Dalam postingan sebelumnya, saya sempat bercerita tentang keluhan salah satu ibu Indonesia tentang anaknya yang sampai les membaca agar bisa mengikuti target guru TK. Sang ibu memang belum mengetahui pentingnya kegiatan pra membaca Montessori sebelum anak bisa membaca.
Nah, di postingan kali ini, saya akan membahas resume materi Pra Membaca Montessori di kelas Ms. Cici. Khususnya tentang kegiatan pra membaca beserta contoh kegiatan yang bisa dilakukan di rumah dengan anak. Yuk! Langsung aja baca artikel ini. Boleh juga dicatat kira-kira kegiatan apa saja, sih, yang termasuk pra membaca?
Kelompok Kegiatan Pra Membaca Montessori Beserta Contohnya
Kegiatan pra membaca ini secara garis besar bisa dilakukan di rumah dengan alat seadanya atau beli jadi di e-commerce. Sebelumnya lakukan observasi, serta evaluasi tentang kemampuan anak lebih dahulu. Catat pada bagian mana saja kemampuan anak masih kurang atau sudah mahir.
Setelah itu barulah rancang kegiatan sesuai yang anak butuhkan. Kalau anak sudah mahir di kegiatan A, tidak usah lagi dilakukan agar anak tidak bosan. Cukup fokus pada kemampuan pra membaca anak yang masih kurang.
1. Sistem Motorik
Pertama adalah kegiatan yang berhubungan dengan sistem motorik. Masih ingat di postingan sebelumnya kalau sebenarnya kegiatan pra membaca sudah dimulai sejak usia 0 tahun? Maksudnya, area pra membaca juga meliputi sistem motorik dalam tumbuh kembang anak.
Kegiatan pra membaca dalam sistem motorik adalah sebagai berikut:
- Hand eye coordination: proses makan finger food saat bayi atau saat anak mulai makan sendiri.
- Billateral coordination: menggunting, bersepeda, main bola, dll.
- Core muscle: merangkak, tummy time, memanjat, lompat, dll.
- Balance and coordination: naik ayunan, prosotan, papan titian, jalan mundur, jalan zig zag, dll.
- Crossing the midline dan back to front activities: gerakan belok kanan, belok kiri, oper bola, main basket, dll.
Kalau si kecil punya PR banyak di area sistem motorik. Terutama billateral coordination, balance&coordination, crossing the midline, dan back to front activities. Sejak bayi memang si kecil punya sedikit keterlambatan dalam gerakan motorik kasar karena kurang stimulasi. Jadi ini kesempatan saya untuk mematangkan sistem motorik yang kurang lewat kegiatan berikut ini.
Balance bike
Si kecil masih tampak bingung menggerakkan kakinya saat mengayuh sepeda roda tiga miliknya. Kalau tidak salah prinsip metode Montessori tidak boleh memaksa anak melakukan sesuatu, tapi harus diobservasi “kenapa dia begitu?”
Oleh karena itu, sepeda roda tiga multifungsi miliknya saya jadikan balance bike dulu untuk mengenalkannya aktivitas bersepeda. Pada tahap awal, si kecil masih agak moody. Kadang mau naik sepeda, kadang dia memilih untuk berjalan saja.
Penyebabnya apa, masih saya observasi. Kemungkinan besar dia berpikir, “lebih cepat pakai kaki daripada susah payah naik sepeda”. Sebab, di tengah-tengah naik sepeda, ia selalu berhenti di tengah jalan, lantas berlari ke tempat yang ingin ia tuju. Sepertinya dia belum menemukan hal yang menarik dari bersepeda.
Crossing the bridge
Karena saya tidak punya papan titian atau balance beam, saya ajak si kecil untuk berjalan di atas kursi kayu panjang dengan luas penampang yang sempit atau jalan di atas trotoar. Sambil berjalan, saya ajak dia berimajinasi sedang menyeberangi lautan yang banyak ikannya.
Lempar-tangkap bola
Permainan sederhana ini hanya berupa lempar dan tangkap bola. Mulai dari bola besar hingga bola kecil. Kalau sudah mahir lempar-tangkap dengan bola besar, saya ganti bolanya hingga ukuran paling kecil.
2. Read Aloud
Membaca nyaring atau read aloud ini ternyata masih masuk tahap pra membaca. Manfaat luar biasa dari read aloud sudah saya jelaskan juga di postingan-postingan sebelumnya tentang read aloud. Selain menambah kosa kata, read aloud juga bisa mematangkan kesadaran bunyi huruf pada anak. Tentunya dasar membaca harus sadar bunyi huruf dulu.
Perlu diingat bahwa membacakan buku pada anak penuh dengan tantangan. Terutama jika anaknya sangat aktif. Perlu pembiasaan dan konsistensi agar anak perlahan bisa fokus saat ibu praktik read aloud. Semangat untuk semua ibu! You are strong!
3. Choosing the Same Object
Kegiatan pra membaca bagian ini maksudnya seperti mencocokkan benda di sekitar sesuai dengan bentuk geometri. Misalnya kita tunjukkan benda berbentuk persegi panjang. Setelah itu, ajak anak untuk mencari benda mana saja yang memiliki bentuk persegi panjang.
Manfaat kegiatan choosing the same object sebagai dasar membaca adalah saat mengenalkan huruf. Anak akan lebih mudah mengenal garis pembentuk huruf seperti garis lengkung, lurus, dll.
Prinsip dasar metode Montessori selalu mendahulukan konkrit ke abstrak. Usahakan menggunakan benda di sekitar rumah lebih dahulu. Jika anak sudah paham, barulah menggunakan flash card.
4. Patterning
Patterning maksudnya menyusun pola berulang. Anak akan melihat pola, mencermati urutannya, lalu melanjutkan benda/gambar/warna sesuai dengan pola sebelumnya.
Mengenalkan pola (dok. Pribadi) |
Kalau berdasarkan kemampuan si kecil, kegiatan saya mulai dengan mengenalkan anak dengan pola terlebih dahulu. Caranya dengan memberi gambar pola mainan kubus, lalu saya minta anak untuk menyusunnya sesuai pola di gambar.
Patterning daun (dok. Pribadi) |
Nah, setelah itu barulah mulai kegiatan patterning dengan menyusun daun murbei di halaman rumah dengan pola awal 2 daun hijau 1 daun kuning. Minta anak untuk meneruskan pola tersebut sampai daun habis. (disclaimer: daun yang digunakan adalah daun yang memang sengaja dipangkas agar pohon murbei cepat tumbuh dan berbuah)
Kegiatan pra membaca satu ini bisa melatih rentang konsentrasi anak, serta mengasah otak anak untuk mengidentifikasi. Nantinya kemampuan ini diperlukan untuk konsentrasi saat memahami apa yang ia baca.
5. Sorting by Category
Kegiatan sorting by category merupakan kegiatan memilah objek sesuai kategorinya. Bisa berdasarkan warna, bentuk, ukuran atau sejenisnya. Misalnya, dalam kegiatan si kecil mengelompokkan daun berwarna hijau dan daun yang berwarna kuning. Setelah itu lanjut mengelompokkan manik-manik geometri ke dalam wadah sesuai warna.
Memisahkan manik warna-warni sesuai warna wadah (dok.pri) |
Setelah itu tingkat kesulitan coba saya naikkan dengan mengelompokkan manik-manik geometri sesuai bentuk geometrinya. Segitiga dengan segitiga, kotak dengan kotak, dan seterusnya.
Memisahkan manik sesuai bentuk geometri (dok. Pribadi) |
Kegiatan ini memiliki fungsi melatih anak agar bisa memahami kata per kata dalam suatu kalimat saat membaca kelak. Sebab membaca itu kegiatan kompleks dari memisahkan gabungan huruf berbentuk kata dari suatu kalimat, lalu memahami arti kata-kata tersebut jika dirangkai dalam satu kalimat.
6. What Does Not Belong
Berbeda dengan mengelompokkan suatu objek, kegiatan what does not belong ini mengidentifikasi objek mana yang berbeda atau seharusnya tidak ada di kelompok tersebut. Menurut saya, tingkat kesulitan dari what does not belong lebih tinggi daripada sorting by category.
Si kecil masih kesulitan memahami saat saya ajak mencari warna daun yang berbeda dari 3 daun dengan 2 daun berwarna hijau dan 1 daun berwarna kuning. Sepertinya ia belum paham konsep “berbeda”. Jadinya perlu lebih banyak stimulasi.
Kegiatan what does not belong memiliki manfaat dalam melatih konsentrasi, fokus, serta logika anak dalam kegiatan membaca. Tentunya ia harus memiliki logika saat membaca, lalu memahami apa maksud rangkaian kata berbentuk kalimat yang ia baca.
7. Matching Picture and Objects
Kegiatan mencocokkan gambar sesuai objek asli atau figurin ini pernah saya kenalkan kepada si kecil, tapi masih dalam bentuk puzzle hewan yang abstrak. Padahal konsep montessori selalu menekankan dari benda asli atau konkrit ke abstrak.
Matching picture and objects (dok. Pribadi) |
Jadinya saya ulang kegiatan ini dengan mencocokkan flash card gambar hewan asli dengan figurin hewan milik si kecil. Mungkin karena kegiatan ini sudah pernah dilakukan, si kecil lebih enjoy dalam melakukannya.
Manfaat dari kegiatan matching picture and objects adalah melatih anak untuk memahami antara bunyi huruf atau kata dengan objek aslinya saat membaca. Misalnya kata buku biru, anak akan mampu memahami maksudnya adalah buku yang warnanya biru.
8. Sequence Cards
Sequence cards bermanfaat untuk mengajari anak urutan kegiatan, serta konsep keteraturan. Sebab, sequence cards biasanya berisi kegiatan sehari-hari. Seperti urutan menggosok gigi, urutan makan, urutan memakai baju, dan sebagainya.
Contoh sequence cards (sumber: pinterest/@trilliummont) |
Berdasarkan metode Montessori, anak memiliki periode sensitif terhadap keteraturan pada rentang usia 0-3 tahun (Zahira, 2019). Jadi, anak bisa mulai distimulasi dulu sejak usia 0 tahun mengenai konsep keteraturan, hingga ke usia yang sudah siap melakukan kegiatan pra membaca berupa sequence cards.
Kegiatan sequence cards ini bisa membentuk pola pikir dalam urutan membaca dari awal sampai akhir. Misalnya, anak belajar mengucapkan kalimat secara berurutan, seperti saya mau buah bukan saya buah mau. Di tingkat yang lebih kompleks, anak bisa memahami sekaligus menyusun satu kalimat terdiri dari subjek, predikat dan objek.
9. Klasifikasi
Kegiatan klasifikasi ini hampir sama dengan sorting by category, tetapi tingkat kesulitannya lebih tinggi. Biasanya juga lebih ilmiah. Paling mudah mengklasifikasikan hewan berdasarkan habitatnya.
Sensory bin klasifikasi hewan laut dan darat (dok. Pribadi) |
Contoh kegiatan bermainnya bisa menggunakan sensory bin binatang darat dan laut seperti yang pernah si kecil lakukan dulu. Bedanya dulu si kecil hanya mengenali sensory bin yang sudah jadi. Sekarang bisa siapkan dulu sensory bin darat dan laut, lalu minta si kecil untuk mengklasifikasikan hewan sesuai tempat tinggalnya.
Manfaat kegiatan ini hampir sama dengan sorting by category hanya saja levelnya lebih tinggi. Pengetahuan ilmiah anak juga bisa bertambah lewat permainan ini.
10. Nomenclature Cards
Kegiatan ini menggunakan kartu nomenklatur yang terbagi jadi 3 kartu, yaitu bagian gambar objek, tulisan, serta gambar keseluruhan. Misalnya kartu nomenklatur benda langit. Isinya terdiri dari berbagai macam benda langit seperti awan, matahari, bulan, bintang, dll.
Contoh nomenclature cards (sumber: pinterest/trilliummont) |
Pada kegiatan ini, anak akan memasangkan bunyi kata dengan gambar. Kegiatan ini untuk stimulasi anak pada kemampuan membaca, serta memahami makna kalimat.
Penutup
Jadi, setelah mahir melakukan kegiatan pra membaca, udah bisa mulai membaca, dong?"
Eits, tunggu dulu. Tahapan proses membaca menggunakan metode Montessori sangat panjang. Setelah anak-anak matang di area pra membaca, boleh mulai dikenalkan dulu huruf beserta bunyi huruf secara Montessori maksimal 3 huruf atau sesuai kemampuan anak dengan SPL (Sand Paper Letter) untuk usia < 3 tahun. Setelah itu lanjut dengan LMA (Large Movable Alphabet), dan masih banyak rangkaian proses lainnya.
Oleh karena itu, pelan-pelan saja dimulai dengan melakukan 10 kegiatan pra membaca Montessori yang bisa dimulai sejak anak berusia 0 tahun. Tetap lakukan observasi selama kegiatan. Jangan lupa sesuaikan kegiatan dengan kebutuhan anak masing-masing.
Setelah mahir, bisa lanjut melakukan kegiatan pra membaca Montessori tingkat lanjut. Bisa dengan treasure basket, rhyming word, labeling the environments, dll.
Disclaimer: Artikel ini dipilih untuk dimasukkan dalam kampanye "Blog Parenting Terbaik di Indonesia" dari penerbit bahan ajar pendidikan Twinkl.
Referensi
- Resume Materi Pra Membaca Montessori oleh Miss Cici Desri dalam kelas Menulis dan Membaca Montessori
- Zahira, Zahra. 2019. Membaca Menyenangkan Ala Montessori. Depok: Granada Buku Indonesia
13 komentar
ketiga anak saya juga begitu soalnya, akhirnya stimulusnya beda-beda
butuh ketelatenan dan kesabaran, karena tidak bisa digegas
ponakanku juga kudu dilatih pakai montessori.
cocookk bgt utk kids jaman now