Biasanya kesan pertama saat akan memasuki museum adalah sebuah bangunan dengan koleksi benda antik atau langka. Biasa saja, tak ada yang istimewa. Namun, saat masuk di pelataran komplek Museum Pendidikan Surabaya, nuansa homey dengan gaya vintage sangat kental menyapa. Rasanya seperti masuk ke sebuah rumah jadul dengan halaman luas dan pepohonan rindang. Nyaman dan menenangkan sekali.”
Seperti itulah kesan pertama saat memasuki kompleks Museum Pendidikan Surabaya. Saya pikir bakal, “ya, museum kan pada intinya juga begitu”. Ternyata di sini suasananya sangat homey sekali dan unik dengan gaya vintage. Maklum, bangunan museum ini merupakan Eks. Sekolah Taman Siswa. Hayo, masih ada yang ingat nggak, Sekolah Taman Siswa itu apa?
Apalagi kalau masuk ke bagian halaman belakang museum yang dekat dengan perpustakaan. Rasanya seperti pulang ke rumah jadul milik kakek-nenek yang punya halaman luas dengan pepohonan rindang. Anak 80’an atau 90’an pasti relate banget, nih!
Seperti apa sih Museum Pendidikan Surabaya dengan nuansa homey dan gaya vintage arsitektur kolonial Belanda yang ciamik puol ini? Yuk! Ikut saya naik mesin waktu untuk melihat wujud Museum Pendidikan di masa lalu sebagai Sekolah Taman Siswa hingga jadi Museum Pendidikan Surabaya.
Jelajah Ruang dan Waktu Museum Pendidikan Surabaya (1910-2019)
Inilah uniknya sejarah, kebenaran hanya milik masa lalu itu sendiri."
Sebelum jadi Museum Pendidikan yang cantik dengan nuansa warna putih vintage, bangunan ini dulunya pernah menjadi Aset Bekas Milik Tionghoa dan Sekolah Taman Siswa cabang Surabaya. Bangunan tersebut sempat terbengkalai setelah tidak digunakan lagi sebagai sekolah, lalu direvitalisasi oleh Pemkot Surabaya untuk dijadikan Museum Pendidikan.
Nah, sekarang coba ikut saya mundur dari tahun 2023, melewati ruang dan waktu untuk melihat bagaimana kondisi bangunan ini sejak berdiri diperkirakan tahun 1910 hingga saat ini. Seperti apa sih bangunan ini sebelum jadi Museum Pendidikan Surabaya yang cantik?
Aset Bekas Milik Tionghoa
Bangunan Eks. Sekolah Taman Siswa tersebut diperkirakan sudah ada sejak tahun 1910'an. Berdasarkan surat resmi serah terima bangunan tahun 2019 dari DJKN (Direktorat Jenderal Kekayaan Negara) Jatim kepada Walikota Surabaya, tanah ini sebelumnya merupakan Aset Bekas Milik Asing/Tionghoa.
Nah, perkara bangunan ini difungsikan sebagai apa sebelum jadi Sekolah Taman Siswa, masih simpang siur. Kalau dilansir dari website resmi Disbudporapar Kota Surabaya, gedung itu pernah berfungsi sebagai rumah tinggal keluarga Tionghoa dari tahun 1910’an sampai setelah Indonesia merdeka.
Ada juga sumber lain dari komunitas Begandring Soerabaja dalam wawancara dengan Kompasiana (08/22), Bapak Nanang Purwono mengatakan bahwa tempat itu dulunya dipakai sekolah Tionghoa, Chung Hua Kuo Min School. Namun, tahun 1958 sekolah itu tutup dan digunakan sebagai Sekolah Taman Siswa Surabaya.
Fasad bangunan eks. Sekolah Taman Siswa (sumber: Roodebrug Soerabaja dan Kompas) |
Saya juga sempat berdiskusi dengan kawan lulusan Sejarah UNESA yang saya anggap adik, M. Imad Hamdy tentang hal ini. Kalau berdasarkan bentuk fasad bangunan utama yang digunakan sebagai museum, fungsi awalnya bukan diperuntukkan sebagai sekolah, tapi lebih condong ke rumah. Terlihat dari tengah ruangan museum yang luas, ada ruangan seperti kamar di kanan kiri, dan halaman belakang luas, menghadap ke sungai. Barulah pada bangunan sayap kiri yang dipakai untuk kelas lebih khas bangunan sekolah lokal.
Akan tetapi, dua hal yang jelas adalah pertama tanah dan bangunan tersebut adalah Aset Bekas Milik Asing/Tionghoa yang akhirnya jadi Bangunan Milik Daerah (BMD) tahun 2019. Kedua, bangunan tersebut pernah dipakai sebagai Sekolah Taman Siswa karena ada dokumentasi lengkap dari akun resmi alumni Sekolah Taman Siswa.
Sekolah Taman Siswa Cabang Surabaya
Buat yang masih bertanya-tanya atau lupa, Sekolah Taman Siswa merupakan sekolah yang didirikan oleh Ki Hajar Dewantara tanggal 3 Juli 1922 pertama kali di Yogyakarta. Saat pertama kali didirikan, sekolah Taman Siswa ini diberi nama "National Onderwijs Institut Taman Siswa".
Sementara itu, Sekolah Taman Siswa cabang Surabaya berdiri dan diakui sebagai cabang sejak tanggal 25 Desember 1925. Namun, Sekolah Taman Siswa cabang Surabaya yang ada di Jalan Genteng Kali ini baru ada sejak tahun 1958 hingga 2004.
Di dalam sistem pendidikan Taman Siswa, termasuk di Surabaya, ada beberapa jenjang seperti Taman Indria (TK), Taman Muda (SD), Taman Dewasa (SMP), Taman Madya (SMA), dan Taman Karya Madya (SMK).
Ada yang menarik dalam metode pengajaran dalam Taman Siswa untuk anak, yaitu pembelajaran dengan permainan (dolanan anak) untuk jenjang Taman Indria. Dilansir dari Dispusip Surabaya, terdapat dokumentasi foto anak-anak pelajar Taman Siswa bermain di halaman sekolah. Metode pengajaran “Dolanan Anak” di Taman Indria menggabungkan permainan anak dengan aspek fisik, kecermatan, hitungan, kerjasama dan nilai gotong royong.
Arsitektur Khas Kolonial Belanda yang Memukau
Bangunan Sekolah Taman Siswa sebelum direnovasi oleh Pemkot Surabaya memiliki nuansa warna hijau dan putih. Revitalisasi dari Pemkot Surabaya tahun 2019 mengubah warna hijau itu menjadi warna putih. Lebih cantik, minimalis, dan terlihat instagramable.
Eks. Sekolah Taman Siswa (sumber: Facebook Sekolah Taman Siswa dan Dokpri) |
Gaya arsitekturnya masih terpengaruh dengan kolonial Belanda Indische Empire (akhir 1800 an - awal 1900 an) yang dicirikan dengan gewel (gable) berbentuk segitiga pada fasad bangunan, terdapat teras yang menghadap ke halaman tengah, serta teras belakang yang menghadap ke sungai Kalimas.
Jujur, saya penggemar rumah atau bangunan lawas khas kolonial Belanda. Entah kenapa rasanya nyaman dan tenang saat berada di bangunan jadul dengan halaman luas, jendela lebar, dan pintu yang lebar pula. Sama seperti saat berada di Museum Pendidikan. Kalau boleh dibeli mungkin sudah saya beli #eh.
Gedung Sempat Terbengkalai
Gedung ini ternyata juga sempat terbengkalai sejak tahun 2004. Jadi, setelah Sekolah Taman Siswa sudah tidak lagi beroperasi di situ, bangunan itu sempat difungsikan sebagai kos-kosan, lalu mangkrak sejak tahun 2004 hingga 2019.
Dilansir dari grup Facebook Taman Siswa, alumni paling akhir yang pernah bersekolah di Sekolah Taman Siswa adalah angkatan 90’an akhir. Jadi belum ada info pasti juga kapan terakhir kali Sekolah Taman Siswa di jalan Genteng terakhir beroperasi.
Direvitalisasi Pemkot Surabaya 2019
Akhirnya, di tahun 2019 saat Walikota Surabaya masih Ibu Tri Rismaharini, bangunan ini jatuh ke tangan Pemkot Surabaya untuk direvitalisasi jadi Museum Pendidikan. Lewat museum tersebut, Ibu Risma ingin mengenalkan sejarah pendidikan di masa lampau agar anak-anak di zaman now paham bagaimana susahnya mengenyam pendidikan di masa lalu. Museum Pendidikan Surabaya diresmikan tanggal 25 November 2019, bertepatan dengan Hari Guru Nasional.
Kompleks Museum Pendidikan Surabaya (2019-Sekarang)
Oke, kita sudah bareng-bareng keliling ke masa lalu Museum Pendidikan Surabaya dari tahun 1910-2019. Sekarang sudah saatnya kembali ke masa kini untuk keliling bangunan Museum Pendidikan lewat tulisan di blog ini.
Museum yang memiliki alamat lengkap di Jl. Genteng Kali No.10, Kec. Genteng, Kota Surabaya, Jawa Timur 60275 ini memiliki 3 bangunan dalam satu kompleks museum. Bangunan utama yang memiliki ciri fasad bangunan Indische Empire difungsikan sebagai museum, bangunan di sayap kiri berupa ruangan kelas tetap ditata seperti kelas sekolah di zaman dahulu, dan bangunan kecil di area halaman belakang museum difungsikan sebagai perpustakaan.
Museum
Datang ke bagian depan museum langsung disambut dengan nuansa bangunan berwarna putih dengan gaya vintage khas kolonial Belanda. Ornamen kanopi vertikal unik yang juga berwarna putih menambah kesan cantik bangunan museum tersebut.
Daun jendelanya lebar, kontras dengan daun pintu yang tinggi dan juga lebar. Rasanya lebih mirip mau masuk ke dalam rumah orang, daripada berkunjung ke museum.
Pada bagian museum ini menyimpan bukti materiil pendidikan pada masa-masa sebagai berikut:
Zona Masa Pra-Aksara
Pendidikan di masa pra-aksara terlihat sangat sederhana. Pendidikan di masa itu lebih mengajarkan cara bertahan hidup, yaitu salah satu esensi pengetahuan utama yang tetap relevan hingga saat ini. Terdapat koleksi manuskrip kuno di era 1800-an, manuskrip berbahan dasar Lontar, dan Diorama Pra-Aksara (Manusia Purba).
Zona Kerajaan
Zona pendidikan kerajaan sudah mendapat pengaruh dan corak dari luar nusantara yang menjadikan pendidikan di masa ini sangat dinamis dibanding masa pra-sejarah. Berbagai ajaran agama dan pengetahuan di masa ini juga memiliki jenis aksara masing-masing.
Zona Kolonial
Mesin handpress K. H. Ahmad Dahlan |
Zona ini menceritakan Pendidikan era Kolonial Belanda dan Jepang. Koleksi terkait zona Kolonial ini meliputi sepeda guru, sepeda Zundapp untuk pendampingan orang tua mengantar siswa berangkat Sekolah, mesin tik, mesin handpress K. H. Ahmad Dahlan, dan lain-lain.
Zona Kemerdekaan
Pada zona kemerdekaan menampilkan koleksi-koleksi benda, buku, dan lain-lain terkait bukti materiil peradaban tahun 1945 - 1990an. Di sini juga ada koleksi penghapus gambar bendera negara khas generasi 90’an, lo! Rasanya seperti nostalgia dadakan.
Kelas Sekolah dengan Lonceng Antik
Pada bagian ruangan kelas sekolah, terdapat bangku-bangku tinggi khas zaman dahulu, papan tulis, dan patung sosok pengajar yang ada di depan kelas. Saat pertama kali buka di tahun 2019, seingat saya lonceng antik itu diletakkan di koridor kelas. Namun, saat kemarin (09/23) datang, lonceng antik itu sudah dipindahkan di bagian halaman samping kelas.
Berada di halaman samping kelas juga sangat nyaman dan sejuk berkat adanya pepohonan. Apalagi ada beberapa meja dan kursi yang bisa digunakan untuk bersantai. Bebatuan kecil yang ditaruh di halaman tersebut juga menambah kesan unik. Vibesnya seperti sedang merasakan jam istirahat sekolah.
Halaman Belakang Museum dan Perpustakaan
Nah, ini dia bagian yang paling terasa homey atau seperti berada di rumah sendiri dari bangunan Museum Pendidikan Surabaya. Bagian halaman belakang museum juga lumayan luas dengan adanya satu bangunan kecil yang difungsikan sebagai perpustakaan.
Halaman belakang |
Di sini terasa sejuk dengan pepohonan rindang yang sering diterpa angin. MasyaAllah, menurut saya pribadi ada semacam calming effect di sini. Coba rasakan sendiri, deh, duduk di pinggir halaman sambil selonjoran. Kalau ada angin semilir, ada bunyi gemerisik dedaunan yang bikin hati adem. Wuih, mantab!
Perpustakaan Museum Pendidikan Surabaya |
Kebetulan si kecil juga enjoy main batu-batu kecil yang disebar di sepanjang bagian halaman belakang. Kadang, dia main di sekitar pepohonan untuk sekadar mencari daun atau serangga yang mungkin muncul. Ya, udah, deh, makin mager di sini, haha!
Spot Foto Instagramable dengan Nuansa Vintage
Hobi hunting foto aestetik atau instagramable? Tenang, di sini banyak sekali spot foto menarik dengan nuansa vintage. Bisa ambil spot di beberapa titik seperti koridor depan pintu masuk museum, koridor halaman belakang museum, depan perpustakaan, di bagian museum yang menghadap sungai kalimas dengan tulisan Villa Rivierzicht, dan taman kecil di dekat lonceng antik.
Tiket Masuk dan Jadwal Buka
Cara mendapatkan tiket masuk Museum Pendidikan Surabaya sama seperti saat ke Museum 10 Nopember. Tinggal masuk ke laman tiketwisata.surabaya.go.id, pesan tiket sesuai jam kunjungan, lalu tunjukkan ke petugas. Harga tiket masuk ke Museum Pendidikan Rp0 alias gratis.
Jadwal buka Museum Pendidikan biasanya setiap hari Selasa-Minggu jam 08.00-15.00, tapi saat Ramadan menjadi setiap hari Selasa-Minggu jam 08.00-14.00. Setiap hari Senin selalu tutup.
Museum dengan Nuansa Homey, Jadul, dan Instagramable
Bangunan Museum Pendidikan Surabaya telah menyimpan banyak kenangan tentang rumah dan pendidikan sejak tahun 1910 sampai sekitar tahun 90’an. Revitalisasi bangunan menjadi sebuah museum adalah keputusan tepat untuk menyatukan kenangan dan sejarah pendidikan di satu tempat.
Museum yang ternyata memiliki nuansa homey dengan gaya vintage ini sukses membuat saya dan keluarga betah berlama-lama di sini. Memang ada beberapa museum lain di Surabaya yang bentuknya memang rumah. Namun, cuma di sini yang suasananya tenang dan sejuk di tengah hiruk pikuk kota Surabaya. Cocok sekali untuk wisata keluarga.
Referensi
- Diskusi dengan M. Imad Hamdy
- https://dispusip.surabaya.go.id/virtual/museumpendidikan
- https://www.actasurya.com/mengenal-sejarah-lewat-museum-pendidikan-surabaya/
- https://www.jawapos.com/berita-sekitar-anda/01225423/bangun-museum-pendidikan-di-eks-sekolah-taman-siswa-genteng-kali
- https://www.kompasiana.com/aguswahyudiweha/62f25d6308a8b557626184e4/mesin-handpress-kh-ahmad-dahlan-nangkring-di-museum-pendidikan-surabaya?page=all#sectional
31 komentar
Tapi belum sempat mampir
Emang bangunannya vintage dan homeey banget ya mbak
Museum yang layak dikunjungi nih kalau ke Surabaya
koleksinya juga lengkap ya, bahkan sepeda orang tua untuk antar anaknya ke sekolah zaman dulu juga ada ya.
Museum Pendidikan Surabaya ini bangunannya mirip dengan Museum Sejarah di Bandung. Bentuk bangunannya mirip.
Akhirnya jadi museum yang tidak hanya menyenangkan, tapi juga terus mengenalkan sejarah bangsa Indonesia. Insya kalau ke Surabaya, mau mampir ke sini.
Memang ciri khas bangunan Kolonial Belanda itu tinggi, pintu dan jendela guede banget, jadi adem karena sirkulasi udara sangat lancar, dan yang gak ketinggalan halaman luasss.
Halaman luas ini sudah langka di rumah-rumah zaman sekarang, yang biasanya dibangun di atas lahan minimalis, hehe.
Senang deh, akhirnya bangunan2 tua peninggalan Belanda bisa direvitalisasi sehingga bermanfaat untuk fasilitas publik seperti museum pendidikan ini.