Luas kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Indonesia hingga Agustus 2023 mencapai 267.935,59 hektar dengan emisi gas CO2 yang dihasilkan 9,6 juta ton (SiPongi KLHK). Banyak manusia tidak peduli yang sengaja tutup mata, mendinginkan diri mereka dengan uang hasil merusak hutan. Sementara itu, kami kepanasan di sini, melawan perubahan iklim akibat hutan yang mereka rusak."
Pernah, nggak, sih, kamu coba beli minuman kopi kekinian pakai tumbler? Penjualnya membolehkan, ta-tapi mereka tetap menggunakan wadah plastik sebagai takaran bahan.
Pernah juga, nggak, kamu udah happy berhasil memilah sampah yang ada di rumah? Saat petugas sampah datang, eh, semua sampah disatukan kembali.
Seperti itu dulu rasanya saat sudah capek-capek ikut berjuang dalam edukasi perubahan iklim dan perlindungan hutan. Eh, eh, eh, malah dapat kabar plot twist dari pemerintah.
Mulai dari pelegalan kebun sawit di kawasan hutan yang seharusnya ilegal (CNBC Indonesia, 22 Juni 2023), hingga solusi energi alternatif dengan metode co firing yang tidak bisa lepas dari batu bara (Kominfo Jatim, 2023). Capek, deh!
Akan tetapi, ternyata mengutuk keadaan itu jauh lebih melelahkan daripada menata keadaan. Lebih baik, saya fokus CLBK (Cintai Lagi Bumi Kita), dan mengajak lebih banyak orang untuk ikut menjaga bumi. Betul atau betul?
Bukankah Indonesia itu sangat khas dengan karakter gotong royong, ya? Harapan kecil saya adalah semua orang bisa gotong royong se-Indonesia untuk penanganan perubahan iklim dan perlindungan hutan. Bisa, nggak, ya?
Tolong! Perubahan Iklim Membuat Kami Kepanasan
Panas, panas, panas! Ya, saat ini kita semua sedang kepanasan akibat perubahan iklim. Panas dalam arti yang sebenarnya karena suhu bumi semakin naik dari waktu ke waktu. Faktanya, perubahan iklim di Indonesia memang sudah sampai di tahap yang mengkhawatirkan. Apa saja fakta perubahan iklim di Indonesia?
1. Kenaikan Suhu Bumi, Tolong Kami Kepanasan
Akhir-akhir ini cuaca lagi panas-panasnya, nggak, sih? Kalau kata orang Surabaya, “panas kentang-kentang” alias panas yang sangat terik.
Tahu, nggak? Rasa panas yang sangat ekstrem ini disebabkan oleh suhu bumi yang semakin naik. Kenaikan suhu bumi di atas 1,5 derajat celcius saja sudah bisa menyebabkan semua es di kutub mencair dan menyebabkan bencana hebat.
Memangnya sekarang suhu bumi apa sudah naik 1,5 derajat celcius? Belum, kan? Pasti belum, kan?
Grafik anomali suhu udara tahunan Indonesia (sumber: BMKG) |
Yap! Suhu bumi saat ini mengalami kenaikan sebesar 0,89 derajat celcius (GISS, 2022). Namun, kenaikan suhu bumi tersebut sudah bisa membuat anomali suhu udara di Indonesia jadi terus meninggi. Bisa dilihat dari grafik anomali suhu udara yang terus bergerak naik dari tahun 1981-2022.
2. Periode Ulang Anomali La Nina dan El Nino Semakin Pendek
La Nina dan El Nino merupakan fenomena yang terjadi akibat interaksi antara atmosfer dan permukaan air laut yang mengalami perubahan suhu. Di Indonesia, El Nino menyebabkan kemarau panjang. Sebaliknya, La Nina menyebabkan curah hujan tinggi.
Periode ulang La Nina dan El Nino awalnya terjadi di Indonesia setiap 5-7 tahun sekali. Namun, saat ini periode ulang tersebut menjadi lebih pendek setiap 2-3 tahun sekali. Akibatnya, di Indonesia terjadi musim hujan dan kemarau yang tidak menentu.
3. Emisi Karhutla Percepat Perubahan Iklim, Panas Membara!
Indonesia memang sudah merdeka sejak tahun 1945, tapi sayang hutannya masih terjajah oleh karhutla hingga saat ini. Tengok saja pada tahun 2023 ini hampir 300 juta hektar hutan dan lahan di Sumatera dan Kalimantan telah terbakar berdasarkan aplikasi SiPongi.
Titik panas wilayah Indonesia (sumber: website SiPongi) |
Asap dari pembakaran hutan dan lahan otomatis akan memperparah dampak perubahan iklim. Bumi sudah panas ditambah asap karhutla, kombo maut, nggak, tuh?
4. Laut Ikut Panas, Ancaman Bagi Ikan dan Karang
Dilansir dari Kompas, Surabaya dihebohkan dengan penemuan 3 ekor ikan hiu paus yang terdampar di bawah jembatan Suramadu. Beberapa faktor yang menyebabkan hiu paus bisa terdampar adalah perubahan cuaca ekstrem yang membuat laut ikut panas, perubahan kontur laut, serta arus yang ekstrem.
Selain membahayakan ikan, gelombang panas laut juga dapat memutihkan karang (coral bleaching) seperti yang terjadi di Nagari Sungai Pinang. Menurut Kak David sebagai pegiat lingkungan, karang yang mengalami pemutihan akan mati pada akhirnya. Hal ini bisa mengacaukan ekosistem laut, menurunkan hasil perikanan, dan mengancam ketahanan pangan.
Dampak Nyata Perubahan Iklim Bagi Makhluk Hidup
Perubahan iklim tak hanya mengancam manusia di masa kini dan anak cucu kita di masa depan, tapi juga seluruh makhluk hidup di bumi. Kalau sudah begini, jadi pengen ikut Elon Musk pindah ke planet Mars, deh. Bye Bumi!
Loh, loh, loh, memangnya apa dampak perubahan iklim ke bumi sampai-sampai ada narasi mau pindah ke planet Mars segala?
Ternyata, dampak perubahan iklim bagi makhluk hidup banyak sekali. Mulai dari bencana alam, hilangnya salju abadi di puncak Jaya Wijaya, punahnya satwa endemik, krisis pangan, sampai tenggelamnya pulau di Indonesia.
Parahnya lagi, ternyata pohon yang selama ini menyejukkan juga bisa kepanasan dan ikut melepas panas. Menurut penelitian Son (2020), pohon yang mendapatkan cahaya atau panas berlebihan, akan melindungi dirinya dari kerusakan dengan melepas panas ke lingkungan sekitar.
Apa Tindakan Indonesia dalam Penanganan Perubahan Iklim dan Perlindungan Hutan?
Aduh, ngeri, deh, apa siap-siap ikut pindah ke planet Mars aja kali, ya?"
Eits, tenang dulu, jangan buru-buru pindah planet. Planet bumi masih punya harapan, kok. Indonesia juga sudah punya langkah strategis untuk menangani perubahan iklim dan perlindungan hutan. Apa saja itu?
1. Transisi Energi Alternatif
Penggunaan energi alternatif terbarukan dengan target 23% tahun 2030 dengan memanfaatkan energi surya, diesel, dan minihidro, serta pembangkit listrik tenaga bayu, panas bumi, bioenergi, dan tenaga air. Saat ini Indonesia baru mencapai target 12,3% tahun 2022.
Kendala:
Ketergantungan terhadap batu bara masih sangat tinggi. Solusi penggunaan bioenergi dengan teknik co-firing (campuran batu bara dan pelet kayu) malah berpotensi bisa menyebabkan deforestasi hutan.
2. Pengendalian Karhutla
Pengendalian karhutla melalui langkah edukasi masyarakat, pengamatan titik api di lahan gambut, serta restorasi hutan dan lahan gambut.
Kendala:
Anomali El Nino yang berakibat musim kemarau panjang, pembukaan lahan untuk industri terus dilakukan, dan masih banyak pembalakan liar.
3. Kebijakan Deforestasi Hutan
Adanya moratorium kebun sawit, yaitu tidak ada lagi izin baru untuk pembukaan kebun sawit di atas kawasan hutan primer, skunder, dan gambut. Moratorium ini dilakukan sejak 2016, namun baru dikukuhkan lewat Instruksi Presiden tahun 2018 yang berlaku tiga tahun setelahnya.
Kendala:
Ekspansi perkebunan kelapa sawit di kawasan hutan masih terjadi selama moratorium. Bahkan, terjadi pemutihan lahan sawit ilegal di kawasan hutan tahun 2023.
Harapanku Sebagai Orang Muda untuk Penanganan Perubahan Iklim dan Perlindungan Hutan
Gwenchana, gwenchana yo …"
Sebuah kalimat berbahasa Korea yang artinya kurang lebih, "nggak apa-apa, nggak apa-apa, kok" tersebut mengingatkan saya tentang bagaimana rasanya berjuang demi hak anak cucu di masa depan dengan melindungi hutan untuk mengurangi dampak perubahan iklim. Namun, perjuangan itu dipatahkan begitu saja oleh oknum tidak bertanggung jawab yang merusak hutan tanpa dosa.
Gwenchana, gwenchana yo …
Satu yang tersisa dalam hati saya hanyalah sebuah mimpi untuk mengulangi sejarah 95 tahun lalu. Saat semua pemuda bersumpah untuk bersatu dalam peristiwa Sumpah Pemuda.
Saya bermimpi seluruh #MudaMudiBumi dan warga Indonesia bisa gotong royong dalam penanganan perubahan iklim dan perlindungan hutan. Seperti saat lima anak muda Pandawara viral membersihkan pantai kotor bersama warga setempat.
Perjuangan pemuda di masa Sumpah Pemuda (atas) dan pemuda di masa kini (bawah) (sumber: parapuan.co.id dan Instagram Pandawara) |
Saat ini, Pandawara memegang kunci penting sebagai role model untuk menyatukan rakyat Indonesia. Sebab, setelah Pandawara viral, banyak orang muda lainnya tergerak untuk membersihkan lingkungan sekitar.
Nah, sisi baik dari efek Pandawara viral inilah yang membuat saya percaya bahwa karakter gotong royong masih hidup dalam hati rakyat Indonesia. Saya masih ingin #BersamaBergerakBerdaya bersama teman-teman lainnya. Berjuang dalam menghadapi perubahan iklim dan menggaungkan edukasi tentang hutan.
Perubahan Iklim Semakin Memanas, Kita Bisa Apa?
Selain menunggu pemerintah, apa tidak ada yang bisa kita lakukan untuk menekan dampak perubahan iklim?"
Ada, dong! Ada banyak hal yang bisa kita lakukan bersama #UntukmuBumiku. Kita pasti bisa gotong royong atasi perubahan iklim. Kita harus tetap semangat menjaga bumi lewat berbagai cara sederhana berikut ini.
1. Edukasi Lewat Tulisan dan Media Sosial
Selain aksi nyata, tulisan juga bisa jadi senjata ampuh untuk menyebarkan informasi terkait perubahan iklim, serta kondisi hutan terkini di Indonesia. Seperti artikel dalam blog ini yang 25% membahas tentang lingkungan. Selain blog, ada juga platform seperti Instagram, X, Facebook, dan lain sebagainya untuk berbagi informasi dari akun influencer lingkungan.
2. Menanam dan Berbagi
Kamu suka berkebun, lalu berbagi hasil kebun dengan tetangga? Biar hobimu lebih berkelanjutan, berikan tetanggamu satu pot tanaman untuk mereka rawat. Kadang orang ingin mulai berkebun agar tak perlu membeli bahan makanan, tapi tidak tahu harus mulai dari mana.
3. Hidup Minim Sampah dari Rumah
Aksi kecil selanjutnya yang bisa dilakukan untuk mengurangi dampak perubahan iklim adalah meminimalisir sampah dari rumah. Bisa lewat kegiatan mengompos, food preparation, bijak memasak, dan habiskan makananmu.
4. Menanamkan Karakter Peduli Lingkungan ke Anak
Bagi orang tua, aksi menjaga bumi bisa dilakukan dengan menanamkan karakter peduli lingkungan ke anak sejak usia dini. Mulai dari bermain di alam terbuka, mengenalkan hewan, serta tumbuhan sekitar.
5. Dukung Forest Warrior dan Green Warrior
Kita juga bisa dukung para forest warrior seperti ranger hutan, Masyarakat Adat, dll. lewat donasi di lembaga tertentu seperti hutanitu.id, Dana Nusantara, dll. Selain itu, kita bisa terjun langsung dalam kegiatan para green warrior seperti Tunas Hijau, Pandawara, WCDI, dll.
6. Dukung Produk Lokal yang Ramah Lingkungan
Saat ini sudah banyak produk lokal yang mengusung tema ramah lingkungan seperti kain eco print, kain gambo, madu hutan, tas dari rumput ketak, kantong makanan, dan lain-lain. Teman-teman bisa kunjungi akun Kabupaten Lestari, SKELAS, Sustaination, dan lain-lain untuk melihat produk lokal yang ramah lingkungan.
Yuk, Gotong Royong Atasi Perubahan Iklim dan Lindungi Hutan
Aku akan berjuang untuk bangsa ini dengan biolaku"
Hanya dengan sebuah biola, sosok W. R. Soepratman mampu menorehkan sejarah sebagai orang muda Indonesia. Melodi indah yang keluar dari biolanya, mampu menyatukan seluruh pemuda Indonesia.
Sama seperti W. R. Soepratman, saya juga punya mimpi kecil suatu saat nanti kita semua bisa gotong-royong menjaga bumi. Kita #TeamUpForImpact untuk hadapi perubahan iklim dan melindungi hutan.
Tak perlu aksi massal yang hanya dilakukan sekali, tapi cukup dengan satu aksi kecil yang berkelanjutan. Mulai dari menyebarkan isu perubahan iklim, mengolah sampah di rumah, menanamkan karakter peduli lingkungan ke anak, mendukung produk lokal ramah lingkungan, dan masih banyak lagi.
Ini mimpiku sebagai orang muda Indonesia untuk bumi. Yuk share mimpi kamu terhadap penanganan isu perubahan iklim dan perlindungan hutan!
Referensi
- Son, M. et al. Observation of dissipative chlorophyll-to-carotenoid energy transfer in light-harvesting complex II in membrane nanodiscs. Nature Communications (2020). DOI: 10.1038/s41467-020-15074-6
- https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2023/09/20/luas-kebakaran-hutan-indonesia-capai-267-ribu-hektare-sampai-agustus-2023
- https://indonesia.go.id/kategori/editorial/3367/langkah-konkret-indonesia-perangi-perubahan-iklim
- https://www.cnbcindonesia.com/news/20230623182206-4-448807/pemerintah-terpaksa-putihkan-33-juta-ha-lahan-sawit-ilegal/amp
- https://kominfo.jatimprov.go.id/berita/pakar-unair-tanggapi-co-firing-biomassa-untuk-pltu
- https://amp.kompas.com/surabaya/read/2023/07/18/212957978/3-ekor-hiu-paus-mati-terdampar-di-sekitar-jembatan-suramadu
- https://www.bmkg.go.id/iklim/?p=ekstrem-perubahan-iklim
- https://m.mediaindonesia.com/ekonomi/609391/transisi-ebt-potensi-dan-tantangannya-di-indonesia
- https://www.walhi.or.id/lima-tahun-perjanjian-paris-kebijakan-iklim-indonesia-tidak-serius-dan-ambisius
- https://climate.nasa.gov/vital-signs/global-temperature/
- https://sipongi.menlhk.go.id/
21 komentar
Jadi memang kudu ada langkah nyata yang kita perbuat. Bukan hanya mengeluh dan merutuki cuaca yang anomali.
Keren banget yaa..
Aku kagum karena yang muda, kini menguasai teknologi dan bisa menyebarkan konten positif terkait apa yang sudah mereka lakukan untuk bumi. Sedikit demi sedikit, kita bisa bergerak bersama untuk bumi yang lestari.
Dampak perubahan iklim makin nyata. Kudu gotong royong dalam mengatasinya
Daripada salah-salahan dengan pemerintah dan protes mulu, aku setuju dengan tulisan Mbak Anggita ini, mulailah segala sesuatunya dari rumah. Habiskan makanan, meminimalisir sampah, dan mengedukasi anak serta keluarga. Semoga semuanya ada hasilnya.
Buat para muda mudi bumi sudah saatnya melajukan aksi nyata.
Jadi, harus semangat terus dan jangan lelah soal menjaga lingkungan ya, Mbak. Tapi memang ahrus peran serta kita semua, agar hasilnya biar lebih maksimal.