Mengolah sampah buah menjadi eco enzyme ternyata bisa jadi suatu kegiatan yang menyenangkan bagiku. Terutama saat mengamati proses fermentasi selama 1 bulan ini. Mungkin karena saya dulu terbiasa jadi mahasiswa jurusan Kimia, jadi sangat excited dalam mengamati prosesnya.
Proses fermentasi eco enzyme berlangsung kurang lebih 3 bulan. Nah, fase-fase yang memerlukan perhatian khusus biasanya ada di 1-2 minggu pertama. Sisanya cek saja 3-4 minggu sekali.
Kali ini saya akan berbagi hasil pengamatan eco enzyme dari sampah buah yang berbeda-beda selama 1 bulan. Tujuan saya berbagi hasil pengamatan ini agar orang lain ada gambaran saat memutuskan akan membuat eco enzyme.
Variasi Fermentasi Eco Enzyme Buatanku
Selama lebaran kemarin banyak sekali sampah buah di rumah sisa suguhan ke tamu. Ada yang berupa kulit buah atau bagian buah yang tidak habis.
Dari semua sampah buah ada 3 wadah berisi fermentasi eco enzyme. 1 wadah saya coba beri perlakuan khusus untuk coba mendapatkan mama enzyme, sementara itu 2 wadah lainnya saya biarkan sesuai prosedur pembuatan eco enzyme.
Eco Enzyme 1
Di wadah 1, saya beri nama EE1 merupakan fermentasi eco enzyme yang saya beri perlakuan khusus. Sampah buah yang digunakan dalam EE1 adalah pepaya, belimbing, sereh, daun pandan).
Eco Enzyme 2
Di wadah 2, saya beri nama EE2, merupakan fermentasi eco enzyme biasa yang dirancang hasilnya lebih wangi dengan adanya kulit jeruk. Sampah buah yang digunakan dalam EE2 adalah jeruk santang, buah naga, apel, dan semangka.
Eco Enzyme 3
Di wadah 3, saya beri nama EE3, merupakan fermentasi eco enzyme biasa yang juga dirancang hasilnya lebih wangi dengan adanya kulit jeruk dan sereh. Sampah buah yang digunakan dalam EE2 adalah jeruk santang, jeruk nipis, sereh, apel, dan semangka.
Pengamatan Fermentasi Eco Enzyme Selama 1 Minggu
Dari kiri ke kanan: EE1, EE2, EE3 usia 1 minggu (sumber:dok.Pri) |
Minggu pertama dalam proses fermentasi eco enzyme biasanya membutuhkan perhatian ekstra. Wadah mesti dibuka sehari sekali untuk mengeluarkan gas. Jika masih nekat menggunakan botol, biasanya harus sering-sering dibuka agar tidak meletup.
Bentuk
Setelah seminggu, muncul semacam lapisan jamur putih di permukaan atas EE1, EE2, dan EE3. Di bagian bawah juga terdapat endapan.
Beberapa bagian sampah buah ada yang muncul di permukaan. Sebisa mungkin diaduk untuk menghindari pembusukan bagian sampah buah yang mengambang.
Bau
Fermentasi EE1 berbau asam tapi segar, mirip bau tapai. Sementara itu, fermentasi EE2 berbau lebih ke wangi jeruk segar. Kalau larutan EE3 lebih wangi lagi karena ada campuran kulit jeruk dan sereh.
Warna
Cairan EE1 dan EE3 berwarna kecoklatan. Berbeda dari kedua cairan lainnya, cairan EE2 berwarna merah. Hal itu karena adanya kulit buah naga merah yang menyebabkan cairan EE2 berwarna kemerahan.
Gelembung gas
Gelembung gas biasanya mulai muncul sejak hari kedua. Semakin hari frekuensinya semakin intens.
Kalau pakai botol, rawan luber atau meletup saat tutup botol dibuka. Kalau pakai wadah dengan mulut lebar, paling hanya muncul gelembung gas di permukaan atas calon eco enzyme.
Pengamatan Fermentasi Eco Enzyme Selama 2 Minggu
Dari kiri ke kanan: EE1, EE2, EE3 usia 2 minggu (sumber:dok.Pri) |
Minggu kedua fermentasi eco enzyme agak slow daripada minggu pertama. Kalau menurut beberapa tutorial, minggu kedua adalah puncak fermentasi yang menghasilkan alkohol.
Bentuk
Setelah dua minggu, muncul lapisan putih di permukaan EE1, EE2, dan EE3 yang semakin tebal. Karena masih ada beberapa sampah buah yang muncul di permukaan, saya kembali mengaduk pelan cairan calon eco enzyme.
Seperti yang sudah saya sebutkan sebelumnya, saya coba beri perlakuan khusus pada EE1 dengan menambahkan sekitar 5-10% cairan gula merah dari takaran awal setelah 2 minggu. Saya coba buktikan pengamatan dari pegiat eco enzyme untuk mendapatkan mama enzyme.
Bau
Bau cairan EE1 sangat mirip dengan fermentasi tapai yang sedang masak-masaknya. Kuat, tetapi segar. Bau cairan EE2 dan EE3 mirip fermentasi tapai, tapi lebih dominan wangi khas jeruk yang segar.
Warna
Warna cairan EE1 dan EE3 lebih ke cokelat muda. Sementara itu warna cairan EE2 cenderung lebih pudar dari warna merah di awal.
Gelembung Gas
Gelembung gas semakin banyak mulai dari hari ke 7, hingga hari ke 9 atau 10. Setelah itu mulai reda, tapi bagian wadah plastik seperti berembun.
Pengamatan Fermentasi Eco Enzyme Selama 3-4 Minggu
Dari kiri ke kanan: EE1, EE2, EE3 usia 1 bulan (sumber:dok.Pri) |
Pembuatan ketiga eco enzyme tidak bersamaan. Jadi EE1 sudah berusia 1 bulan, sedangkan EE2 dan EE3 baru berusia 3 minggu.
Bentuk
Setelah penambahan gula cair apada EE1, pada H+1 kembali muncul banyak gelembung udara sera lapisan putih. Di H+2, gelembung udara mulai mereda dan muncul semacam lapisan jamur putih di permukaan cairan. Makin lama, makin banyak dalam waktu 2 minggu atau total 4 minggu sejak awal dibuat.
Lapisan putih di permukaan EE2 dan EE3 juga makin banyak. Hanya saja, lapisan putih di permukaan EE2 cenderung lebih sedikit.
Bau
Bau EE1, EE2, dan EE3 sudah tidak sekuat saat minggu kedua. Wanginya makin segar, apalagi EE2 dan EE3 yang punya aroma khas jeruk. Mungkin karena fermentasi kerbohidrat menjadi alkohol telah selesai di bulan pertama.
Warna
Warna cairan EE1 dan EE3 masih cokelat muda. Warna cairan EE3 juga masih berwarna merah pudar.
Gelembung Gas
Gelembung gas hampir tidak ada lagi. Baik pada fermentasi EE1, EE2, dan EE3.
Penutup
Seperti itu pengamatan fermentasi eco enzyme di bulan pertama. Saat itu masih proses fermentasi karbohidrat dalam sampah buah menjadi alkohol. Di bulan kedua, nantinya alkohol ini kembali diurai menjadi asam asetat oleh mikroorganisme. Simak terus perkembangan proses fermentasi eco enzyme di sini. Siapa tahu kamu akan tertarik nantinya ^^.
Referensi
Observasi pribadi
Eco Enzyme Nusantara
18 komentar
Aku kemarin pas ngobrol ama Alfi, diceritain kalau kak Anggita kakak kelasnya. Hihi.. dan sekarang terbukti dengan menuliskan hasil pengamatan proses fermentasi eco enzyme, jadi membuka lembaran praktikum zaman kuliah dulu ya.. Laporan praktikum setelah dasar teori, alat dan bahan serta cara kerja praktikum. HIhihi~
Blog yang bisa menjadi panduan bagi yang ingin mencoba proses fermentasi eco enzyme.
Btw, kalo enzymenya diisi sampah acak aja bokeh ga sih? Aku penasaran mau bikin kayak gini. Soalnya biasanya ya aku huang aja ke tanah di pekarangan rumah biar jd kompos.
Eco enzym ini sebenarnya bikin penasaran. Cuma masih rada takut mau coba, karena daku ada alergi sama bau menyengat.
Ditunggu nih hasil panennya. Good luck mba!