Sekitar tahun 2016, saya dan seorang teman pernah berkunjung ke Tanjung Emas. Sebuah pelabuhan di Semarang bagian utara. Awalnya saya takjub dengan pemandangan berbagai deretan kapal yang unik, hingga bapak pemandu wisata menunjukkan kami sebuah realita di pesisir utara Semarang.
Beliau menunjukkan banjir rob yang sering luber ke jalanan dekat situ akibat permukaan tanah sekitarnya sudah mulai turun. Hujan sedikit saja sudah bisa membuat jalanan di sekitar situ banjir.
Kontras dengan kondisi kota Semarang bagian utara, bagian pesisir utara kota Surabaya sejak beberapa tahun terakhir juga sering mengalami banjir rob. Menurut Pak Nasrullah yang tinggal di sekitar pesisir utara Surabaya, banjir rob biasanya terjadi sangat jarang, paling setahun sekali.
Namun, sudah beberapa tahun belakangan ini banjir rob lebih sering terjadi di wilayah Pak Nasrullah. Dalam setahun bisa sampai 3-4 kali bisa terjadi banjir rob saat hujan atau cuaca buruk. Penurunan tanah juga mulai terlihat secara nyata di kawasan pesisir utara Surabaya.
Ada apakah dengan pesisir utara Semarang dan Surabaya?
Penurunan tanah serta banjir rob di kedua kota itu adakah salah satu potret nyata dampak buruk perubahan iklim yang pernah saya temui secara langsung. Selain itu juga sudah banyak indikator dampak perubahan iklim yang terjadi di Indonesia. Apa sajakah itu? Yuk, kita bahas bareng-bareng!
Tak Melulu Soal Cuaca Panas, Dampak Perubahan Iklim Sudah Sejauh Ini, Lo!
Mungkin banyak yang mengira bahwa perubahan iklim hanya identik dengan cuaca panas yang saat ini bisa mengancam kesehatan. Ternyata, dampak nyata dari perubahan iklim tidak sesederhana orang berkata, “cuaca sekarang kok panasnya semakin nggak wajar, ya?”
Sudah banyak alarm dari alam yang muncul di Indonesia akibat perubahan iklim. Mulai dari penurunan tanah pesisir utara Jawa, banjir rob, badai siklon tropis seroja, hingga mencairnya salju abadi di puncak Jaya Wijaya.
Pesisir Utara Jawa dalam Ancaman Tenggelam
Dilansir dari Kompas, menurut Ira Mutiara Anjasmara selaku Dosen Departemen Teknik Geomatika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya utara telah mengalami penurunan tanah 4 cm per tahun. Penurunan tanah ini ternyata juga terjadi di wilayah utara Semarang dan Jakarta.
Banjir rob pesisir utara Surabaya (sumber: Antara) |
Penurunan tanah yang menjadi penyebab banjir rob juga dipengaruhi oleh perubahan iklim. Pencairan es di wilayah kutub menyebabkan kenaikan permukaan laut. Oleh karena itu, wilayah pesisir utara Jawa, termasuk Semarang dan Surabaya saat ini menghadapi ancaman tenggelam akibat perubahan iklim.
Badai Siklon Tropis Seroja di NTT
Tahun 2021 menjadi tahun duka bagi warga NTT setelah serangan badai siklon tropis Seroja yang menyebabkan banjir bandang dan tanah longsor. Kelihatannya seperti bencana alam biasa, bukan? Nyatanya, badai siklon tropis Seroja di NTT adalah bukti dari pengaruh perubahan iklim.
Kerusakan akibat badai siklon tropis Seroja (sumber: Berita Satu) |
Badai siklon tropis biasanya terjadi di wilayah yang terletak di atas 10 derajat LU dan 10 derajat LS. Sementara itu, NTT terletak di wilayah 8 derajat LS. Ditambah lagi, perubahan iklim menyebabkan suhu air laut meningkat. Hal ini menunjukkan anomali siklon tropis yang jarang terjadi di negara tropis seperti Indonesia.
Cairnya Salju Abadi di Puncak Jaya Wijaya
Indonesia memiliki kebanggan tersendiri dengan adanya salju abadi di puncak Jaya Wijaya. Suatu fenomena keajaiban alam yang hadir di negara tropis.
Sayangnya, julukan salju abadi itu mungkin akan segera hilang karena luasan salju di gunung Jaya Wijaya saat ini hanya tersisa seluas 2 km persegi atau 1% dari luasan semula 200 km persegi. Bahkan, salju abadi tersebut akan diprediksi hilang pada tahun 2050.
Salju abadi puncak Jaya Wijaya tinggal sedikit (sumber: phinemo.com) |
Hal ini diakibatkan suhu bumi yang semakin meningkat akibat pemanasan global. Sadar, nggak, sih? Dampak perubahan iklim sudah sejauh bisa mencairkan salju abadi yang dulu katanya nggak akan pernah mencair.
Hutan, Solusi Ampuh Cegah Dampak Perubahan Iklim Memburuk
Wah, seram juga, ya, dampak dari perubahan iklim. Salju abadi saja sampai bisa dicairkan, apalagi es yang ada di freezer kulkas, auto leleh dalam hitungan menit.
Bisa, nggak, sih, perubahan iklim itu dicegah agar dampaknya tidak semakin buruk?
Jawabannya bisa. Bahkan, Indonesia sebenarnya punya solusi ampuh untuk mencegah perubahan iklim semakin memburuk. Ya, Indonesia punya hutan yang sangat luas, pelindung anugerah Tuhan yang bisa meredam dampak perubahan iklim secara berkelanjutan.
Hutan Indonesia yang Istimewa
Secanggih-canggihnya teknologi buatan manusia untuk memerangi perubahan iklim, tak ada yang bisa menyamai kekuatan Hutan dalam memerangi perubahan iklim.”
Saya pernah bekerja sebagai peneliti, berusaha membuat material yang bisa menyerap gas penyebab polusi udara. Biaya yang dikeluarkan untuk penelitian itu tidak kecil, kalau dihitung sangat cukup untuk merawat atau menanam puluhan hingga ratusan.
Namun, sebagian besar hasil dari penelitian itu tak pernah bisa menyamai kemampuan 1 pohon dalam menyerap karbon. Mungkin hanya sekitar ¼ - ⅕ dari kemampuan 1 pohon dalam menyerap karbon.
Dari berbagai pengalaman melakukan penelitian, lalu belajar kembali dalam menyelami perubahan iklim, saya sadar satu hal penting. Sesuatu yang selama ini luput dari pandangan saya sebagai seorang ilmuwan.
Kenapa tidak fokus untuk pelestarian hutan saja yang sudah jelas kemampuannya dalam mitigasi perubahan iklim daripada mencari solusi lain yang belum pasti jawabannya?”
Hutan di Indonesia sangatlah istimewa. Terkenal di kalangan aktivis luar negeri, tapi banyak dilupakan oleh penduduk negaranya sendiri. Kalau tidak percaya, yuk, kenalan lagi lebih dekat dengan hutan Indonesia.
- Hutan hujan tropis di Indonesia memiliki luas terbesar ketiga di dunia, paru-paru dunia yang menyediakan sumber oksigen
- Memiliki megabiodiversitas terkaya nomor dua di dunia untuk menjaga stabilitas iklim, kestabilan siklus air, dll.
- Hutan Indonesia memiliki lahan gambut terluas di dunia, penyerap karbon terbaik untuk atasi perubahan iklim
Manfaat Hutan untuk Mitigasi Perubahan Iklim
Hutan juga memiliki peran penting dalam pencegahan dampak perubahan iklim agar tidak semakin memburuk atau mitigasi perubahan iklim. Masih ingat, nggak, cerita tentang Masyarakat Adat yang begitu menjaga hutan?
Nah, salah satu alasannya adalah karena hutan memiliki banyak manfaat, termasuk sebagai pelindung dari dampak negatif perubahan iklim. Berikut ini adalah manfaat hutan untuk mitigasi perubahan iklim.
- Peredam polusi udara: hutan tropis Indonesia mampu menyerap emisi gas karbon hampir 2,4 miliar ton per tahun yang dihasilkan oleh aktivitas manusia seperti naik kendaraan berbahan bakar minyak, memasak, industri, dll.
- Supermarket penuh makanan: hutan juga bisa menyediakan bahan makanan lezat yang tumbuh secara alami jika suatu saat kamu kelaparan karena para petani padi sering gagal panen.
- Filter alami air bersih: hampir ⅓ kota besar di dunia mendapatkan sumber air bersih dari hutan karena secara alami ekosistem hutan akan membentuk sistem penyaringan air.
- Sumber oksigen: pepohonan di hutan merupakan sumber penghasil oksigen gratis yang melimpah ruah.
- Pendingin alami: selain bisa menyerap gas emisi karbon dari polusi udara, hutan juga bisa mendinginkan hatimu #eh, maksud saya mendinginkan bumi karena melepaskan semacam senyawa organik untuk menciptakan aerosol, membentuk semacam awan untuk memberikan efek dingin (Lawrence, 2022).
Urgensi Menyuarakan Aksi Melestarikan Hutan
Akan tetapi, dibalik keistimewaan hutan di Indonesia, masih banyak orang di luar sana yang belum aware dengan isu pelestarian hutan untuk mitigasi perubahan iklim. Berdasarkan hasil survei tim Hutan Itu Indonesia (HII) tahun 2017, sebanyak 82,7% responden menyatakan prihatin dengan kondisi hutan Indonesia. Dari prosentase tersebut, hanya 27,3% yang paham bahwa apa yang terjadi di hutan adalah ulah manusia itu sendiri.
Selain hasil survei dari HII, minimnya penyebaran edukasi tentang hutan sebagai mitigasi perubahan iklim menyebabkan masyarakat kota kebanyakan tidak paham. Saya pun awalnya juga begitu. Untungnya di era digital saat ini, sudah banyak komunitas, serta lembaga yang mulai merambah media sosial sebagai media penyebaran edukasi.
Contohnya seperti kegiatan Online Gathering #EcoBloggerSquad yang saya ikuti bersama Kak Tian dari HII dan Kak Azizah dari perwakilan UMKM produk hutan. Di sini kami ngobrol masalah perubahan iklim, urgensi kampanye hutan sebagai solusi perubahan iklim, dan pengembangan produk lokal hasil hutan bukan kayu.
Peran Komunitas untuk Jaga Hutan
Dari hasil pembicaraan dalam Online Gathering Eco Blogger Squad tanggal 29 Mei 2023 lalu, ada beberapa kesimpulan yang bisa saya jabarkan mengenai peran komunitas untuk jaga hutan dalam mitigasi perubahan iklim:
1. Menjaga Kelestarian Hutan
Pertama tentu saja peran komunitas sangat penting dalam menjaga kelestarian hutan. Sebagai contoh Pak Nasiun bersama warga Desa Air Tenam, Bengkulu Selatan, aktif menjaga wilayah hutan seluas 1.677 hektar di desanya. Setiap pohon duren yang ada di wilayah hutan desa tersebut mampu menyerap sekitar 1,42 ton CO2/tahun.
2. Patroli Kerusakan Hutan
Ranger hutan Mpu Uteun (sumber: Mongabay) |
Masih ingat dengan profesi ranger hutan yang pernah saya bahas di blog ini? Ranger hutan wanita pertama di Indonesia yang diberi nama Mpu Uteun aktif patroli di hutan Damaran Baru, Kabupaten Bener Meriah, Aceh. Keberadaan mereka sangat krusial dalam mempertahankan wilayah hutan agar tak dirusak oleh pihak tak bertanggung jawab.
3. Kolaborasi untuk Edukasi
Peran komunitas selanjutnya dalam aksi jaga hutan adalah kolaborator untuk edukasi manfaat hutan dalam mitigasi perubahan iklim. Tanpa kolaborasi, pesan untuk jaga hutan tak akan bisa tersampaikan secara utuh. Misalnya dalam acara Online Gathering EBS kemarin merupakan hasil kolaborasi dari Eco Blogger Squad, Hutan Itu Indonesia, Blogger Perempuan, dan Kabupaten Lestari.
4. Support System Konservasi dan Restorasi Hutan
Salah satu peran Hutan Itu Indonesia (HII) berdasarkan kak Tian adalah support system dalam konservasi dan restorasi hutan. Media yang digunakan sebagai support system berupa kampanye di media sosial, donasi, adopsi hutan, kolaborasi mitra, dll.
Sampai saat ini HII memiliki 24 Kelompok pemuda, 22 kawasan hutan untuk konservasi dan restorasi. Luas kawasan hutan mencapai 10 ribu hektar yang dikelola oleh 8 mitra organisasi.
5. Inovasi Produk Lokal Lestari dari Hutan
Selain edukasi, kolaborasi, dan kampanye, ada juga sektor UMKM produk lokal lestari dari hutan seperti kain gambo. Kain yang dijadikan batik dengan pewarna gambir dari hutan Musi Banyuasin ini punya warna khas dan desain unik.
Harganya memang relatif mahal karena pembuatan kain gambo dilakukan secara manual, langsung dengan tangan pengrajin batik jumput, dan menggunakan pewarna alami. Kak Azizah juga memaparkan bahwa memang sasaran kain gambo ini lebih ke orang-orang yang bisa menghargai karya seni, serta suka produk ramah lingkungan.
Scraft kain gambo (sumber: instagram @geraikabupatenlestari) |
Namun, ada juga produk dengan harga terjangkau seperti lanyard, kotak pensil, scarf, masker, dll.Saya sendiri juga mengincar scarf kain gambo yang dibanderol dengan harga 80k saja.
Harusnya, sih, kain gambo bisa go international dan disejajarkan dengan merek mahal yang katanya juga hasil buatan tangan pengrajin. Yuk, kita viralkan produk lokal lestari seperti kain gambo ini! Kalau kamu merasa sultan, bisa banget langsung beli kain gambo tanpa mikir harganya berapa, hihihi…
5 Aksi Mudah Jaga Hutan dari Kota
Buat penduduk kota yang belum pernah merasakan masuk ke hutan seperti saya, tenang saja. Masih ada jalan lain untuk menjaga hutan dari kota. Kita bisa melakukan 5 aksi mudah jaga hutan dari kota.
1. Cerita tentang Hutan
Hobi membuat konten dengan tulisan? Foto? Video? Kamu bisa cerita tentang hutan lewat konten yang kamu buat. Setelah itu sebarkan kontenmu lewat media sosial agar banyak teman atau followermu tahu.
2. Wisata ke Hutan
Buat kamu yang hobi jelajah alam atau traveling, aksi satu ini sangat cocok untukmu. Cuma wisata ke hutan aja sudah bisa turut serta dalam aksi jaga hutan dari kota.
3. Donasi Adopsi Hutan
Kamu pekerja kantoran atau malas ribet membuat konten atau wisata ke hutan? Cukup sisihkan sedikit gajimu untuk donasi adopsi hutan lewat hutanitu.id. Gampil, bukan? No ribet-ribet club.
4. Konsumsi Hasil Hutan Bukan Kayu
Nah, kalau aksi satu ini cocok buat kamu yang hobi makan atau kulineran. Beli produk hasil hutan bukan kayu seperti madu hutan, kopi, durian hutan, dan masih banyak lagi. Bisa intip produk dari hutan lewat instagram @geraikabupatenlestari atau laman hutanitu.id.
5. Merayakan Hari Hutan
Dulu saat masih sekolah, saya selalu bersemangat dengan peringatan Hari Pahlawan. Maklum, Surabaya terkenal dengan sejarah Peristiwa 10 Nopember 1945 yang heroik. Adanya peringatan Hari Pahlawan menjadikan saya memiliki jiwa nasionalis yang cukup kuat. Mungkin karena sudah sejak kecil terbiasa untuk memperingati Hari Pahlawan.
Nah, sama dengan peringatan Hari Pahlawan, kamu juga bisa menjaga hutan dengan merayakan Hari Hutan. Menurut Kak Tian, selebrasi Hari Hutan diperlukan untuk membentuk semacam pengingat bahwa Indonesia juga punya hutan yang hebat, lo. Pahlawan garda terdepan dalam mitigasi perubahan iklim.
Penutup
Dampak perubahan iklim di Indonesia saat ini sudah mencapai level yang membutuhkan perhatian khusus dari seluruh warga Indonesia. Terutama dalam hal menjaga hutan agar tetap lestari. Sebab hutan memiliki peran krusial dalam pencegahan dampak perubahan iklim agar tak semakin memburuk.
Peran komunitas untuk jaga hutan sangat penting dalam mitigasi perubahan iklim. Terutama sebagai media edukator ke masyarakat luas agar lebih aware dengan isu hutan dan perubahan iklim. Edukasi tentang hutan harus selalu digaungkan agar lebih banyak masyarakat yang waspada terhadap perubahan iklim.
Referensi
- https://hutanitu.id/
- Lawrence D, Coe M, Walker W, Verchot L and Vandecar K (2022) The Unseen Effects of Deforestation: Biophysical Effects on Climate. Front. For. Glob. Change 5:756115. doi: 10.3389/ffgc.2022.756115
- Zoom Meeting #EcoBloggerSquad. (2023). Peran Komunitas untuk Menjaga Hutan dalam Mitigasi Perubahan Iklim.
37 komentar
Bukan hanya para ranger hutan, masyarakat adat dan orang yang tinggal di dekat hutan aja, tapi kita yang tinggal di kota, juga bisa turut ambil bagian menjaga hutan Indonesia.
Yuk, bergerak bersama.
btw, jadi pengen deh ikut majuin industri craft ramah lingkungan se[erti kain gambo ini.
Yup, edukasi menjaga hutan mesti terus digaungkan untuk kelestariannya ke depan
Aku juga pernah donasi hutan, sbg upaya kepedulian terhadap hutan
Aku syokk kalo penelitan untuk bisa memunculkan sesuatu yang bisa menyamai 1 pohon itu ternyata ngga berhasil. Emang gimana pun kita tuh harus kembali ke alam, kembali ke hutan dan membuatnya berfungsi :((
Secanggih-canggihnya teknologi buatan manusia untuk memerangi perubahan iklim, tak ada yang bisa menyamai kekuatan Hutan dalam memerangi perubahan iklim << ketampar banget ngga tuh
Ya allah berharap makin banyak yg aware dan peduli.
Kita memang harus banyak-banyak bersyukur dengan luas hutan yang Indonesia miliki, namun juga yang terpenting adalah kita ikut andil untuk menjaganya bersama-sama, jangan sampai hutan punah, karena berarti kita mengundang malapetaka untuk keberlangsungan hidup