"Mbah Nang sempat sakit," begitu kata Bude yang merawat Mbah Nang di desa, "kemarin juga tiba-tiba cari Mbah Dok, terus teriak takut sendirian."
Deg! Entah kenapa tiba-tiba aku turut merasakan rasa kesepian pada lansia kesayanganku itu. Apalagi, Mbah Dok yang selalu disayang Mbah Nang telah pergi beberapa tahun lalu.
Anak-anak Mbah Nang juga hampir separuhnya telah berpulang. Tinggal Pak Poh Jono yang merawat Mbah Nang di desa, Pak Poh Dek di kota lain, dan ibuku.
Ah, rasanya melow sekali kalau membahas ini. Namun, cerita ini aku bagi karena suatu saat nanti kita juga akan ada di posisi Mbah Nang. Kesepian di ujung senja.
Kesepian Pada Lansia Seperti Mbah Nang
Aku tidak bisa membayangkan sesepi dan sesunyi apa rasanya jadi Mbah Nang di usia senja."
Mbah Nang bisa dibilang lansia yang sangat sepuh di desanya. Hampir semua orang di sekitar mengenal Mbah Nang.
Sejak muda Mbah Nang bekerja sebagai petani dan peternak. Kalau tidak salah ingat, Mbah Nang masih terus bekerja sampai usianya waktu itu 80 tahun an.
Hidup Sejak Zaman Penjajahan Belanda Generasi Akhir
Tidak ada yang tahu secara pasti berapa usia Mbah Nang. Sebab, di masa itu tidak ada arsip pencatatan kelahiran secara jelas. Aku hanya tahu kalau Mbah Nang lahir sejak zaman penjajahan Belanda, tapi sepertinya sudah di fase akhir.
Salah satu cerita yang dulu sering diceritakan padaku adalah tentang bagaimana mereka selalu sembunyi di lubang bawah tanah saat mendengar bunyi tembakan. Kadang Mbah Nang juga bercerita bagaimana tentara Belanda sering seperti sedang bersembunyi di area desa Mbah Nang.
Beliau juga sering bercerita tentang tentara Jepang yang memberi penduduk desa pendidikan di sekolah. Bahkan, dulu Mbah Nang dan Mbah Dok sedikit bisa berbahasa Jepang. Minimal berhitung angka 1-10.
Menikah Muda dengan Mbah Dok
Ternyata dulu Mbah Nang dan Mbah Dok ini dinikahkan di usia yang sangat muda. Ada cerita lucu, nih, kata Mbah Nang dulu Mbah Dok sempat tidak mau disentuh. Mungkin karena masih terlalu muda ya, wkwkwkwk.
Mbah Nang juga semacam tidak berani menyentuh Mbah Dok. Sampai akhirnya karena ungkapan "tresna jalaran saka kulina" dan sudah jodoh, ya akhirnya mereka saling jatuh cinta, uhuy!
Aduh, aku jadi ikut tersapu, eh, tersipu malu kalau dengar kisah ini dulu. Sampai tua pun mereka tetap romantis lo.
Saat Mbah Dok sakit, semua keinginannya auto dikabulkan oleh Mbah Nang. Seperti saat Mbah Dok minta gendong dari kasur untuk pindah ke kursi roda, auto diturutin, dong! MasyaAllah romantis syekali.
Umur 100 Tahun Lebih
Nah, perkara umur kalau kata orang desa usia Mbah Nang sepertinya sudah mencapai 100 tahun lebih. Bisa bayangin, kan, begitu panjang hidup Mbah Nang di dunia. Apalagi harus menyaksikan satu per satu adik kandungnya atau anak-anaknya meninggal dunia. Getaran rasa kesepian pada lansia yang dirasakan Mbah Nang sampai terasa hingga ke Surabaya.
Pendengaran yang Hilang
Salah satu faktor yang membuat Mbah Nang mungkin merasa sendirian padahal di rumah desa ada keluarga Pak Poh Jono yang menemani adalah kemampuan pendengarannya memang telah hilang sejak lama. Jadi, Mbah Nang sudah tidak bisa mendengar suara apapun.
Namun, kalau penglihatan sepertinya masih termasuk oke karena masih bisa mengenali orang sekitar. Jadi memang saat ini Mbah Nang mengalami disabilitas dalam mendengar.
Kalau ditanya soal alat bantu dengar, dulu almh. Bude pernah membelikan Mbah Nang alat bantu dengar. Sayangnya, aku lupa alasannya kenapa pada akhirnya alat bantu dengar itu tidak berfungsi di Mbah Nang.
Pastinya sunyi sekali rasanya hidup tanpa bisa mendengarkan suara di usia yang sudah sangat renta. Apalagi tidak memiliki pasangan untuk sekedar menemani. Meskipun ada keluarga di sana, tapi tetap kalau saat Pak Poh dan Bude bekerja di sawah, ya, Mbah Nang sendirian lagi.
Tips Membersamai Lansia yang Merasa Kesepian
Sebenarnya ini bukan tips dariku, tapi dari Bude yang saat ini sedang membersamai Mbah Nang di desa. Mungkin saat ini kita belum butuh, tapi bisa jadi sebentar lagi kita butuh untuk merawat orang tua.
Siapkan Stok Sabar Seperti Menghadapi Bayi
Banyak orang berkata, "semakin kita tua, semakin kita seakan-akan kembali seperti bayi."
Ternyata hal itu benar adanya menurut Bude dan Pak Poh saat merawat Mbah Nang. Aku pun saat pulang melihat sendiri bagaimana kelakuan Mbah Nang semakin mirip anak kecil atau bayi.
Pernah suatu ketika si kecil membawa mainan dari Surabaya saat pulang ke desa. Saat si kecil mandi, Mbah Nang mengambil mainan si kecil, lalu memainkannya seperti anak kecil yang penasaran.
Begitu pun dengan ulah Mbah Nang lainnya seperti kadang minta jajan, kadang suka kabur jalan-jalan sendiri tapi lupa jalan pulang, dan berbagai tingkah laku lucu ala anak kecil. Tak jarang tingkah laku tersebut membuat orang rumah geleng-geleng kepala karena, ya, seperti anak kecil lagi.
Jadi, siapkan stok sabar yang banyak untuk menghadapi lansia seperti Mbah Nang yang lucu dan menggemaskan. Kalau kata Pak Poh dulu Mbah Nang yang sering geleng-geleng kepala saat merawat anak-anaknya, sekarang gantian anaknya yang geleng-geleng kepala, hihihi!
Dengarkan Curhatannya
Masih ingat, nggak, dulu saat kita kecil kita suka banget ngoceh ke orang tua sampai dianggap cerewet? Kadang sudah dijawab, masih aja nyerocos untuk mendapatkan perhatian Ibu atau Ayah.
Nah, usahakan untuk selalu mendengarkan saat lansia bercerita. Udah, terima aja seaneh apapun cerita mereka. Sesekali beri tanggapan agar mereka merasa tidak sendiri.
Kalau Mbah Nang, agak lucu, sih. Kalau ngobrol harus campur pakai bahasa isyarat. Kalau mentok tidak mengerti, beliau malah menertawakan telinganya yang tidak bisa mendengar.
Kadang kalau bertanya suka diulang-ulang. Beliau juga kalau bercerita suka ngalor-ngidul dari topik A bisa pindah ke topik Z. Persis anakku kalau lagi bercerita dari topik buah bisa tiba-tiba nyambung ke Ultraman, ha-ha-ha!
Dekatkan dengan Cucu atau Cicit
Kelihatannya sepele, tapi mendekatkan lansia dengan cucu atau cicit yang masih kecil bisa memberikan mereka kebahagiaan, lo. Seperti Mbah Nang kalau bertemu dengan si kecil. Wah, auto sumringah wajahnya.
Mereka suka main bareng. Kadang bercanda bareng. Mungkin karena Mbah Nang secara psikologi seperti kembali menjadi anak kecil. Jadi saat bertemu dengan cucu atau cicit auto klop.
Awasi dengan Ketat
Satu hal lagi yang harus kita perhatikan dalam membersamai lansia adalah awasi seketat mungkin. Terutama pintu rumah atau pagar rumah harus selalu dikunci kalau meninggalkan lansia sendirian.
Jangan sampai mereka ucul sendirian. Bisa bahaya seperti kasus yang terjadi di kampungku beberapa tahun lalu.
Ada lansia nyasar dari Nganjuk. Untungnya bapak tersebut masih ingat alamat rumah anaknya, jadi pak RT dan RW saat itu mengantarkan bapak lansia itu ke rumah anaknya di Surabaya.
Kesimpulan
Jika diberi anugerah umur yang panjang, akan ada saatnya manusia mencapai usia lansia. Saat itu, mungkin akan banyak yang hilang dari hidup, hingga menyisakan rasa sepi dan sendiri.
Rasa kesepian pada lansia bisa menimbulkan semacam stress jika keluarga tidak memberikan full support. Oleh karena itu, jangan lupa selalu tanyakan kabar orang tua, kakek atau nenek, bahkan buyut kalau masih ada sela kita bisa. Jangan biarkan mereka merasa sendiri atau kesepian di ujung usianya.
Sebab, suatu saat nanti kalau Tuhan menganugerahkan umur panjang kepada kita, akan ada juga saatnya kita berada di posisi Mbah Nang sebagai lansia. Kala itu kita akan merasakan juga bagaimana rasa kesepian pada lansia. Apakah kita kuat hidup dengan rasa sepi dan sunyi?
20 komentar
Sehat selalu mbah Nang.
Orangtua itu selain kembali menjadi anak-anak juga kalau cerita suka diulang-ulang dan seringnya dibubuhi nasehat. Makanya aku jadi sering ditoyor masku karena kalo curhat suka dikatain "Tuwir lu, dek.. ngelarang-larang anakmu.."
Hihihi.. memang orangtua jadi banyak ketakutannya yaa..
Apalagi rasa sayang kake dan nene ini sangat besar pada cucu-cucunya ketimbang sama anaknya dulu.
Bagiku, merawat mereka udh kyk balas budi krn mereka udh bikin aku bs berdiri hingga skrg. Walau blm.bs menbahagiakan mereka, tp aku yakin ttp bs membahagiakan dgn caraku.
Setuju bgt sih kl soal kesabaran. Merawat mereka udh kyk bayi yg baru lahir. Susah bgt menerka apa maunya. Jd ya stok sabar hrs dilipatgandakan demi merawat mereka sepenuh hati.
.kudu nyiapin stok sabar yang banyakk.
Dan ya, menghadapi lansi memang kudu sabar dan seperti menghadapi bayi lagi.
Klo aku dulu belajar pas di kampus, siklus hidup itu berputar
Saat lansia akan sama lagi seperti bayi gitu
Makanya harus sabar