Ia5K33hce05kVEU1UP8J8DLa01dvV8DSgOffubpV
Bookmark

Pengalaman Ikut Lebaran di Negeri Jiran, Seru dan Penuh Cerita Unik!

Lebaran di Malaysia

Lebaran selalu jadi momentum untuk kembali ke keluarga dan berkumpul dengan sanak saudara yang lain. Namun, bagaimana kalau ada suatu hal yang menyebabkan kita tidak bisa mudik? Contohnya seperti saya dan beberapa teman yang ikut lebaran di negeri Jiran, Malaysia beberapa tahun yang lalu..

Awalnya rasa takut, sedih, dan gelisah bercampur jadi satu. Sedih karena jauh dari keluarga, tapi juga penasaran seperti apa rasanya lebaran berbeda budaya di negara orang lain.

Ternyata, seru juga mengenal budaya negara lain saat lebaran. Pengalaman ini juga mengajarkan banyak hal bagi kami tentang saling menghargai, toleransi, dan memaknai sebuah perjalanan.


Pertama Kali Lebaran di Negeri Jiran: Antara Takut, Seru, dan Excited

Sekitar tahun 2017, saya pergi ke Malaysia, tepatnya ke Johor Bahru untuk melakukan penelitian kerjasama dengan UTM (Universiti Teknologi Malaysia). Saya dan beberapa teman tinggal di wilayah Skudai yang lumayan dekat dengan kampus UTM.

Saya rencananya akan tinggal di Malaysia sekitar 2-3 bulan untuk melakukan penelitian kerjasama tersebut. Nah, di masa tinggal itu ternyata melewati bulan Ramadan dan Syawal. Artinya saya terpaksa harus ikut lebaran di Malaysia karena jadwal tersebut.

Salah satu teman saya nekat pulang, meskipun harga tiket pesawat sangat tinggi. Sementara itu, saya memilih tidak pulang saat lebaran karena menghargai dosen yang membiayai saya tinggal di sana. Biar cepat kelar juga urusan penelitiannya, hehe.

Lebaran di negeri Jiran
Suasana lebaran di masjid Sultan Ismail, Kampus UTM

Saya ikut lebaran di Malaysia bersama dua teman yang juga ikut penelitian ke Malaysia sekitar 2 minggu sebelum lebaran, jadi saya tidak sendirian. Mereka adalah Silvana dan Bunga. Silvana ini tipe orang yang suka mencoba hal baru, sementara Bunga juga orangnya suka santai sekali.

Alhasil kami bertiga klop macam Upin, Ipin, dan Kak Ros. Kami pun menjalani lebaran di negeri Jiran ini dengan berbagai pengalaman seru, koplak, dan tak terlupakan. Mulai dari kepagian datang untuk salat Id di Masjid Sultan Ismail kampus UTM, bertemu saudara muslim lintas budaya, dan ikut tradisi makan besar di restoran langganan.


Serunya Merasakan Perbedaan Budaya Indonesia dan Malaysia Saat Lebaran

Lebaran di negeri Jiran Malaysia
Masjid Sultan Ismail, UTM, Malaysia

Meskipun sama-sama berjudul "Lebaran'" atau "Idulfitri", masing-masing negara punya ciri khas sendiri. Jangankan lintas negara, di Indonesia saja juga banyak ciri khas dari berbagai daerah dalam menyambut Idulfitri. Apa saja, sih, perbedaan budaya Indonesia dan Malaysia, khususnya di Johor saat Lebaran?

Takbiran Hanya Dilakukan Sesekali di Waktu Salat Wajib dan Salat Id

Jujur, saat malam takbiran saya bingung kenapa tidak ada gema takbir yang bersahut-sahutan seperti di Indonesia. Saya dan teman-teman hanya mendengar takbir setelah adzan magrib dan adzan isya'. Itu pun hanya dilakukan singkat sebelum salat. Setelah itu tidak ada suara takbir lagi sampai memasuki waktu salat Id.

Saya juga kurang paham apakah memang seperti ini sejak dulu atau ini suatu bentuk toleransi yang ditetapkan pemerintah Johor. Sebab, banyak warga asing juga yang tinggal di Malaysia dengan berbagai kebudayaan lintas negara.

Perbedaan Waktu Pelaksanaan Salat Id

Sebagai warga Indonesia yang terbiasa salat Id pagi syekali, kami bertiga sebagai cewek rempong otomatis sudah mulai mandi sejak usai subuh. Setelah itu berdandan ria dengan segala keribetannya wkwkwk.

Setelah selesai melakukan persiapan kami berangkat ke Masjid Sultan Ismail sekitar pukul 5 pagi naik Uber. Bapak driver Uber sempat heran kenapa kami berangkat pagi sekali.

Kami pun menjawab dengan polos, "nak salat Id supaya tak terlewat."

"Oh," balas Bapak driver itu sambil masih heran.

Sesampainya di masjid, kami kaget. Eh, kok, masih gelap dan sepi. Ini jadi lebaran, nggak, sih? Atau di sini beda hari raya? Kami pun memasuki area pintu masuk masjid. Di depannya terpampang nyata spanduk jadwal salat Idulfitri yang akan dilaksanakan pukul 09.00 pagi.

"Ya Allah, astaghfirullah! Mbak, ternyata salatnya masih jam 9," teriak Cipa sambil setengah tertawa.

Kami pun akhirnya duduk dan tertawa berjamaah. Sampai capek tertawa rasanya. Ya Allah, ngapain tadi gupuh bangun pagi saking takutnya ketinggalan salat. Sampai Bapak Uber dan penjaga masjid juga terheran-heran melihat kerajinan kami datang 3 jam sebelum waktu salat Id, wkwkwk!

Masjid Sultan Ismail UTM Malaysia
Arsitektur unik Masjid Sultan Ismail

Jarang Bawa Sajadah, Shaf Wanita Selalu Rapat dan Lurus

Di Masjid Sultan Ismail ini sudah dilengkapi karpet sajadah. Jadinya, orang sana jarang yang datang dengan membawa sajadah. Beda dengan orang Indonesia, terutama ibu2 yang rasanya kurang afdol kalau tidak bawa sajadah sampai kadang shaf kurang rapat gegara mengikuti lebar sajadah.

Shaf wanita saat salat Id sangat rapat dan lurus. Kalau dirasa bagian yang renggang, orang dibelakang langsung maju tanpa harus disuruh. Nggak ada juga yang ngeyel tetap di tempatnya gara-gara mau dekat kipas angin #eh.

Baju Melayu, Tradisi Pakaian Orang Malaysia Saat Lebaran

Kalau kalian suka nonton Upin Ipin, pasti tahu baju khas Melayu yang dipakai duo kembar Upin-Ipin dan Kak Ros. Nah,orang Malaysia kalau lebaran juga memakai baju khas Melayu itu. Jadi berasa nonton Upin-Ipin live action.

Pakaian wanita biasanya berbentuk baju kurung terdiri dari atasan panjang dan rok panjang. Sementara itu. Pakaian lelaki terdiri dari atasan lengan panjang, bawahan celana panjang, dan semacam kain tenun atau sarung yang dililit di pinggang.

Suasana lebaran di negeri Jiran
Baju melayu yang dipakai salah satu jamaah salat Id

Sambutan Hangat dari Jamaah Lintas Budaya

Awalnya saya kira di Malaysia hanya ada orang asing dari negara seperti Arab, Turki, dan India. Ternyata saat salat di Masjid Sultan Ismail, saya melihat lebih banyak lagi orang asing dari berbagai etnis.

Kalau orang Melayu asli Malaysia kan perawakannya mirip orang Indonesia hanya saja kulitnya cenderung kuning langsat dan kebanyakan cantik-cantik. Di masjid, saya bertemu beberapa orang Turki, Pakistan, Afrika, dan banyak lagi. MasyaAllah mereka juga baik-baik sekali, gak ragu untuk berangkulan kalau tahu kami juga dari luar Malaysia.

Setelah salat Id ada tradisi berbagi kue lebaran saat di masjid. Kalau tidak salah ingat, setelah selesai rangkaian salat Id, ada beberapa pengurus masjid yang membagikan piring-piring berisi kue lebaran dan snack.

Tradisi Makan Besar Lepas Salat Id

Sama seperti beberapa daerah di Indonesia yang kadang mengadakan semacam makan besar dengan opor ayam bersama keluarga, di Malaysia juga ada tradisi seperti itu. Bedanya, makanan di Malaysia biasanya makanan berat dan berlemak macam rendang, nasi lemak, dan lain-lain. Jadi harus kontrol diri agar nggak kebablasan dan berimbas ke kolesterol naik wkwkwk!

Rendang dan opor ayam lebaran

Alhamdulillah kami punya kesempatan merasakan parade hidangan Melayu karena diundang oleh ibu baik hati pemilik rumah makan langganan kami. Jujur, saya agak lupa apa saja hidangannya, yang jelas ada rendang dan opor ayam.

Tradisi Balik Kampung

Hohoho…Balik kampung… Hohoho… Balik Kampung…”

Lagu di atas cukup sering terdengar di Malaysia saat mendekati Lebaran. Entah diputar di Mall, di radio, atau dimana pun. Ternyata di Malaysia juga ada tradisi mudik alias balik kampung. Sekitar H-7 Lebaran sudah mulai sepi di Skudai. Tinggal orang asli sini saja yang masih tinggal dan para TKI yang belum bisa pulang.


Penutup

Begitulah cerita seru pertama kali lebaran di negeri Jiran, Malaysia. Tepatnya di Johor Bahru, Skudai. Kalau diingat-ingat konyol juga pengalaman salat Id terlalu pagi karena kami bertiga masih terbawa kebiasaan di Indonesia. Kami juga lupa tidak cek informasi di internet lebih dahulu, langsung gas pol berangkat pagi karena takut telat.

Kalau diberi rezeki berlebih atau kesempatan, saya masih mau keliling Indonesia atau keliling dunia untuk merasakan salat Id di tempat lain. Mengamati perbedaan budaya itu sesuatu yang baru dan menantang bagi saya. Lebaran di negeri Jiran lagi pun saya mau kalau memang ada kesempatan bersama keluarga.

Posting Komentar

Posting Komentar

Terimakasih sudah membaca sampai akhir :)
Mohon tidak meninggalkan link hidup di komentar.

Love,
Anggi