"Bunda, aku mau cari excavator," rengek si kecil minta mainan kesayangannya.
"Iya, sayang," ucapku sambil mengambil excavator yang tersimpan di lemari atas, lalu memberikan mainan itu pada si kecil.
Tiba-tiba ia menjerit, lantas bergulung-gulung di kasur sambil menangis histeris. Aku pun sedikit syok, lalu berpikir keras, "apa salahku pada bocah berusia 3 tahun ini?"
Kasus Mainan Excavator dan Keinginan Bocah Berusia 3 Tahun
Sedikit lama aku tertegun dalam teka-teki kenapa bocah berumur 3 tahun ini menangis saat aku berikan mainannya. Rasanya seperti menyelesaikan persamaan yang paling ditakuti di jurusan Kimia, persamaan Schrödinger.
Berkali-kali dia mengatakan sesuatu sambil menangis,"aku mau cari excavator, kembalikan excavator-nya!"
Lama aku bengong, sampai akhirnya sebuah wangsit jawaban muncul begitu saja dalam benakku,"oh, iya, iya, maaf, Bunda nggak ngerti."
Aku memasukkan kembali mainan excavator itu ke dalam lemari. Lalu aku gendong si kecil yang saat itu masih menangis untuk mendekati lemari bagian atas, "noh, silakan dicari sendiri mainan excavator-nya."
Kasus excavator anak di masa terrible three (sumber: Canva Pro) |
Ajaib! Si bocil yang sering membuat kepalaku akhir-akhir ini pusing langsung tersenyum senang. Ia berhasil 'mencari' mainan excavator sesuai permintaannya.
Kejadian macam ini tidak hanya sekali terjadi, tapi makin sering terjadi sejak si kecil berusia 3 tahun. Tragedi mainan excavator ini masih kasus ringan. Beberapa kasus berat di luar nurul yang pernah terjadi seperti minta adik bayi punya tetangga, minta ingusnya dikembalikan, sampai minta ular. Lah, dikira mamaknya ini Panji si petualang. Ha-ha-ha!
Aku pikir anakku ini antik, ternyata banyak juga yang mengalami kasus seperti ini saat anaknya memasuki usia 2 atau 3 tahun. Bahkan dengan cerita-cerita lebih absurd lainnya.
Terrible three! Begitu istilah yang aku temukan, merujuk kondisi si kecil yang begitu menguras emosi mulai usia 3 tahun. Ada juga istilah terrible two ketika semua fase ini mulai tampak di usia 2 tahun. Sebenarnya apa, sih, masa terrible two atau terrible three ini?
Masa Terrible Three, Drama Baru di Dunia Ibu
Kenapa sampai dinamakan terrible three? Baca kata-kata 'terrible' aja pasti sudah terasa vibes negatifnya ya? Kalau boleh aku memberikan gambaran singkat, drama terrible three ini bakal lebih membuat syok terapi daripada drama GTM.
Aku pribadi sampai pernah dibuat nangis, nih, karena kelakuan si kecil yang ke-absurd-annya sudah di luar galaksi bima sakti, hiks. Untung pak suami sabar menghadapi kami berdua, ha-ha-ha!
Apa itu Masa Terrible Three?
Dilansir dari Orami yang mengutip pendapat seorang profesor psikologi di George Mason University di Amerika Serikat, Susanne Ayers Denham, Ph.D, fase terrible three ini adalah masa saat Identitas anak sedang berkembang. Anak akan mulai menguji power, serta seberapa jauh keinginan mereka bisa tercapai. Namun, kemampuan komunikasi dan emosi anak masih berkembang, sehingga anak akan lebih sering frustasi dan tantrum. Apalagi ketika apa yang mereka mau belum terpenuhi.
Ciri Anak Memasuki Masa Terrible Three
Mungkin ciri yang aku sebutkan ini nggak selalu ada di setiap anak karena memang berdasarkan pengalaman pribadi. Jadi, setiap anak memang berbeda, ya, Bun.
Sulit Tidur Siang
Awalnya aku pikir ini hal yang wajar ketika anak mulai menolak untuk tidur siang. Biasanya, sih, dia selalu tidur siang, ta-tapi aku mulai bertanya-tanya ketika hampir setiap hari hal ini terjadi.
Bahkan, tiada hari tanpa drama menangis sebelum tidur siang. Padahal, ya, ujung-ujungnya dia tidur karena mengantuk. Mana tidurnya lama pula.
Perubahan Suasana Hati yang Cepat
Si kecil sering mengalami perubahan suasana hati yang cepat, persis mamak-mamak yang lagi PMS. Bangun tidur bisa happy, nanti beberapa jam kemudian bisa tiba-tiba rewel karena suatu hal yang kadang tidak jelas.
Permintaan Absurd
Nah, ini, bagian yang paling membuatku pusing karena kadang si kecil mulai punya keinginan atau permintaan yang absurd. Misalnya seperti minta masuk ke dalam TV atau minta jadi koala. Pernah juga minta bikin adik dari playdouhgh. Rasanya mamak ingin jadi pohon saja, Nak (T.T).
Negosiasi Mulai Alot
Jujur, saya lebih memilih negosiasi dengan bapak dan ibu dosen penguji saat sidang kampus saya dulu daripada harus negosiasi dengan si kecil. Negosiasi dengan si kecil di fase terrible three ini sangat alot, susah, dan tidak bisa ditipu dengan trik sama sekali. Bahkan, proses negosiasi bisa berjalan berjam-jam, berhari-hari, bahkan berminggu-minggu untuk mencapai kata,"okay, Bunda."
Sering Tantrum
Sebenarnya fase anak mulai bisa tantrum ini sudah ada dalam diri si kecil sejak berusia 2 tahun. Namun, saat usia 2 tahun masih level easy untuk menenangkan tantrum. Saat masuk ke fase terrible three, MasyaAllah sudah masuk level medium yang cukup membuat hayati lelah.
Pengalamanku Menghadapi Si Kecil yang Memasuki Fase Terrible Three
Nah, saat memasuki fase terrible three ini, aku sering merasa banyak energi kehidupanku yang hilang, wkwkwk! Mungkin belum sempurna sesuai teori parenting, tapi beginilah caraku menghadapi si kecil. Siapa tahu bisa jadi inspirasi, hihihi!
1. Minta Stok Sabar Kepada Allah
Pertama kali hal yang aku lakukan adalah minta stok sabar kepada Allah. Berdoa yang banyak, istighfar yang banyak. Mungkin sabarnya manusia ada batasnya, ya, tapi sabarnya Allah itu nggak ada batasnya.
2. Temani Si Kecil, Eratkan Bonding
Dibalik sikap si kecil yang terasa "terrible" itu, sebenarnya si kecil sedang ingin benar-benar ditemani. Kenapa aku bisa bilang seperti ini?
Berdasarkan pengalamanku, si kecil selalu ingin dipeluk saat berada di fase terrible three. Kadang cuma ingin dipangku atau dipukpuk saja.
3. Berikan Banyak Ruang untuk Bermain
Selama si kecil mengalami fase terrible three, aku sadar kalau dia kekurangan ruang untuk bermain. Si kecil tipe yang mudah bosan dan lebih suka eksplore alam.
Masalahnya akhir-akhir ini kualitas udara, serta cuaca sedang kurang baik. Alhasil, aku pun membatasi si kecil untuk bermain di luar.
Nah, akhirnya aku harus cari ide kegiatan yang bisa dilakukan indoor atau maksimal di sekitar rumah saja. Mulai dari melakukan eksperimen sains, nature walk di sekitar rumah, dan berbagai ide bermain lainnya.
4. Berikan Afirmasi Positif
Terakhir, selalu berikan afirmasi positif, terutama saat kesal dengan anak. Jujurly, tingkah si kecil saat terrible three ini amat sangat menjengkelkan bagiku. Usahakan saat jengkel atau marah keluarkan kalimat dengan afirmasi positif seperti, "masyaAllah anak sholeh! Anak pintar! Anak cerdas!"
Bisa juga saat marah, lakukan teknik tahan napas 7 detik, hembuskan, lalu baru berbicara. Biasanya rasa jengkel atau marah akan sedikit reda, sehingga mungkin bisa lebih lemah lembut saat memberikan afirmasi positif.
Kesimpulan
Masa terrible three ini merupakan masa yang sangat menantang sekaligus melelahkan. Bahkan, saya sering ikut menangis saat lelah menghadapi tingkah si kecil yang sedikit-sedikit tantrum
Di masa ini juga manajemen emosi ibu sangat diuji. Mungkin bisa jadi ini merupakan tempaan dari Sang Pencipta untuk ibu, serta kesempatan bonding dengan anak.
Di zaman yang semakin edan saat ini, menurutku bonding dengan anak sangat penting. Jangan sampai anak lebih lengket dengan orang lain dibandingkan kita sebagai orang tua. Apalagi saat menghadapi masa terrible three, anak akan sangat membutuhkan kehadiran kita secara nyata.
Referensi
https://www.orami.co.id/magazine/simak-moms-ini-tips-menghadapi-terrible-three
https://babyologist.com/blog/mengahadapi-si-kecil-dalam-fase-terrific-three--n27932
15 komentar
Bener yah, Ibu perlu dan sangat perlu sekali memahami tahapan tumbuh kembang anak. Kalau tau dan memahami akar masalahnya, In syaa Allaa jadi lebih sabar.
Semoga Allaah luaskan kesabaran dan berikan anak-anak kematangan sesuai usianya sehingga kelak menjadi orang dewasa yang kuat.
Happy parenting Moms...
Membaca artikel ini, jadi terpikirkan banyak istilah dalam dunia parenting. Dan ilmu lagi nih jadi tambah wawasan buat daku.
Emg hrs pelan2 sih ngajak ngobrol ke anak. Jgn sampe smua keinginan anak dituruti plus kita sbg ortu jg jgn marah2 dl ke anak.