Teman online ada yang sedang pusing karena anak mulai suka berteriak? Maksudnya berteriak dalam konteks selain tantrum, ya. Kalau cara menghadapi anak tantrum sudah aku bahas di postingan sebelumnya.
Selain memasuki fase terrible three, si kecil mulai suka berteriak, nih. Tahu, sendiri, kan? Hampir semua anak kecil dianugerahi suara yang tinggi sekaligus melengking saat teriak.
Bayangkan kalau sedang tantrum ditambah teriak-teriak. Alamak, pusing banget rasanya! Gendang telinga apa kabar kamu di sana?
Nah, kali ini aku akan berbagi caraku mengatasi anak usia 3 tahun yang mulai suka berteriak. Seperti apa caranya versiku?
Anak Suka Teriak Bikin Pusing Kepala, Coba Pahami Dulu Sebabnya
Sebelum melakukan langkah untuk menghadapi si kecil yang mulai suka berteriak, ada baiknya memahami dulu sebabnya. Sebab, berdasarkan pengalamanku kalau belum tahu sebabnya, bakal susah untuk memahami kenapa si kecil berteriak.
1. Excited dengan Hal Baru
Si kecil bisa saja berteriak karena excited dengan hal baru. Misalnya saja berteriak senang saat menemukan serangga yang ia tahu dari buku. Bisa juga berteriak kegirangan saat menonton tokoh favorit seperti Ultraman, Power Ranger, Spiderman, dan lain-lain.
2. Marah atau Kecewa
Saat anak di usia antara 2-3 tahun marah atau kecewa mungkin mereka akan mengekspresikan dengan berteriak. Biasanya bakal berakhir tantrum kalau antara keinginan anak dan orang tua tidak mencapai kata mufakat alias proses negosiasi gagal.
Eits, jangan salah, anak usia 3 tahun biasanya sudah mulai pintar menawar aturan dari orang tua. Kalau si kecil cerdas, biasanya proses negosiasi bakalan alot, shhaaay.
3. Lapar
Pernah dengar kalimat iklan, "lu resek kalau lagi lapar"?
Nah, ini, nih, salah satu tiga besar penyebab anakku suka berteriak adalah karena lapar. Kalau lapar, si kecil bisa not in a good mood banget.
Mungkin si kecil belum bisa mengekspresikan rasa lapar secara benar. Jadi ia memilih untuk berteriak atau marah-marah persis cewek kalau lagi PMS.
4. Kurang Istirahat
Si kecil tipe anak yang suka bergerak aktif. Jadi mulai pagi sampai malam, tingkahnya super syekali. Kadang dia jadi kurang istirahat saat traveling ke luar kota atau ke rumah saudara.
Saat kurang istirahat, si kecil jadi cenderung tempramen. Kalau tidak pas dengan suasana hatinya kadang suka teriak untuk mengekspresikan kekesalannya.
5. Meniru Orang Tua
Hati-hati ya teman online semua. Anak itu peniru ulung. Saat orang tua juga mulai berteriak, anak pun juga merekam itu sebagai respon kalau menghadapi situasi yang tidak mengenakkan hati.
Misalnya aku pernah juga teriak saat lagi PMS, lantas si kecil berbuat ulah. Maklum, aku juga manusia biasa yang tidak sempurna. Hanya bisa berusaha untuk selalu upgrade manajemen emosi.
Suatu ketika, saat si kecil sedang kesal karena keinginannya tidak dituruti, disitulah ia mulai meniru Bundanya yang pernah berteriak. Yap! Si kecil mulai berteriak saat kesal.
Caraku Atasi Anak yang Mulai Suka Berteriak
Tidak ada orang tua yang sempurna, ya, teman online. Saat melakukan kesalahan, segera minta maaf ke anak, mohon ampun ke Sang Pencipta, dan berbenah diri.
Selama menghadapi anak yang suka berteriak, aku tidak langsung bisa. Ada kalanya ikut tantrum bareng anak, ada kalanya bisa aku hadapi.
Namun, setidaknya ada 6 cara yang aku gunakan untuk menghadapi anak yang suka berteriak. Berikut hasil observasi, serta cara yang sudah aku terapkan.
1. Diam Sejenak Sampai Anak Selesai Berteriak
Saat anak berteriak, kita mungkin bakal panik, lalu terbawa emosi. Teman online bisa coba tarik napas perlahan. Setelah itu tahan di perut bawah selama 7 detik.
Kenapa 7 detik? Ada penjelasan secara ilmiah kalau waktu 7 detik ini adalah waktu paling pas untuk meredakan emosi. Saya dapat ini dari grup parenting yang isinya psikolog seperti Bunda Lucy.
Lanjooot… Setelah itu, jangan ikut bicara saat anak berteriak. Dengarkan dulu apa kata-kata yang keluar saat anak berteriak. Kadang hanya berteriak tidak jelas, kadang si kecil akan mengutarakan keinginannya.
Setelah anak selesai berteriak atau menyelesaikan kalimat yang merujuk pada apa yang dia inginkan, barulah peluk anak. Setelah itu katakan, "sayang mau apa? Kalau teriak Bunda nggak dengar. Coba sekarang ulangi pelan-pelan mau minta apa."
Mungkin anak bakal tetap sedikit berteriak karena masih terbawa emosi. Ulangi lagi langkah ini sampai anak bisa berbicara dengan pelan dan jelas. Sabar, ya, Buibuk teman online!
2. Jangan Ikut Teriak
Jangan pernah ikut berteriak saat anak mulai berteriak. Bukannya malah diam, mungkin si kecil malah menjadikan kita sebagai role model saat marah.
Si kecil mungkin akan berteriak lebih kencang, membalas teriakan kita dengan teriakan lainnya. Kenapa seperti itu? Ya, karena, si kecil itu sedang meniru kita.
3. Validasi Perasaan Anak
Jangan lupa untuk selalu validasi perasaan anak setelah selesai berteriak. Misalnya, "adek lagi senang, ya? Boleh senang, tapi suaranya pelan aja, ya."
Kalau misal si anak berteriak sampai tantrum. Jangan panik. Lakukan cara yang sudah saya bahas di postingan sebelumnya tentang cara menghadapi anak tantrum.
4. Ajari Anak Tarik Napas-Tiup
Teman online bisa ajarkan anak untuk tarik napas, lalu tiup saat dalam mode transisi dari teriak ke rewel. Jadi bukan saat anak berteriak, ya, tapi saat teriakan mulai mereda.
Kalau si kecil belum paham cara tarik napas, bisa mulai dengan beri instruksi anak untuk tiup-tiup saat marah. Bisa coba beri instruksi pakai kalimat, "yuk, tiup-tiup dulu. Fuuuh… fuuuh… gitu."
Aku sering pakai cara ini biasanya si kecil cepat reda emosinya saat teriak atau menangis. Kadang auto berubah dari teriakan ke mode tertawa lucu yang menggemaskan.
5. Beri Anak Contoh Bicara Pelan
Selanjutnya bisa beri contoh cara berbicara pelan saat anak benar-benar sudah tidak teriak. Bisa lewat permainan, mendongeng, atau membacakan buku cerita. Terserah mana yang nyaman dilakukan, serta cocok untuk anak.
Kesimpulan
"Kita sedang mengasuh makhluk hidup, bukan benda mati. Jadi wajar kalau kadang penyelesaiannya tak semudah teori parenting."
Sebenarnya quote ini aku tulis ulang dari senior saat kuliah Kimia, mbak Vika. Jadi dulu mbak Vika saat kuliah S1 skripsinya tentang biokomia, berhubungan dengan makhluk hidup seperti bakteri atau jamur. Sering sekali mbak Vika dibuat pusing oleh ulah bakteri atau jamur yang nggak sesuai teori. Saat kuliah S2 mbak Vika pindah haluan ke bidang kimia fisika karena kapok dengan bakteri dan jejamuran itu hi-hi-hi!
Saat aku tanya kenapa pindah haluan, mbak Vika berkata, "penelitian pakai makhluk hidup itu susah, seringnya nggak sesuai teori karena, ya, urusannya sama makhluk hidup, bukan benda mati."
Jadi teman online jangan berkecil hati kalau memang masih susah payah untuk menghadapi si kecil yang mulai suka berteriak. Kadang nggak sesuai sama teori parenting, akhirnya cari cara sendiri untuk menenangkan si kecil.
It's okay, Bund. Kita yang sebenarnya paling mengerti kebutuhan si kecil. Aku pun juga nggak langsung bisa menghadapi si kecil saat berteriak. Ikut teriak pernah, ikutan tantrum juga pernah.
So, peluk jauh untuk semua ibu yang sedang berjuang demi si kecil. InsyaAllah semua lelah itu bakal berubah jadi Lillah.
Referensi
Diskusi di grup WAG Rumah Parenting
https://www.ibupedia.com/artikel/balita/pusing-menghadapi-anak-yang-suka-berteriak-ini-dia-solusinya
11 komentar
Kita bs bljr bnyk nih dr sini. Ga selamanya berteriak jg jelek kok. Asal kita tau penyebabnya.
Ada tulisan lain tentang memvalidasi emosi anak, kah?
Oke. Cara ini mungkin bisa kulakukan kelak bila sudah punya anak. Atau untuk para keponakanku.
Jadi memang tidak bisa dilawan dengan teriakan juga. Nanti malah ikut-ikut prilaku orang tua juga. Lebih baik diajari berbicara pelan.
Pengen banget belajar dari suami, yg mana dia memang sabarnya kebangetan. Ga pernah marah sambil naikin suara apalagi bentak. Makanya anak2 juga lebih respect Ama papinya 😅