desa Sungai Pinang untuk masa depan bahari Indonesia.
Program ANDESPIN Deep West Sumatera: Selamatkan Laut, Bangkitkan Ekonomi Masyarakat Pesisir
Tujuan utama David Hidayat menggerakkan masyarakat desa Sungai Pinang adalah untuk menyelamatkan ekosistem laut Sumatera dan menjaganya agar tidak rusak di masa depan. Disamping itu, David juga berharap bisa membangkitkan ekonomi masyarakat sekitar pesisir melalui potensi bahari desa Sungai Pinang sebagai bagian dari negara maritim, Indonesia.
Beberapa program yang sudah dilakukan oleh ANDESPIN Deep West Sumatera mulai dari konservasi alam, penangkaran penyu, usaha kecil, dan rumah literasi.
Konservasi Terumbu Karang
“Kenapa David dan masyarakat sekitar rela susah payah mengawasi terumbu karang dan membudidayakannya?”
Terumbu karang ternyata jadi kunci utama keseimbangan ekosistem laut. Ribuan binatang dan tumbuhan laut hidup dalam terumbu karang. Bahkan, jumlah total hasil perikanan dunia yang didapat dari ekosistem terumbu karang secara lestari mencapai 9 juta ton per tahun.
Sayangnya, menurut Coremap (Coral Reef Rehabilitation and Management Program) saat ini terjadi degradasi terumbu karang di Indonesia sebanyak 70%-90% akibat perubahan iklim dan nelayan liar. Hal ini bisa memicu peurunan produksi ikan tangkap laut. Manusia pun terancam bencana kelaparan di masa mendatang.
Konservasi terumbu karang ANDESPIN (sumber: dokumentasi David Hidayat dengan izin) |
Davi Hidayat dan masyarakat sekitar yang tergabung dalam ANDESPIN melakukan penyelaman secara berkala untuk memeriksa terumbu karang. Jika ada terumbu karang yang rusak, maka akan segera dilakukan penanganan.
Agar ekosistem laut terjaga, David juga melakukan budidaya terumbu karang untuk menggantikan terumbu karang yang rusak atau hilang. Prosesnya mulai dari transplantasi terumbu karang dengan memotong karang indukan, lalu menanamnya, dan memeliharanya dengan pengawasan yang ketat.
Pembibitan Mangrove
Tak hanya di dalam laut, David dan ANDESPIN juga melakukan rehabilitasi kawasan pantai dan muara sungai untuk melindungi garis pantai. Caranya dengan melakukan pembibitan mangrove dan cemara laut untuk ditanam di kawasan pantai.
Pembibitan mangrove (sumber: dokumentasi David Hidayat dengan izin) |
Ternyata banyak juga pihak luar yang berminat membeli bibit mangrove untuk upaya pelestarian hutan mangrove. Tentu saja hal ini bisa turut menyumbang perekonomian masyarakat sekitar pesisir.
Batik dan Kopi Mangrove
Pada tahun 2020 kelompok ANDESPIN mengembangkan turunan produk mangrove berupa Batik dan Kopi setelah mendapat bantuan dari Direktorat Pendayagunaan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (P4K) DJPRL – KKP. David pun melakukan pemberdayaan masyarakat dengan mengolah produk turunan mangrove dalam rangka pemulihan ekonomi masyarakat.
Batik mangrove (sumber: dokumentasi David Hidayat dengan izin) |
Sayangnya, saat ini David memiliki kesulitan untuk mengembangkan batik mangrove. Sebab belum menemukan pengajar atau mentor khusus yang bisa mengajarkan ibu-ibu membatik dengan motif mangrove yang lebih baik.
Rumah Literasi
Pendidikan adalah investasi terbaik untuk generasi masa depan. David Hidayat sadar akan hal itu, sehingga membuat Rumah Literasi untuk generasi muda anak desa Sungai Pinang.
Rumah literasi ANDESPIN (sumber: dokumentasi David Hidayat dengan izin) |
Kegiatan di Rumah Literasi menekankan pendidikan literasi untuk anak-anak desa Sungai Pinang. Biasanya anak-anak di sana akan mampir ke Rumah Literasi setelah surfing di laut.
David akan mengajarkan anak-anak membaca dan menulis sambil bermain. Menurutnya ini sangat efektif merangkul anak desa Sungai Pinang untuk mendapat pendidikan literasi secara menyenangkan.
Kontribusi ANDESPIN Deep West Sumatera untuk Indonesia Bangkit Lebih Baik
Kiprah David dan kelompok ANDESPIN Deep West Sumatera ini telah memberikan kontribusi nyata bagi Indonesia. Apa yang dilakukan oleh David merupakan inspirasi bagi kita semua untuk saling bahu-membahu bangkit bersama untuk masa depan Indonesia.
Penjaga Laut di Pesisir Sumatera
Sejak inisiasi pada tahun 2014 hingga saat ini, ANDESPIN Deep West Sumatera telah dipercaya oleh pemerintah setempat dalam program “Penjaga Laut dari Pesisir Selatan”. Kiprah nyata David dan kawan-kawan untuk menyelamatkan laut Sumatera Barat, memiliki kontribusi dalam menjaga ekosistem terumbu karang dan produksi laut Indonesia untuk persediaan pangan nasional.
Membangkitkan Perekonomian Masyarakat Pesisir
David pernah mengatakan bahwa masyarakat pesisir Nagari Sungai Pinang memiliki rata-rata tingkat pendidikan yang masih rendah. Perekonomian mereka pun bergantung dari potensi bahari laut Sumatera. Melalui ANDESPIN, pemerintah bisa memberikan bantuan yang tepat sasaran sesuai keahlian masyarakat sekitar dengan memanfaatkan potensi mangrove beserta produk turunannya dan potensi wisata Nagari Sungai Pinang.
Program tersebut bisa membantu pemulihan ekonomi masyarakat pesisir yang secara tidak langsung juga bisa mengangkat perekonomian Indonesia. Tinggal tahap pengembangan untuk lebih mendongkrak perekonomian lewat wisata dan souvenir atau oleh-oleh khas Nagari Sungai Pinang.
Mencetak Generasi Muda yang Paham Literasi dan Cinta Lingkungan
Program Rumah Literasi dalam naungan ANDESPIN memiliki misi yang cukup besar karena bisa mencetak generasi muda yang teredukasi serta cinta lingkungan. Kalau bukan generasi muda keturunan penghuni Nagari Sungai Pinang, siapa lagi yang akan membangun daerah asalnya menjadi lebih baik? Siapa lagi yang akan menjaga bumi bahari Indonesia tetap berjaya seperti dahulu kala?
Penutup: Pesan David Hidayat untuk Generasi Muda agar Bangkit Bersama untuk Indonesia
Saya ingin mengajak generasi muda untuk kembali pulang dalam artian menjaga dan melestarikan lingkungan kita, baik laut maupun darat demi bangkit bersama untuk Indonesia."
Satu lilin mungkin hanya bisa menerangi satu petak ruangan. Dua lilin mungkin hanya bisa menerangi dua petak ruangan. Akan tetapi, jutaan lilin mungkin bisa menerangi dunia dengan cahayanya.
Seorang David Hidayat dan ANDESPIN Deep West Sumatera bisa menjadi penjaga laut dari pesisir selatan. Bagaimana jika seluruh Indonesia turut serta menjaga laut? Mungkin Indonesia bisa kembali bangkit dan berjaya sebagai negara maritim yang besar.
Sudah saatnya kita #BangkitBersamauntukIndonesia, menjaga laut yang kita punya untuk masa depan yang lebih baik. Caranya sangat mudah menurut David Hidayat, cukup dengan TIDAK membuang sampah atau apa pun ke dalam laut. Jangan pula serakah mengambil apa pun dari laut.
#KitaSatuIndonesia, satu laut yang sama, laut Indonesia.
Referensi
- Badan Pusat Statistik. Statistik Sumber Daya Laut dan Pesisir 2021. Jakarta: Badan Pusat statistik
- Keputusan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 50/KEPMEN-KP/2017
- Pusat Penelitian Oseanografi – Coremap CTI. Terumbu Karang. http://coremap.oseanografi.lipi.go.id/berita/520
- Wawancara Daring dengan David Hidayat, 22 Desember 2022
26 komentar
Aku pernah menonton salah satu variety show Korea yang memang sengaja mengundang artis yang jago menyelam (karena uda punya lisensi) dan mengajak penonton untuk peduli dengan laut.
Mas David Hidayat telah melakukannya untuk laut Indonesia.
Dan semoga langkahnya ini bisa menjadi penggerak bagi anak muda lain untuk mencintai laut lebih baik lagi.
Peduli terhadap kelestarian laut dan memberdayakan masyarakat pesisir
Ya, karena aku ngga percaya mitos tetap aku buang di tempat sampah. Semoga makin banyak masyarakat yang cerdas dan bisa membedakan mana mitos mana fakta ya