Ia5K33hce05kVEU1UP8J8DLa01dvV8DSgOffubpV
Bookmark

Cerita Si Kecil yang Mulai Mencari Nabi Muhammad

Mengenal Nabi Muhammad

"Bunda, ayok pergi ke Nabi Muhammad?" Ajak si kecil dengan mata berbinar setelah selesai aku bacakan buku anak berjudul "Nabi Muhammad".

Suaraku seperti tercekat di tenggorokan, dadaku rasanya sesak. Ada rasa rindu yang tiba-tiba bergejolak. Tak lama kemudian, air mataku menetes begitu saja.

Si kecil masih menatapku dengan mata yang begitu polos, berharap jawaban dari mulutku. Aku tenangkan diri sejenak dengan menghela napas panjang.

"Nabi Muhammad sudah meninggal dunia, sayang. Seperti Akung, Uti Tri, dan Tante Anita."

Setelah itu, air mataku kembali mengalir. Kali ini lebih deras sampai aku tidak bisa berkata apa-apa lagi.

Ya Allah, harus seperti apa aku menjelaskan ke si kecil yang mulai mencari Nabi Muhammad?


Mengenalkan Nabi Muhammad yang Tak Semudah Mengenalkan Tokoh Super Hero

Di zaman yang segalanya serba digital, sangat mudah sekali bagi si kecil untuk mengenal tokoh super hero seperti Spiderman atau tokoh anak seperti Si Unyil. Namun, agak kesulitan bagiku mengenalkan Nabi Muhammad yang wajahnya sangat dilindungi oleh Allah. Eksklusif hanya untuk orang tertentu yang mungkin bisa melihat wajah Baginda Rasul lewat mimpi.

Ya. Inilah tantangan parenting di era digital untuk menanamkan rasa cinta terhadap Rasul. Di tengah-tengah visualisasi tokoh super hero atau kartun yang bisa dilihat dan diingat, aku hanya bisa mengenalkan Nabi Muhammad lewat deskripsi buku, serta jejak teladan beliau lewat hadits dan Al-Quran.

Si kecil mulai mencari Nabi Muhammad
Ilustrasi gambar anak yang mengenal super Hero (kiri) dan ilustrasi pedang Zulfikar milik Rasulullah (kanan) (sumber: Canva Pro dan Pinterest)

Kalau boleh diibaratkan, rasanya persis seperti saat aku kuliah di jurusan Kimia. Saat jurusan lain belajar lewat benda nyata seperti beton, hewan, mesin, jurusan kimia mempelajari hal tak kasat mata seperti bentuk molekul, struktur senyawa, dll.

Namun, ajaibnya ya aku percaya-percaya saja karena ada bukti nyata berupa penelitian terdahulu. Nabi Muhammad pun juga meninggalkan bukti Al-Quran sebagai mukjizat, sekaligus keturunan yang masih ada hingga saat ini di Indonesia. Salah satunya pemilik Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah tempat suami mondok.

Awalnya aku sangat takut si kecil lebih mengenal tokoh-tokoh fiktif buatan manusia daripada tokoh besar seperti Nabi Muhammad saw. Ada rasa gelisah dia akan tumbuh sepertiku dulu yang sangat kurang dalam mengenal Baginda Rasul.

Namun, ternyata justru lewat si kecil yang mulai mencari Nabi Muhammad, Allah jaga rasa cinta kami kepada beliau. Mungkin karena hati anak kecil masih suci, maka Allah mudahkan baginya untuk merasakan kerinduan terhadap Nabi Muhammad. Wallahu'alam bishawab.


Membersamai Si Kecil, Menelusuri Jejak Nabi Muhammad

Jujur, aku dan suami bukan tipe orang yang memaksa anak untuk belajar. Kami ikhtiar mengenalkan Nabi Muhammad lewat buku, sholawat, dan doa.

Kami tidak terlalu berekspektasi karena memang usianya masih 3 tahun. Usia dengan fitrahnya masih main-main. Kami pun kaget saat si kecil mulai mencari Nabi Muhammad. Artinya, dia mulai ingin mengenal Nabinya lebih dekat.

Namun, aku akan berbagi apa saja yang bisa dilakukan untuk mengenalkan Nabi Muhammad ke si kecil. Semoga Allah izinkan ananda bisa memiliki stimulasi rasa cinta kepada Nabi Muhammad yang nantinya bisa jadi pegangan di akhirat.

Mengenal Nabi Muhammad
Buku tentang Nabi Muhammad (sumber: Shopee Mizan Jakarta)

Membacakan Buku tentang Nabi Muhammad

Bagi anak usia dini, mendengarkan suara orang tuanya itu bisa jadi stimulasi paling baik daripada mendengar suara orang lain. Oleh karena itu, bacakan buku anak tentang Nabi Muhammad.

Mungkin, bagi yang pertama kali mengenalkan buku kepada anak akan menemui beberapa tantangan baru. Mulai dari buku yang ditolak, dilempar, bahkan dimakan. Sama, kok, si kecil dulu juga begitu. Sekarang ketagihan dengan buku anak.

Nah, tantangan saat membacakan buku tentang Nabi Muhammad adalah saat anak kritis bertanya atau si kecil mulai mencari sosok Nabi Muhammad. Mulai dari "Bunda, mana nabi Muhammad?", "dimana Nabi Muhammad?", "aku mau menggambar Nabi Muhammad". Auto bingung banget, kan, menghadapi pertanyaan bocah.

Kuncinya selalu aku jawab sesuai ajaran agama dan kenyataan yang ada. Misalnya saat anak bertanya dimana Nabi Muhammad, aku akan menjawab,"sudah meninggal dunia, sayang. Seperti Akung, Uti Tri, Tante Anita. Makamnya jauh di Madinah sana. Nanti, kita kesana bareng ya?"

Awalnya memang si kecil tidak paham karena ya usianya baru 3 tahun. Namun, lama-lama dia nanti akan mengerti, kok. Intinya jangan menyerah untuk mencoba membacakan buku tentang Nabi Muhammad.

Hari ini tidak mau baca buku, besok coba lagi. Besok tidak mau, besoknya lagi juga coba. Asal jangan dipaksa terlalu berlebihan. InsyaAllah, lama-kelamaan si kecil bakal mau baca buku, bahkan mulai menanyakan Nabi Muhammad. MasyaAllah tabarakAllah.

Mendengarkan Sholawat

Selain manusia dan makhluk ciptaan Allah lainnya, Allah sendiri juga bersholawat kepada Nabi Muhammad. Oleh karena itu, sebisa mungkin ajak si kecil mendengarkan sholawat.

Bisa juga dimulai sejak di kandungan. Kalau si kecil sudah agak besar, bisa kenalkan sholawat lewat suara Ayah dan Bunda atau cari pelantun sholawat yang sama-sama anak kecilnya. Misalnya Muhammad Hadi, Aishwa Nahla, dan lain-lain.

Memasukkan Kata Sugesti "Seperti Nabi Muhammad"

Satu hal lagi yang bisa kita lakukan untuk mengenalkan sosok Nabi Muhammad adalah meneladani sikap dan akhlaknya lewat kata sugesti "seperti Nabi Muhammad". Kan, sering juga, tuh, orang tua yang memasukkan narasi contoh tokoh kartun agar anaknya mau makan sayur. Misalnya, "yuk, makan bayam biar kuat seperti Popeye".

Paling mudah adalah membiasakan makan dan minum dengan duduk, minum perlahan dengan tiga tegukan, dan mengucapkan "bismillah" sebelum makan atau minum. Bisa coba cara yang sudah aku lakukan dengan memberikan narasi sebagai berikut:

"Kalau minum harus duduk, ya. Nabi Muhammad kalau minum sambil duduk."

"Kalau marah jangan pukul-pukul, sabar, ya, seperti Nabi Muhammad."

InsyaAllah atas izin Allah, kalimat sugesti yang kita masukkan sebagai teladan Rasul ini bisa jadi stimulasi di alam bawah sadar si kecil. Fitrah iman si kecil juga bisa terbentuk dari sini.


Penutup

Aku ingin sekali bertemu dengan saudara-saudaraku,” sabda baginda Rasulullah saw."
HR Ibn Asakir dari al-Barra’

Saudara yang dimaksud Nabi Muhammad adalah orang yang hidup sesudah beliau, beriman kepada beliau, padahal mereka tak melihat beliau. Nabi Muhammad pernah begitu merindukan umatnya yang ada di zaman sesudahnya, jauh melewati ruang dan waktu.

Rasa rindu itu ternyata mulai menimbulkan getaran dalam hati si kecil yang mulai mencari Nabi Muhammad. Ada rasa haru dan rindu saat si kecil ingin mencari Rasulullah. Semoga suatu saat nanti kita semua bisa bertemu Nabi Muhammad, antara di dalam mimpi atau di akhirat nanti. Aamiin aamiin ya rabbal 'alamiin.

Posting Komentar

Posting Komentar

Terimakasih sudah membaca sampai akhir :)
Mohon tidak meninggalkan link hidup di komentar.

Love,
Anggi