Ia5K33hce05kVEU1UP8J8DLa01dvV8DSgOffubpV
Bookmark

Saat Anak Mulai Berteriak, Ini Caraku Mengatasinya!

Anak berteriak

Teman online ada yang sedang pusing karena anak mulai suka berteriak? Maksudnya berteriak dalam konteks selain tantrum, ya. Kalau cara menghadapi anak tantrum sudah aku bahas di postingan sebelumnya.

Selain memasuki fase terrible three, si kecil mulai suka berteriak, nih. Tahu, sendiri, kan? Hampir semua anak kecil dianugerahi suara yang tinggi sekaligus melengking saat teriak.

Bayangkan kalau sedang tantrum ditambah teriak-teriak. Alamak, pusing banget rasanya! Gendang telinga apa kabar kamu di sana?

Nah, kali ini aku akan berbagi caraku mengatasi anak usia 3 tahun yang mulai suka berteriak. Seperti apa caranya versiku?


Anak Suka Teriak Bikin Pusing Kepala, Coba Pahami Dulu Sebabnya

Sebelum melakukan langkah untuk menghadapi si kecil yang mulai suka berteriak, ada baiknya memahami dulu sebabnya. Sebab, berdasarkan pengalamanku kalau belum tahu sebabnya, bakal susah untuk memahami kenapa si kecil berteriak.

1. Excited dengan Hal Baru

Si kecil bisa saja berteriak karena excited dengan hal baru. Misalnya saja berteriak senang saat menemukan serangga yang ia tahu dari buku. Bisa juga berteriak kegirangan saat menonton tokoh favorit seperti Ultraman, Power Ranger, Spiderman, dan lain-lain.

2. Marah atau Kecewa

Saat anak di usia antara 2-3 tahun marah atau kecewa mungkin mereka akan mengekspresikan dengan berteriak. Biasanya bakal berakhir tantrum kalau antara keinginan anak dan orang tua tidak mencapai kata mufakat alias proses negosiasi gagal.

Eits, jangan salah, anak usia 3 tahun biasanya sudah mulai pintar menawar aturan dari orang tua. Kalau si kecil cerdas, biasanya proses negosiasi bakalan alot, shhaaay

3. Lapar

Pernah dengar kalimat iklan, "lu resek kalau lagi lapar"?

Nah, ini, nih, salah satu tiga besar penyebab anakku suka berteriak adalah karena lapar. Kalau lapar, si kecil bisa not in a good mood banget.

Mungkin si kecil belum bisa mengekspresikan rasa lapar secara benar. Jadi ia memilih untuk berteriak atau marah-marah persis cewek kalau lagi PMS.

4. Kurang Istirahat

Si kecil tipe anak yang suka bergerak aktif. Jadi mulai pagi sampai malam, tingkahnya super syekali. Kadang dia jadi kurang istirahat saat traveling ke luar kota atau ke rumah saudara.

Saat kurang istirahat, si kecil jadi cenderung tempramen. Kalau tidak pas dengan suasana hatinya kadang suka teriak untuk mengekspresikan kekesalannya.

5. Meniru Orang Tua

Hati-hati ya teman online semua. Anak itu peniru ulung. Saat orang tua juga mulai berteriak, anak pun juga merekam itu sebagai respon kalau menghadapi situasi yang tidak mengenakkan hati.

Misalnya aku pernah juga teriak saat lagi PMS, lantas si kecil berbuat ulah. Maklum, aku juga manusia biasa yang tidak sempurna. Hanya bisa berusaha untuk selalu upgrade manajemen emosi.

Suatu ketika, saat si kecil sedang kesal karena keinginannya tidak dituruti, disitulah ia mulai meniru Bundanya yang pernah berteriak. Yap! Si kecil mulai berteriak saat kesal.


Caraku Atasi Anak yang Mulai Suka Berteriak

Anak mulai berteriak

Tidak ada orang tua yang sempurna, ya, teman online. Saat melakukan kesalahan, segera minta maaf ke anak, mohon ampun ke Sang Pencipta, dan berbenah diri.

Selama menghadapi anak yang suka berteriak, aku tidak langsung bisa. Ada kalanya ikut tantrum bareng anak, ada kalanya bisa aku hadapi.

Namun, setidaknya ada 6 cara yang aku gunakan untuk menghadapi anak yang suka berteriak. Berikut hasil observasi, serta cara yang sudah aku terapkan.

1. Diam Sejenak Sampai Anak Selesai Berteriak

Saat anak berteriak, kita mungkin bakal panik, lalu terbawa emosi. Teman online bisa coba tarik napas perlahan. Setelah itu tahan di perut bawah selama 7 detik.

Kenapa 7 detik? Ada penjelasan secara ilmiah kalau waktu 7 detik ini adalah waktu paling pas untuk meredakan emosi. Saya dapat ini dari grup parenting yang isinya psikolog seperti Bunda Lucy.

Lanjooot… Setelah itu, jangan ikut bicara saat anak berteriak. Dengarkan dulu apa kata-kata yang keluar saat anak berteriak. Kadang hanya berteriak tidak jelas, kadang si kecil akan mengutarakan keinginannya.

Setelah anak selesai berteriak atau menyelesaikan kalimat yang merujuk pada apa yang dia inginkan, barulah peluk anak. Setelah itu katakan, "sayang mau apa? Kalau teriak Bunda nggak dengar. Coba sekarang ulangi pelan-pelan mau minta apa."

Mungkin anak bakal tetap sedikit berteriak karena masih terbawa emosi. Ulangi lagi langkah ini sampai anak bisa berbicara dengan pelan dan jelas. Sabar, ya, Buibuk teman online!

2. Jangan Ikut Teriak

Jangan pernah ikut berteriak saat anak mulai berteriak. Bukannya malah diam, mungkin si kecil malah menjadikan kita sebagai role model saat marah.

Si kecil mungkin akan berteriak lebih kencang, membalas teriakan kita dengan teriakan lainnya. Kenapa seperti itu? Ya, karena, si kecil itu sedang meniru kita.

3. Validasi Perasaan Anak

Jangan lupa untuk selalu validasi perasaan anak setelah selesai berteriak. Misalnya, "adek lagi senang, ya? Boleh senang, tapi suaranya pelan aja, ya."

Kalau misal si anak berteriak sampai tantrum. Jangan panik. Lakukan cara yang sudah saya bahas di postingan sebelumnya tentang cara menghadapi anak tantrum.

4. Ajari Anak Tarik Napas-Tiup

Teman online bisa ajarkan anak untuk tarik napas, lalu tiup saat dalam mode transisi dari teriak ke rewel. Jadi bukan saat anak berteriak, ya, tapi saat teriakan mulai mereda.

Kalau si kecil belum paham cara tarik napas, bisa mulai dengan beri instruksi anak untuk tiup-tiup saat marah. Bisa coba beri instruksi pakai kalimat, "yuk, tiup-tiup dulu. Fuuuh… fuuuh… gitu."

Aku sering pakai cara ini biasanya si kecil cepat reda emosinya saat teriak atau menangis. Kadang auto berubah dari teriakan ke mode tertawa lucu yang menggemaskan.

5. Beri Anak Contoh Bicara Pelan

Selanjutnya bisa beri contoh cara berbicara pelan saat anak benar-benar sudah tidak teriak. Bisa lewat permainan, mendongeng, atau membacakan buku cerita. Terserah mana yang nyaman dilakukan, serta cocok untuk anak.


Kesimpulan

"Kita sedang mengasuh makhluk hidup, bukan benda mati. Jadi wajar kalau kadang penyelesaiannya tak semudah teori parenting."

Sebenarnya quote ini aku tulis ulang dari senior saat kuliah Kimia, mbak Vika. Jadi dulu mbak Vika saat kuliah S1 skripsinya tentang biokomia, berhubungan dengan makhluk hidup seperti bakteri atau jamur. Sering sekali mbak Vika dibuat pusing oleh ulah bakteri atau jamur yang nggak sesuai teori. Saat kuliah S2 mbak Vika pindah haluan ke bidang kimia fisika karena kapok dengan bakteri dan jejamuran itu hi-hi-hi!

Saat aku tanya kenapa pindah haluan, mbak Vika berkata, "penelitian pakai makhluk hidup itu susah, seringnya nggak sesuai teori karena, ya, urusannya sama makhluk hidup, bukan benda mati."

Jadi teman online jangan berkecil hati kalau memang masih susah payah untuk menghadapi si kecil yang mulai suka berteriak. Kadang nggak sesuai sama teori parenting, akhirnya cari cara sendiri untuk menenangkan si kecil.

It's okay, Bund. Kita yang sebenarnya paling mengerti kebutuhan si kecil. Aku pun juga nggak langsung bisa menghadapi si kecil saat berteriak. Ikut teriak pernah, ikutan tantrum juga pernah.

So, peluk jauh untuk semua ibu yang sedang berjuang demi si kecil. InsyaAllah semua lelah itu bakal berubah jadi Lillah.


Referensi

Diskusi di grup WAG Rumah Parenting

https://www.ibupedia.com/artikel/balita/pusing-menghadapi-anak-yang-suka-berteriak-ini-dia-solusinya

11 komentar

11 komentar

Terimakasih sudah membaca sampai akhir :)
Mohon tidak meninggalkan link hidup di komentar.

Love,
Anggi
  • Eka FL
    Eka FL
    10 September 2023 pukul 22.14
    menarik banget tipsnya mba, relate karena sampai anak usia SD aja masih suka teriak kalau ada maunya. yang tersulit menahan diri untuk gak ikut emosi sih. terapi inhale-exhale 7 detiknya mau aku coba.
    Reply
  • Eka FL
    Eka FL
    10 September 2023 pukul 22.14
    menarik banget tipsnya mba, relate karena sampai anak usia SD aja masih suka teriak kalau ada maunya. yang tersulit menahan diri untuk gak ikut emosi sih. terapi inhale-exhale 7 detiknya mau aku coba.
    Reply
  • Shinta Shyntako
    Shinta Shyntako
    10 September 2023 pukul 21.27
    jadi ingat pas kemarin di mall saya melihat seorang ibu berlutut di depan anaknya yang tantrum berteriak2 dan membiarkan anaknya memukulnya, hmmm, kok saya agak kurang ok sm pendekatan ibu itu ya entah kenapa sih
    Reply
  • Yonal Regen
    Yonal Regen
    10 September 2023 pukul 14.29
    Saya kalau anak teriak suka langsung kepikiran, takutnya apa karena kita sebagai orang tua pernah kelepasan teriak sehingga ditiru sama mereka. Jadi kalau sudah tenang suka ditanya dia teriak mencontoh dari mana, kalau sudah tau penyebabnya, baru di kasih tau pelan-pelan adabnya untuk tidak teriak-teriak
    Reply
  • Didik Purwanto
    Didik Purwanto
    10 September 2023 pukul 11.51
    Wah parah jg yak kalo ternyata ada sifat yang meniru dr orangtuanya. Emg sih buah jatuh ga jauh dr pohonnya. Dan sifat org tua, bnyk kecilnya emg menurun ke anaknya. Mknya emg jgn selalu marahin anak. Ternyata malah itu sifat kita dulu tuh.

    Kita bs bljr bnyk nih dr sini. Ga selamanya berteriak jg jelek kok. Asal kita tau penyebabnya.
    Reply
  • Bunda Saladin
    Bunda Saladin
    9 September 2023 pukul 16.38
    Emang bener Kak Anggi. Kalau anaknya teriak lalu mamanya teriak ya pusiiing jadi perang keras-kerasan suara. Mamanya emang kudu tenang, cooling down, dan tidak terpancing.

    Ada tulisan lain tentang memvalidasi emosi anak, kah?
    Reply
  • Lintang
    Lintang
    9 September 2023 pukul 11.21
    Penting banget lho bisa memahami perasaan anak, jadi tahu sebenernya apa yang diinginkan anak saat mulai beretriak. Aku sendiri juga belajar memvalidasi perasaan anak, menunggunya sampai selesai dengan teriakannya dan mengontrol emosiku sendiri jangan sampai ikut berteriak.
    Reply
  • Yuni Bint Saniro
    Yuni Bint Saniro
    9 September 2023 pukul 11.11
    Alus banget ya. Kalau ibu-ibu di sekitarku kebanyakan lebih nyaring suaranya ketimbang suara anak. Mungkin kesannya anak jadi kayak takut. Tapi, jadi kayak mencipta memory bahwa untuk membungkam suara teriakan , dia juga harus berteriak. Bila perlu dengan suara lebih nyaring.

    Oke. Cara ini mungkin bisa kulakukan kelak bila sudah punya anak. Atau untuk para keponakanku.
    Reply
  • Bambang Irwanto
    Bambang Irwanto
    9 September 2023 pukul 09.25
    Kebetulan saat ini keponakan saya paling kecil itu di masa-masa suka teriak, Mbak. Kemarin pas makan permen ada semutnya, dia teriak hahaha. Minta sesuatu dan tidak langsu g dituruti berteriak. Termasuk asaat berdebat dengan sepupunya yang beda setahun. nah, itu adu-adu teriakan hahaha.
    Jadi memang tidak bisa dilawan dengan teriakan juga. Nanti malah ikut-ikut prilaku orang tua juga. Lebih baik diajari berbicara pelan.
    Reply
  • DePurpose
    DePurpose
    8 September 2023 pukul 16.49
    Kebetulan juga istri menerapkan cara seperti ini dan ampuh. Meskipun memang terkadang butuh waktu untuk setiap prosesnya. Ilmu parenting dan penerapannya memang harus belajar terus sepanjang hayat.
    Reply
  • fanny Nila (dcatqueen.com)
    fanny Nila (dcatqueen.com)
    8 September 2023 pukul 11.41
    Peniru ulung itu sangaaaat benar mba. Antara aku dan suami, yg paling emosian itu aku. Kdg ga sadar udah ninggiin suara. Beberapa kali mergokin anak2 juga bersuara keras saat ribut Ama saudaranya. Pastj nyeseeel pas denger. Karena itu aku pun belajar utk ga naikin suara dan ga emosian saat menghadapi mereka.

    Pengen banget belajar dari suami, yg mana dia memang sabarnya kebangetan. Ga pernah marah sambil naikin suara apalagi bentak. Makanya anak2 juga lebih respect Ama papinya 😅

    Reply