"Aku masih ingat cerita seorang nenek yg mencuci masker bedah miliknya untuk bisa digunakan berkali-kali karena harganya sangat mahal. Cerita seorang ibu yang harus mengungsi saat bayinya berusia 3 hari jatuh sakit karena asap. Cerita seorang bapak pemilik kebun buah tabungan masa tua yang sudah ia rawat bertahun-tahun, hangus terbakar api. Dia berjuang memadamkan api dengan semprotan pupuk cair karena tidak ada air."
Kalimantan Tengah, 2019. Asap tebal kembali mengangkasa di langit Kalimantan, menutup hampir seluruh kota dalam selimut kabut berwarna kekuningan. Bau asap sungguh menyiksa hidung dan pernapasan. Asap tebal itu juga membuat mata perih, sakit, dan selalu berair.
Banyak orang jatuh sakit karena kabut asap itu, bahkan sampai meninggal dunia akibat kepungan asap. Kecelakaan lalu lintas juga meningkat akibat jarak pandang yang terbatas. Hampir tak ada jalan untuk lari karena akses transportasi juga dibatasi.
Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) kala itu menjadi kenangan buruk yang kembali terulang bagi Sumarni. Padahal sedari kecil ia sudah akrab dengan asap kebakaran hutan dan lahan. Namun, asap yang ia kenal sejak kecil jauh berbeda dengan asap yang ia lihat pada hari itu dan hari ini lagi.
Memori Keindahan Hutan Kalimantan di Mata Sumarni
"Sejak kecil saya sudah akrab dengan api kebakaran hutan atau lahan. Setiap musim kemarau, kami selalu sedia air di samping rumah untuk menyiram api yang mulai mendekati rumah kami. Namun, hutan tetaplah rumah yang indah bagi kami," kenang Sumarni saat kecil dulu.
Sudah sejak ratusan tahun lamanya keturunan-keturunan suku Dayak selalu menjaga hutan, memperjuangkan hutan agar tidak terbakar oleh ketamakan manusia. Hutan Kalimantan dalam memori Sumarni kecil pun sangat indah, meskipun sebenarnya sudah sejak kecil perempuan asli Dayak itu telah akrab dengan kebakaran hutan.
1. Kehidupan dalam Harmoni Suku Dayak dan Hutan
Sumarni kecil telah akrab dengan hutan karena memang rumahnya berada dekat dengan hutan. Leluhur Sumarni selalu mengajarkan untuk tidak berbuat kerusakan di hutan, mengambil hasil hutan secukupnya, dan jaga hutan untuk generasi masa depan. Sesakral itu mereka menjaga hutan sebagai bagian dari hidup dari masa lalu, masa kini, dan masa depan.
2. Surga Hutan Hujan Tropis yang Luas
Hutan di Kalimantan termasuk salah satu jajaran hutan hujan tropis yang cukup luas di Indonesia, yaitu 40,8 juta hektar. Sayangnya, Greenpeace mencatat luas tersebut menurun akibat deforestasi sehingga tersisa 25,5 juta hektar pada tahun 2010.
Meskipun begitu, keindahan hutan hujan tropis di Kalimantan tetap jadi pesona tersendiri bagi Sumarni. Tengok saja beberapa keindahan lewat panorama alam dan keanekaragaman hayati hutan Kalimantan seperti telaga biru Tulung Ni’ Lenggo, rumah bagi satwa langka, kain tenun dan pewarna alam ramah lingkungan, healing di Sangkima Jungle Park, bukit Bangkirai yang eksotis, dan lain-lain.
Keindahan hutan Indonesia (sumber: diolah grafis dengan Canva) |
3. Manfaat Hutan Bagi Indonesia dan Dunia
Hutan adalah paru-paru dunia. Sebuah kalimat klise yang sebenarnya cukup powerfull untuk menunjukkan manfaat hutan sebagai sumber oksigen dunia.
Kalau hutan dibabat habis, pastinya ketersediaan oksigen pun akan terbatas. Ditambah lagi, karbon yang tersimpan di hutan akan terlepas ke atmosfer, dan memperparah pemanasan global yang saat ini sudah berubah menjadi pendidihan global.
Lantas, bagaimana manusia bisa bertahan di masa depan? Selain sebagai sumber oksigen alami, hutan juga memiliki manfaat sebagai solusi perubahan iklim, penyimpan karbon, rumah bagi keanekaragaman hayati, sumber makanan dan obat-obatan, serta masih banyak lagi.
Infografis manfaat hutan (sumber: olah grafis dengan Canva) |
Indonesia yang Terjajah Karhutla: Sejak Zaman Kolonial Belanda Hingga Sekarang!
"Karhutla besar di Kalimantan itu tahun 1997. Sangat parah karena di tahun itu media masih terbatas, koordinasi masih berantakan karena akses informasi dan teknologi kan masih minim di tahun ini. Tidak seperti saat ini. Selain itu tahun 2015 dan 2019 juga sama terjadi karhutla besar. Saat itu kabut asap sampai berwarna kuning," lanjut Sumarni Laman saat menceritakan karhutla besar yang pernah terjadi di Kalimantan.
Karhutla Besar di Zaman Kolonial Belanda (1891-1925)
Sebelum karhutla besar di Kalimantan tahun 1997, ternyata sejarah Indonesia pernah mencatat bahwa karhutla besar di Indonesia sudah pernah terjadi sejak zaman kolonial Belanda di tahun 1891-1925. Tepatnya saat itu disebut wilayah Afdeeling Mojokerto (Kabupaten Mojokerto) akibat kelalaian manusia.
Dalam penelitian Gilarsi dan Husain (2019), laporan kebakaran hutan pertama tanggal 11 Oktober 1981 di persil Sukosari, Distrik Jabung. Kebakaran ini menyebabkan sekitar seribu hektar hutan milik pemerintah terbakar.
Selanjutnya, November 1905 hutan di Pegunungan Arjuno juga terbakar selama 5 hari. Pada tahun 1925, kasus kebakaran hutan besar kembali terjadi di wilayah Welirang dan Anjasmoro.
Berdasarkan rangkuman Gilarsi dan Husain (2019), penyebab kebakaran hutan di Afdeeling Mojokerto tahun 1891-1925 adalah aktivitas manusia di hutan baik disengaja maupun tidak. Mulai dari orang-orang yang memasak di hutan lalu lupa mematikan api, perambahan semak-semak di pinggir jalan berujung api yang merambat ke hutan, dan lain-lain.
Karhutla Besar di Zaman Kemerdekaan (1997, 2015, 2019)
Sumarni sedang membantu memadamkan api karhutla di Palangkaraya 2019 (sumber: instagram @sumarni_laman) |
Kalau karhutla besar di era kolonial Belanda akibat kelalaian manusia di hutan karena bermain api, karhutla besar di Indonesia tahun 1997 di Riau dan Kalimantan diakibatkan oleh alih fungsi lahan gambut menjadi perkebunan sawit dan industri. Padahal lahan gambut yang sering dianggap tak berguna ini memiliki peran penting dalam penyimpanan cadangan air, pencegah bencana ekologi, dan mitigasi perubahan iklim.
Kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan yang sangat parah kembali terjadi di tahun 2015 dan 2019. Seperti cerita Sumarni, saat itu kabut asap berwarna kekuningan sampai menyelimuti kota. Banyak korban berjatuhan akibat kabut asap yang menyerang pernapasan, kecelakaan karena jarak pandang yang pendek, dan polusi udara yang sangat parah.
"Memadamkan api akibat karhutla yang berasal dari lahan gambut kering sangat sulit. Walaupun api di permukaan telah padam, ada api yang tetap bisa menyala di dalam permukaan gambut. Belum lagi akses air juga sulit karena harus bolak-balik mengisi air ke tempat lain dengan jarak kurang lebih 1 jam," begitu kata Sumarni saat menceritakan pengalaman terjun langsung ikut memadamkan api karhutla tahun 2019.
Karhutla di 2023?
Bagaimana dengan sekarang apakah masih terjadi karhutla di Kalimantan?
"Masih terjadi, Kak. Mulai agak parah lagi, nih, asapnya. Sekolah-sekolah di Palangkaraya pun sudah banyak yang diliburkan," jawab Sumarni saat wawancara bulan Agustus 2023.
Kondisi terkini karhutla Kalimantan Tengah 2023 (sumber: instagram @sumarni_laman) |
Senada dengan pernyataan Sumarni. Di tahun 2023 ini telah terjadi banyak kasus kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan. BPBD Kalimantan Selatan melaporkan luas karhutla sekitar 1.437,6 hektar di 13 kabupaten dan kota. Di Kalimantan bagian barat, BPBD Kalimantan Barat melaporkan luas karhutla mencapai mencapai 5.768,73 hektar yang tersebar 14 kabupaten atau kota. Sementara itu, BNPB menyatakan luas karhutla di Kalimantan Tengah mencapai 1.096 hektar yang tersebar di 14 kabupaten dan kota.
Sedih sekali rasanya, sudah berapa hektar hutan dan lahan yang kembali terbakar di tahun 2023 ini? 78 tahun Indonesia merdeka dari penjajahan kolonial, ternyata sampai di tahun 2023 ini hutan Indonesia belum juga merdeka dari penjajahan karhutla. Kira-kira kapan, ya, Indonesia bisa merdeka dari karhutla?
Fakta Lingkaran Maut Karhutla Ulah Manusia: Alih Fungsi Lahan Gambut-Karhutla-Perubahan Iklim
“Sebenarnya apa, sih, penyebab kebakaran hutan dan lahan di Indonesia? Kok, sampai segitunya?”
Pasti pertanyaan di atas jadi tanda tanya besar saat membaca berbagai berita tentang karhutla? Sama, saya pun juga begitu.
"Hampir 90% kebakaran hutan dan lahan itu disebabkan oleh manusia. Hampir jarang kebakaran hutan disebabkan oleh fenomena alam seperti cuaca ekstrim," kata Sumarni yang senada juga dengan pernyataan Kak Ola selaku koordinator nasional Pantau Gambut saat diskusi bersama Eco Blogger Squad Agustus 2023.
Ternyata semuanya bermula dari alih fungsi lahan gambut menjadi perkebunan sawit, lahan pertanian, atau industri dengan cara dibakar. Padahal struktur lahan gambut itu mirip seperti spons yang berfungsi untuk menyerap air saat hujan atau banjir, serta mengalirkan cadangan air ketika kekeringan di musim kemarau.
Saat fungsi lahan gambut diubah dengan cara dibakar atau dikeringkan, lahan gambut akan sangat mudah terbakar bahkan dengan puntung rokok sekalipun. Kegiatan manusia seperti memasak di hutan atau aktivitas lain yang menggunakan api juga berpotensi dalam menyebabkan karhutla.
"Lahan gambut itu sering dianggap tak berguna, padahal salah satu kunci mitigasi perubahan iklim," jelas Kak Ola selaku koordinator nasional Pantau Gambut dalam online gathering Eco Blogger Squad, Agustus 2023.
Ditambah lagi BMKG menjelaskan bahwa pola badai el Nino jadi menguat hingga awal 2024 karena perubahan iklim. Akibatnya terjadi kemarau panjang di Indonesia yang tentu saja bisa memancing karhutla di tahun 2023.
Antara pembakaran lahan gambut, karhutla, dan ancaman perubahan iklim punya hubungan seperti lingkaran maut yang tidak ada habisnya. Seperti apa si lingkaran maut yang membuat Indonesia belum juga merdeka dari karhutla? Simak infografis berikut ini, ya!
Lingkaran maut karhutla di Indonesia (sumber: Pantau Gambut, diolah grafis dengan Canva) |
Dampak Karhutla Bagi Kesehatan dan Lingkungan
Kebakaran hutan dan lahan atau Karhutla di Indonesia menyisakan berbagai kerusakan bagi makhluk hidup dan lingkungan. Sumarni Laman tengah merasakan dampak jangka panjang yang merusak kesehatan dari asap karhutla saat aktif memadamkan api di lahan gambut tahun 2019. Hewan, tumbuhan, bahkan lingkungan pun turut merasakan dampak buruk dari karhutla.
Kesehatan
“Asap karhutla di Kalimantan itu bikin mata sakit, sesak napas, banyak yang terkena ISPA sampai meninggal dunia. Hewan seperti Orang Utan waktu itu juga banyak yang meninggal, sampai harus diungsikan lewat udara saking berbahayanya asap karhutla itu, Kak,” kenang Sumarni saat berhadapan langsung dengan karhutla parah tahun 2015 dan 2019.
Bagi teman online yang mungkin belum pernah mengalami ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut), penyakit tersebut bisa mengakibatkan napas terasa berat, bahkan komplikasi pada kasus yang lebih berat bisa sampai mengakibatkan batuk darah. Saya paham betul karena pernah mengalami ISPA ringan. Hanya terasa sesak napas, tapi masih bisa menghirup udara yang layak di Surabaya
Sementara itu, teman-teman di Kalimantan atau wilayah yang terpapar asap Karhutla tidak bisa menghirup udara bersih saat terjangkit ISPA. Pasti double kill rasanya. Sudah napas rasanya sesak dan berat, eh, masih harus menghirup paparan asap beracun.
Lingkungan
Dampak kebakaran hutan dan lahan bagi lingkungan juga cukup memprihatinkan. Bahkan efeknya juga jangka panjang sampai anak cucu kita yang harus menanggung akibatnya. Berikut dampak karhutla bagi lingkungan yang tentu saja akan menjadi rusak:
- Rusaknya hutan dan lahan gambut sebagai penyimpan karbon, akibatnya karbon terlepas ke udara, menyebabkan pemanasan global, dan mempercepat laju perubahan iklim.
- Hutan yang rusak, bahkan gundul tak mampu lagi menyediakan oksigen yang cukup untuk semua makhluk hidup.
- Hutan tidak mampu menampung cadangan air saat musim hujan, berpotensi rawan longsor atau banjir.
- Hutan tak mampu mengalirkan cadangan air saat kekeringan di musim kemarau
- Berkurangnya keanekaragaman hayati akibat hutan yang rusak. Jika keanekaragaman hayati perlahan menghilang, rantai makanan akan terganggu, dan bencana kelaparan akan terjadi.
Fenomena Indonesia Sebagai Hutan Hujan Tropis Terbesar ke-3 Dunia, Bagaimana Kita Menjaganya?
“Hutan di Kalimantan itu sebenarnya bukan milik orang Kalimantan saja. Namun, juga milik satu Indonesia, bahkan dunia. Kenapa? Sebab, oksigen yang kita hirup asalnya dari hutan sebagai paru-paru dunia.”
Hutan hujan tropis Kalimantan (sumber: PRCF Indonesia) |
Satu kalimat Sumarni tersebut seakan menampar pipi saya begitu keras. Ya, selama ini saya menganggap bahwa hutan itu ya milik daerah masing-masing. Bodo amat bagaimana urusan hutan itu, ya, urusan daerah masing-masing.
Namun, wawancara singkat dengan Sumarni membuat saya sadar bahwa hutan itu sebenarnya milik kita bersama. Selama ini kita menghirup oksigen yang disediakan Sang Pencipta dari hutan dan alam sekitar. Selama itu pula secara tidak langsung hutan yang telah mendukung kita hidup.
Oh, iya, tahu, nggak? Indonesia dianugerahi sebagai negara yang memiliki hutan hujan tropis terbesar ke-3 Dunia, lho! Dilansir dari World Resource Institutes (WRI) dalam Katadata, Indonesia termasuk salah satu dari 3 negara penguasa hutan tropis seluas 83,8 juta hektar. Dari luas tersebut, diperkirakan mampu menyerap 25,18 miliar ton emisi karbon penyebab pemanasan global.
Sayangnya, tiap tahun Indonesia selalu kehilangan hampir jutaan hektar hutan hujan tropis. Hingga pada tahun 2021, Indonesia telah kehilangan 2,2 juta hektar hutan tropis. Penyebabnya mulai dari aktivitas pertambangan, perkebunan, peternakan, dan karhutla.
Lantas, apa yang bisa kita lakukan untuk menjaga hutan hujan tropis Indonesia bersama? Terlebih masyarakat kota yang jauh dari hutan?
1. Tulis Edukasi Tentang Hutan
Pertama, teman online bisa tulis edukasi tentang hutan lewat platform blog, instagram, X, facebook, dan media sosial lainnya. Kelihatannya sepele, tapi tulisan itu cukup powerful untuk bisa memberikan edukasi kepada orang lain.
Kadang tulisan itu bisa sampai menggerakkan orang untuk ikut menjaga hutan bersama. Contohnya saya yang tergerak karena berbagai tulisan dari hutanitu.id dan Pantau Gambut tentang keindahan hutan Indonesia.
2. Abadikan Kecantikan Hutan
Kedua, teman online-ku sekalian juga bisa sekadar mengabadikan keindahan hutan lewat foto atau video. Tujuannya agar lebih banyak lagi orang yang sadar bahwa hutan Indonesia itu indah. Jangan sampai ketamakan manusia merusak keindahan itu, lantas mengubahnya jadi petaka.
3. Jadi Relawan Kampanye Hutan
Selanjutnya, buat teman online yang cenderung suka jadi aktivis, bisa juga terjun sebagai relawan Kampanye Hutan. Biasanya bisa daftar lewat platform Indorelawan atau informasinya bisa juga dilihat di hutanitu.id.
Kegiatannya seru, kok! Sebab memang sasarannya cenderung anak muda. Mulai dari kampanye lewat media sosial, berbagai kegiatan yang berhubungan dengan pelestarian hutan, dan masih banyak lagi.
4. Donasi atau Adopsi Pohon
Teman online yang berkecukupan bisa juga menyisihkan sebagian rezeki dengan donasi untuk hutan atau adopsi pohon lewat platform seperti hutanitu.id, Lindungi Hutan, dll. Uang donasi biasanya digunakan untuk perawatan pohon atau logistik bagi para relawan yang terjun langsung ke hutan seperti Kak Sumarni, ranger hutan, dan lainnya.
5. Sebarkan Informasi Tentang Hutan
Terakhir, paling mudah adalah tinggal share informasi tentang hutan yang banyak tersedia lewat akun media sosial seperti @hutanitu.id, @pantaugambut, @teamupforimpact, dan lain sebagainya. Jadi, buat kamu kaum rebahan tinggal kunjungi akun media sosial yang membahas tentang hutan tersebut, lalu tekan share postingan ke story. Gampang, kan?
Solusi Pengendalian Karhutla di Indonesia
Berdasarkan penjelasan Kak Ola dalam Online Gathering Eco Blogger Squad, pengendalian karhutla di Indonesia dimulai dari pencegahan, penanganan saat terjadi karhutla, dan penanganan pasca karhutla. Kak Sumarni juga mengatakan bahwa selain pencegahan dan penanganan, penegakan hukum tentang lahan gambut dan hutan juga perlu diperkuat. Oleh karena itu, sebaiknya pengendalian karhutla di Indonesia juga melibatkan semua pihak mulai dari masyarakat paling kecil, hingga pemerintah ke atas.
Penguatan dan Penegakan Hukum tentang Karhutla
Sudah banyak hukum tentang karhutla seperti UU No.41 Tahun 1999 Tentang kehutanan, UU 32/2009 PPLH dan UU 39/2014 Tentang perkebunan, bahkan Moratorium Inpres No. 6 Tahun 2017 yang bisa menjerat pelaku Karhutla. Sayangnya fakta kebakaran hutan dan lahan justru banyak terjadi di wilayah moratorium.
Saya rasa sudah saatnya presiden mengeluarkan Peraturan Presiden (Perpres) seperti saat menangani sungai Citarum. Sebab, kerusakan hutan di Indonesia tengah berdampak pada perubahan iklim yang mengancam kehidupan dunia.
Pencegahan Sebelum Karhutla
Tindakan pencegahan sebelum karhutla terjadi dimulai dari sosialisasi, edukasi terhadap masyarakat, dan mempelajari secara intensif titik rawan munculnya api.
Di bagian pencegahan inilah peran kita sebagai masyarakat kota yang jauh dari hutan dalam membantu pencegahan karhutla. Teman online bisa mulai menyebarkan tulisan atau informasi terkait karhutla kepada masyarakat secara luas.
Penanganan Saat Karhutla
Jika sudah terjadi karhutla seperti saat ini. Pemadaman akan dilakukan mulai dari teknik water bombing, pembuatan sekat bakar untuk mencegah api menyebar, serta teknologi modifikasi cuaca.
Penanganan Setelah Karhutla
Menurut Kak Sumarni, hal yang tak kalah penting adalah penanganan setelah Karhutla. Kerusakan hutan dan lahan gambut tentu membutuhkan perhatian khusus seperti berikut ini:
- Restorasi lahan gambut
- Penanaman pohon kembali
- Monitoring dan evaluasi
Yuk, #BersamaBergerakBerdaya Jaga Hutan agar Indonesia Juga Merdeka dari Karhutla!
"Hijau bak permata zamrud. Seperti itulah keindahan hutan Indonesia selalu digambarkan. Relakah kita kalau zamrud hijau yang cantik itu berubah menjadi hitam dan perlahan hilang ditelan asap?"
Hutan Indonesia terkenal menyimpan keindahan, serta kekayaan alam yang berlimpah. Di tangan yang tepat, hutan bisa memberikan warisan berlimpah untuk anak cucu kita di masa depan.
Tak hanya jadi milik penduduk daerah, hutan juga milik seluruh Indonesia hingga dunia. Ya, hutan di Indonesia adalah milik kita bersama yang wajib dijaga agar tidak musnah dan meninggalkan petaka untuk anak cucu kita.
Indonesia merdeka dari karhutla bukan lagi mimpi jika seluruh elemen masyarakat turut gotong royong dalam mitigasi kebakaran hutan dan lahan. Kita yang jauh dari hutan pun bisa turutYuk #BersamaBergerakBerdaya menjaga hutan! #BersamaBergerakBerdaya untuk menjaga hutan di Indonesia. Dimulai dari hal sederhana seperti menulis atau menyebarkan informasi tentang hutan, kita sudah turut berkontribusi menjaga hutan #UntukmuBumiku tercinta.
Yuk #BersamaBergerakBerdaya menjaga hutan!
Referensi
- Gilarsi, E. W. dan Husain, S. B. 2019. Menjinakkan Si Jago Merah: Kebakaran Hutan & Strategi Penanganannya di Mojokerto, Jawa Timur (1890-1939). Jurnal Sejarah. Vol. 2(2), 2019: 66 – 82
- Online Gathering Eco Blogger Squad Agustus 2023
- Wawancara daring dengan Sumarni Laman Agustus 2023
- https://katadata.co.id/ariayudhistira/infografik/636f18c52b1ec/aliansi-tiga-negara-penguasa-hutan-tropis
- https://www.jawapos.com/berita-sekitar-anda/012705365/bpbd-sebut-karhutla-capai-1437-hektare-di-kalimantan-selatan
- https://www.mongabay.co.id/2021/10/31/dua-dekade-terakhir-kalimantan-barat-kehilangan-125-juta-hektar-hutan/amp/
- https://www.celebes.co/borneo/telaga-biru-tulung-nilenggo#Daya_Tarik_yang_Dimiliki_Telaga_Tulung_Ni%E2%80%99Lenggo
- https://www.kompas.id/baca/nusantara/2023/07/26/dalam-24-jam-ratusan-hektar-lahan-terbakar-di-kalteng
29 komentar
sebagai Blogger kita harus bisa ikut menjaga kelestarian hutan juga ya melalui tulisan biar lebih banyak lagi yang teredukasi.
Kasihan ekosistem yang ada
Tetapi bingung harus berbuat apa supaya semua sadar akan keberadaan hutan
Miris memang
ternyata dari jaman kolonial pun pernah terjadi juga.
Tentunya dengan pengetahuan ini, jangan sampai malah dijadikan warisan untuk karhutla, tetapi bertindak yuk menjaga hutan sekarang juga
Smg pemerintah tetap mempertahankan wilayah utk hutan dunia ya. Bjar udara yg kita hirup mkn sehat, terutama utk anak cucu kita.
Trus Ibukota baru mau dipindah ke sana. Semoga bisa menjadi fokus utama pemerintah untuk solusi karhutla yang selama ini terjadi.
Semoga semakin banyak yang tersadar pentingnya menjaga hutan kita dan kita bisa merdeka dari penjajahan Karhutla
Keindahan hutan terusak dengan karhutla
Semoga kita bisa segera merdeka dari karhutla ini
yuk lah, sama sama kita berkontribusi.
untuk Bumi kita