Ia5K33hce05kVEU1UP8J8DLa01dvV8DSgOffubpV
Bookmark

Pengalaman Mengompos Pertama: Jenis Komposter Kurang Tepat

Pengalaman mengompos pertama selalu punya cerita."

Mimin Sustaination
Belajar mengompos untuk pemula

Begitu balas komentar akun Sustaination saat aku terlanjur mengompos sampah organik dapur dengan komposter karung. Padahal saat itu Sustaination sedang memberi edukasi tentang komposter drum yang lebih cocok untuk sampah dapur. Sementara itu, komposter karung lebih cocok untuk sampah kering kebun.

Benar saja, beberapa masalah pun datang sebagai cerita unik saat aku pertama kali mengompos dengan composter bag. Air lindi dari hasil samping kompos tidak bisa mengalir keluar, sehingga kompos menjadi becek.

Ternyata pemilihan jenis komposter juga mempengaruhi hasil kompos. Sampah dapur yang kebanyakan berupa sampah organik lebih cocok menggunakan komposter drum daripada komposter karung.


Mengenal Jenis Komposter

Ada beberapa jenis komposter yang sering digunakan untuk mengompos. Sebelum memilih jenis komposter yang sesuai, bisa dibaca lagi tentang jenis sampah yang digunakan untuk mengompos. Barulah bisa ditentukan jenis komposter yang cocok untuk sampah yang akan dijadikan kompos.

1. Keranjang Takakura

Takakura merupakan teknik mengompos yang dikembangkan oleh Pusdakota bersama Pemerintah Kota Surabaya, Kitakyusu International Techno-cooperative Association, dan Pemerintahan Kitakyusu Jepang pada tahun 2005. Keranjang Takakura merupakan hasil penelitian ahli Kimia terapan dari Jepang, Koji Takakura.

Jenis komposter
Keranjang Takakura (sumber: YPBB Bandung)

Komposter ini biasanya menggunakan keranjang yang berlubang-lubang, kemudian dilapisi kardus bekas. Bahan-bahan komposter seperti sampah hijau, sampah cokelat, dan tanah atau starter kompos di susun di dalam keranjang Takakura. Ada beberapa bahan yang tidak bisa dimasukkan ke dalam keranjang Takakura, sama seperti yang sudah aku jelaskan di postingan sebelumnya tentang bahan komposter.

2. Komposter Pot (Gerabah)

Komposter pot atau gerabah merupakan komposter sederhana yang bisa dibuat dan diaplikasikan secara mudah. Prinsipnya merupakan bentuk dari kearifan lokal masyarakat Indonesia yang dulu membuat lubang di tanah untuk membuang sampah. Komposter pot atau gerabah lebih cocok digunakan untuk outdoor dan memiliki lahan luas.

Jenis komposter
Komposter pot (sumber: sustaination.id)

Cara membuat kompos dengan komposter pot cukup taruh sampah coklat di bagian bawah pot yang sudah berlubang, masukkan starter tanah kompos, sampah hijau, siram dengan air leri atau air gula, tutup kembali dengan sampah coklat. Bagian atas pot juga harus ditutup untuk memberikan kelembapan.

Jenis pot gerabah memiliki sifat yang ‘bernafas’ sehingga memberikan sirkulasi udara yang lebih baik daripada pot plastik. Oleh karena itu, lebih baik menggunakan jenis pot gerabah jika ingin hasil kompos tidak becek. 

3. Komposter Drum atau Kontainer

Komposter jenis ini menggunakan drum atau kontainer bekas berbahan plastik atau metal. Bagian bawah harus dilubangi untuk mendapatkan sirkulasi udara (aerob). Prinsip pembuatan kompos hampir mirip dengan komposter pot. Hanya saja bisa ditambah larutan EM4 atau bioaktivator untuk mempercepat reaksi pengomposan.

Jenis komposter drum atau kontainer cocok untuk rumah dengan lahan sempit. Bahkan, bisa ditaruh secara indoor atau di dalam ruangan.

4. Komposter Karung (Composter Bag)

Komposter karung bentuknya seperti kantong besar dengan ritsleting di bagian atas dan bagian bawah untuk memanen kompos. Menurut materi edukasi dari instagram Sustaination, komposter karung atau lazim disebut composter bag sebaiknya digunakan untuk sampah kebun. Sampah yang dimaksud misalnya seperti daun atau rerumputan kering sebagai sumber sampah coklat dan daun atau rerumputan hijau sebagai sumber sampah hijau.

Komposter karung tidak didesain memiliki lubang seperti komposter pot atau drum. Maka,jika digunakan untuk mengompos sampah organik memiliki risiko air lindi tidak bisa keluar secara sempurna dan membuat kompos lebih becek.

5. Biopori

Biopori merupakan jenis komposter yang dimasukkan ke dalam tanah. Bisa dibuat dari pipa paralon yang dilubangi kecil-kecil seperti pori, lalu dimasukkan secara vertikal ke dalam tanah pada kedalaman 80-100 cm.

Komposter jenis ini merupakan solusi segala jenis sampah yang tidak bisa diikutkan dalam Takakura, komposter pot, dan komposter drum. Termasuk sampah yang baunya tajam seperti mulut tetangga #eh.

6. Worm Bin

Terakhir, ada jenis komposter yang aku sendiri kurang familiar, yaitu worm bin. Komposter ini menggunakan cacing sebagai media pengurai yang diletakkan di dalam wadah plastik.

Technically, seperti sedang memelihara cacing kalau menggunakan komposter worm bin. Kita juga harus memberikan makanan ke cacing berupa sampah yang akan dikompos, menjaganya tetap lembab, dan memperhatikan suhu.


Pengalaman Mengompos Pertama dengan Komposter Karung: Kompos Terlalu Becek

Komposter
Alat dan bahan mengompos (sumber: dokpri)

Dari semua pilihan jenis komposter, saat itu aku memilih komposter karung yang aku beli secara online agar lebih praktis. Aku belum ngeh kalau komposter karung tidak memiliki lubang di bagian bawah.

Aku pikir bahan yang dipakai bisa meloloskan air lindi, ternyata tydack. Air lindinya sedikit tertahan di bagian bawah komposter dan mengakibatkan kompos sedikit berair alias becek.

Namun, pengalaman ini jadi cerita pertamaku dalam serunya mengompos. Rasanya seperti kembali ke zaman skripsi yang memerlukan pengamatan ekstra

Persiapan Mengompos

Persiapan yang harus diperhatikan saat akan mengompos adalah memilah sampah, serta mempersiapkan alat dan bahan:

  • sampah coklat
  • sampah hijau
  • starter kompos
  • larutan EM4
  • sarung tangan

Pertama-tama selalu cacah sampah yang akan dijadikan kompos. Semakin kecil semakin baik karena akan mempercepat reaksi akibat luas permukaan material bertambah (prinsip dalam reaksi kimia).

Komposter

Setelah itu, letakkan tanah kompos di bagian bawah komposter. Tuangkan sampah coklat, lalu sampah hijau dengan perbandingan 2:1. Semprot dengan larutan EM4 secukupnya. Tumpuk lagi dengan sampah coklat, lalu sampah hijau, dan begitu seterusnya.

Terakhir, tutup bagian paling atas dengan sampah coklat berupa sekam padi atau serbuk gergaji. Kalau aku pakai sekam padi. Bisa beli di toko tanaman atau online di e-commerce.

Proses Pengomposan

Sampah di dalam komposter harus sering diaduk minimal seminggu sekali. Perhatikan juga, misalkan sampah di dalam komposter terlalu kering, bisa tambahkan sampah hijau. Sebaliknya, jika terlalu basah bisa tambahkan sampah coklat.

Saat proses pengomposan pertamaku, tidak muncul belatung atau diacak-acak tikus karena memang komposter karung yang aku beli memiliki tutup ritsleting di bagian atas. Namun, setelah 2 bulan mulai muncul air lindi yang tidak bisa meresap keluar komposter secara sempurna.

Mengompos
Hasil kompos yang agak becek

Akibatnya, air lindi bercampur dengan kompos bagian bawah dan menyebabkan kompos jadi becek. Ada sedikit bau tidak sedap di kompos bagian bawah yang bercampur dengan air lindi. Untungnya kompos bagian atas aman-aman saja.

Hasil Mengompos Pertama

Hasil dari pengalaman mengompos pertama cukup memuaskan, meskipun kompos yang terbentuk sedikit becek atau terlalu basah. Harusnya hasilnya tidak terlalu kering dan basah, seperti kompos yang dijual di toko tanaman.

Tanaman Subur karena kompos

Namun, ternyata kompos yang aku bilang becek itu masih bisa menyuburkan tanaman kamboja yang saat ini semakin subur dan bunganya juga jadi lebih banyak.

Rencana Mengompos Selanjutnya

Setelah kurang puas dengan hasil kompos yang becek dengan komposter karung, aku memutuskan untuk membuat komposter drum dari wadah plastik tebal bekas. Tinggal lubangi bagian bawah wadah, lalu mencari wadah plastik lain yang dipasang dibawah untuk tadah air lindi.

Pengalaman mengompos pertama

Kira-kira seperti ini bentuk komposter drum buatanku sendiri. Setelah komposnya jadi, aku akan berbagi kembali mengenai hasil mengompos dengan komposter drum. 



Kesimpulan

Jenis komposter ternyata mempengaruhi hasil kompos yang terbentuk. Pemilihan komposter harus disesuaikan dengan ketersediaan lahan, indoor atau outdoor, dan jenis sampah yang akan dibuat kompos.

Pada pengalaman mengompos pertamaku, kompos yang dihasilkan cenderung basah. Namun, sudah bisa untuk menyuburkan tanaman.


Referensi

  • Instagram @sustaination
  • Sasetyaningtyas, D. 2018. Mengenal Jenis Komposter dan Cara Membuat Kompos di Rumah https://sustaination.id/mengenal-jenis-komposter-dan-cara-membuat-kompos-di-rumah/

17 komentar

17 komentar

Terimakasih sudah membaca sampai akhir :)
Mohon tidak meninggalkan link hidup di komentar.

Love,
Anggi
  • KenniApril
    KenniApril
    25 Februari 2023 pukul 11.45
    Hahaha mulut tetangga bisa dikompos ya mba.. Oops... 😅dirumah ada komposrer jenis kontainer tapi mulai bingung dialokasikan kemana hasilnya saking banyaknya
    Reply
  • Siska Dwyta
    Siska Dwyta
    25 Februari 2023 pukul 11.06
    Wah seru juga ya pengalaman mengompasnya Mbak. Biasa kalau baru pertama kali emang ada kurangnya ya, seperti hasilnya terlalu becek gitu tapi syukurlah bisa tetap menyuburkan tanaman jadi tetap berhasil dong^^
    Reply
  • Hamimeha
    Hamimeha
    25 Februari 2023 pukul 09.50
    Wah anakku lagi belajar nih terkait pengolahan sampai di sekolahnya. Artikel mbak anggit ini bisa dicontoh nih di rumah
    Reply
  • Mutia Erlisa Karamoy
    Mutia Erlisa Karamoy
    25 Februari 2023 pukul 06.57
    Senangnya bisa dapat informasi cara mengompos dan pilihan media untuk mengompos, hal seperti ini memang harus dibudayakan soalnya suamiku sering beli kompos buat tanaman anggurnya, kebetulan yang hobi bercocok tanam suamiku...buat obat stres katanya. Daripada sisa sayur dibuang, lebih baik dibuat kompos ya lebih hemat uang dan bisa dibelikan bibit tanaman baru.
    Reply
  • Zeneth Thobarony
    Zeneth Thobarony
    25 Februari 2023 pukul 06.46
    Wah bikin drum sendiri, hebat. Aku kira drum kompos gede banget, bingung mau taruh dimana. Ternyata sekecil ini ya
    Reply
  • Allamandawi
    Allamandawi
    25 Februari 2023 pukul 06.44
    Iya nih, aku juga mulai ngompos di rumah, selain buat ngurangin sampah juga buat dijadikan media tanam. Tapi aku ngomposnya langsung di tanah hahah, trus dicampur aja semuanya, hehhe. Alhamdulillah hasilnya bagus.
    Reply
  • Juwita
    Juwita
    25 Februari 2023 pukul 06.07
    Ish keren mba punya waktu buat ngompos seperti ini.. Meskipun banyak sekali ya Lika likunya tapi tentu membuat kita jadi paham.
    Reply
  • Aisyah Dian
    Aisyah Dian
    24 Februari 2023 pukul 22.35
    thanks sharringnya kak, aku jadi termotivassi ikutan bikin kompos juga ah di rumah. bermanfaat banget buat menyuburkan tanaman ya kak, bikin iri lihat kamboja dan daun pandannya yang subur
    Reply
  • Shafira Adlina
    Shafira Adlina
    24 Februari 2023 pukul 20.38
    halo mbak anggi, semangat ngompos. setengah tahun ini aku juga belajar ngompos pake tong cuci tangan. kalau masih becek coba jemur mbaak
    Reply
  • Alfa Kurnia - pojokmungil.com
    Alfa Kurnia - pojokmungil.com
    24 Februari 2023 pukul 18.41
    Wah baru tahu kalau media untuk mengompos pun berbeda tergantung jenis sampahnya. Semoga hasil mengompos yang berikutnya lebih baik, ya, Mbak. Kalau tinggal di apartemen yang nggak punya teras bisa nggak ya mengompos?
    Reply
  • Imawati A. Wardhani
    Imawati A. Wardhani
    24 Februari 2023 pukul 18.23
    Jenis-jenis komposter ternyata banyak yaa. Buat pecinta tanaman dan pegiat zero waste, kegiatan bikin kompos ini pasti seru banget. Apalagi hasilnya diaplikasikan untuk merawat dan menyuburkan tanaman sendiri.
    Reply
  • Dyah Ummu AuRa
    Dyah Ummu AuRa
    24 Februari 2023 pukul 14.53
    Aku dulu pernah nyoba mengompos mbak menggunakan wadah bekas cat. sayangnya karena harus pindah rumah jadi malas nerusinnya. Padahal udah hampir jadi sekamnya.
    Reply
  • Han
    Han
    24 Februari 2023 pukul 13.13
    Wahh jadi PR nih buatku yang sekarang harus kelola sampah sendiri. skrg sih masih terbatas misahin organik dan nonorganik dan mana yang mudah terbakar dan engga hihi.. ternyata bisa buat komposerr hihi
    Reply
  • Antung apriana
    Antung apriana
    24 Februari 2023 pukul 12.54
    aku juga sekarang mulai bikin komposter mbak. yang pertama itu pakai wadah cat yang dilubangi gitu tapi nggak ditampung bawahnya. trus kemarin beli composter bag karena wadah catnya sudah penuh ternyata airnya nggak keluar ya? hmm apa perlu bikin wadah baru lagi ya?
    Reply
  • Julia Pasca
    Julia Pasca
    24 Februari 2023 pukul 09.35
    Jadi ingat mengompos pertama kali juga ni, Mbak. Aduuuuh gatot Mbak. Bau kemana mana. Kesalahanku adalah kurangnya pemberian daun kering dan ember yang aku pakai tidak aku lubangi dibagian bawah.

    Habis itu aman deh....aku lebih memilih mencampur sampah dengan tanah hasil kompos aja karena daun kering untuk musim hujan susah didapat
    Reply
  • Novri Yanti
    Novri Yanti
    24 Februari 2023 pukul 05.41
    Wah ternyata beda wadah ngefek juga ke hasil ya.. step by step harus bener. Tapi paling enggak masih bisa dipakai ya mba, tidak mubazir
    Reply
  • Nurul bukanbocahbiasa
    Nurul bukanbocahbiasa
    23 Februari 2023 pukul 19.51
    Ibundaku sukaaa bgt ngompos pakai metode keranjang Takakura ini.

    Tapi seingatku gagal.muluuu komposnya.
    Trus keranjangnya alih fungsi jadi tempat baju kotor 😁😂
    Reply