Teman online tahu, nggak, PLTS terapung di Cirata yang lagi viral? Katanya, sih, terbesar se-Asia Tenggara. Nah, PLTS terapung Cirata ini merupakan salah satu penerapan energi terbarukan yang berasal dari sinar matahari.
Eh, tapi, teman online sudah tahu belum apa itu energi terbarukan yang digadang-gadang jadi kunci atasi krisis iklim? Mulai dari energi surya, air, angin, hingga potensi minyak jelantah sebagai sumber energi terbarukan.
Hah? Minyak jelantah?
Iya, minyak jelantah sisa memasak itu, lho. Penasaran, kan? Yuk, kita merapat untuk ngobrolin energi terbarukan yang sedang ramai diperbincangkan!
Krisis Iklim dan Urgensi Penerapan Energi Terbarukan
Sudah jadi rahasia umum kalau saat ini Indonesia, bahkan dunia sedang mengalami krisis iklim. Inti dari penyebab utama terjadinya krisis iklim adalah emisi atau gas buang dari aktivitas manusia yang mendorong terjadinya pemanasan global.
Selanjutnya, pemanasan global akan mempercepat terjadinya perubahan iklim. Dampak dari perubahan iklim inilah yang mengancam kelangsungan hidup manusia di bumi.
Dari isu ancaman perubahan iklim global tersebut, muncul Perjanjian Paris 2015 yang ditandatangani oleh 195 negara dunia pada Konferensi Iklim Dunia COP 21 di Paris. Salah satu inti dari Perjanjian Paris 2015 dilansir dari situs UNFCCC adalah:
Mengurangi tingkat emisi gas rumah kaca dan aktivitas serupa, guna meminimalkan emisi gas serta mencapai target emisi net zero atau nol bersih.”
Dari hasil breakdown isi Perjanjian Paris, Pemerintah Indonesia telah menetapkan target pengurangan emisi karbon. Salah satunya dari sektor energi sebagai penyumbang emisi terbesar. Target pengurangan emisi dari sektor energi sebesar 12,5% (dengan usaha sendiri) dan 15,5% (dengan dukungan internasional).
Demi mencapai target tersebut, pemerintah Indonesia telah menetapkan langkah transisi energi dari energi fosil (batu bara) ke energi terbarukan karena memiliki emisi yang lebih rendah. Target yang ditetapkan pemerintah Indonesia adalah mencapai bauran energi terbarukan sebesar 23% pada 2025 dan 31% di tahun 2050.
Dari penjelasan tentang krisis iklim hingga Perjanjian Paris, dapat disimpulkan bahwa penerapan energi terbarukan di Indonesia sangat penting dan mendesak. Tak sekadar memenuhi target Perjanjian Paris, tapi juga untuk menjaga kelangsungan bumi dari ancaman perubahan iklim.
Mengenal Apa itu Energi Terbarukan?
Hari Jumat (18/11) lalu, aku kembali mengikuti Online Gathering rutin bersama #EcoBloggerSquad dan Traction Energy Asia. Kali ini membahas tentang energi terbarukan, serta urgensinya dalam mengatasi krisis iklim.
Sebenarnya, apa sih energi terbarukan itu? Apa saja contohnya, serta apa manfaat energi terbarukan di tengah krisis iklim? Cus, aku bagi penjelasan tentang energi terbarukan, ya!
Apa itu Energi Terbarukan?
Energi terbarukan adalah energi yang berasal dari sumber daya alam yang dapat diperbaharui secara cepat, serta tidak akan habis karena terbentuk dari proses alam yang berkelanjutan.”
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan ada 3 syarat utama suatu energi bisa disebut sebagai energi terbarukan, yaitu:
- Tersedia dalam bentuk sumber daya alam.
- Dapat diperbaharui secara cepat.
- Terbentuk dari proses alam yang berkelanjutan.
Apa Saja Contoh dari Energi Terbarukan?
Nah, dari penjelasan tersebut, kira-kira apa saja yang bisa disebut sebagai energi terbarukan di Indonesia? Mungkin yang paling mudah atau yang paling terkenal di Indonesia adalah energi surya atau matahari. Contohnya PLTS terapung Cirata yang sudah aku sebut di awal.
Selain energi surya, di Indonesia juga tersedia energi geotermal yang melimpah, hidro (air), bayu (angin), dan bioenergi. Wow, ternyata potensi energi terbarukan di Indonesia banyak juga, ya?
Kelebihan Energi Terbarukan, Kunci Atasi Krisis Iklim
Dibandingkan dengan energi fosil, energi terbarukan memiliki lebih banyak kelebihan:
- Lebih murah dan efisien karena tersedia di alam secara melimpah, serta kebanyakan tidak memerlukan proses panjang dalam.
- Sebagian sumber energi terbarukan tidak menghasilkan polutan yang berbahaya bagi lingkungan, kesehatan, dan rendah emisi gas rumah kaca (GRK).
- Memiliki potensi memunculkan industri baru, sehingga berpeluang menciptakan lapangan kerja.
- Berdasarkan penelitian Szetela, dkk. (2022), penggunaan energi terbarukan secara global mampu menurunkan 1,25% emisi CO2 per kapita.
Dari beberapa kelebihan tersebut, energi terbarukan menjadi kunci utama untuk atasi krisis iklim lewat penurunan emisi karbon atau GRK. Di masa depan, penerapan energi terbarukan diharapkan bisa menggantikan energi fosil yang mendominasi kebutuhan energi di Indonesia.
Kebijakan Dukung Energi Terbarukan
Tak hanya Perjanjian Paris, Indonesia juga sudah menerapkan berbagai kebijakan untuk mendukung penerapan energi terbarukan. Apa saja itu?
- Kebijakan Energi Nasional: bauran energi terbarukan (termasuk energi baru) mencapai 23% pada 2025 dan 31% pada tahun 2050.
- Rencana Umum Energi Nasional (RUEN): berisi tentang gambaran atau rencana dalam penggunaan energi terbarukan, seperti tenaga surya, air, atau angin.
- Perpres No. 112 Tahun 2022: percepatan dalam pengembangan energi terbarukan untuk penyediaan tenaga listrik. Kebijakan ini juga berfungsi sebagai dasar hukum agar lebih banyak orang yang terlibat dalam pembangunan infrastruktur energi terbarukan.
- RUU Energi Baru & Terbarukan (EBT): memberikan kepastian hukum, serta dasar pemanfaatan sumber energi terbarukan untuk menggerakkan industri nasional.
Implementasi Energi Terbarukan di Indonesia
Btw, teman online tahu nggak, Indonesia sudah menerapkan energi terbarukan apa saja?
Mungkin kebanyakan teman online bakal menjawab energi surya yang memang akhir-akhir ini sedang ramai diperbincangkan. Namun, ternyata Indonesia sudah banyak menerapkan energi terbarukan selain energi fosil seperti geothermal, angin, air, dan bioenergi.
Dilansir dari Katadata, Indonesia memiliki potensi energi terbarukan hingga 417,8 GW, tapi baru dimanfaatkan sekitar 2,5% nya saja atau kurang lebih 10,4 GW. Berikut implementasi atau penerapan energi terbarukan di Indonesia.
1. Geotermal
Indonesia ternyata memiliki potensi energi geotermal atau panas bumi sebesar 23,8 GW. Disamping itu, energi geotermal yang ada di Indonesia juga digadang-gadang terbesar kedua di dunia. Sayangnya, Indonesia baru memanfaatkan sekitar 8,9% saja atau sekitar 2,1 GW.
2. Energi Surya
Indonesia termasuk negara tropis yang memiliki anugrah berada dalam garis khatulistiwa. Artinya, Indonesia mendapatkan sinar matahari sepanjang tahun.
Tak heran, Indonesia memiliki potensi energi surya hingga 207,8 GW. Dari jumlah ini, hanya 0,07% saja yang berhasil dimanfaatkan.
3. Bayu (Angin)
Kalau di Cirata punya PLTS yang katanya terbesar se-Asia Tenggara, maka Sidrap juga punya PLTB (Pembangkit Listrik Tenaga Bayu) terbesar di Indonesia. PLTB Sidrap di Sulawesi Selatan memiliki kapasitas hingga 75 MW.
4. Air
Selain PLTS, ternyata di Cirata juga memiliki PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air) yang lagi-lagi jadi terbesar se-Asia Tenggara. Selain itu juga banyak PLTA yang sudah tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
5. Bioenergi
Bioenergi merupakan jenis energi terbarukan yang dihasilkan dari sumber biologis atau biomassa, umumnya berasal dari tanaman. Contoh bahan baku bioenergi misalnya kelapa sawit, kayu, tebu, limbah hutan, minyak jelantah, dll.
Sementara itu produk bioenergi yang digunakan sebagai energi terbarukan adalah:
- PLTBm (Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa)
- Bioavtur
- Green Diesel
- Biodiesel
Potensi Minyak Jelantah Sebagai Biodiesel, Hasil Penelitian Traction Energy Asia
Di tengah usaha penerapan energi terbarukan di Indonesia, ada satu penelitian menarik yang dilakukan oleh Traction Energy Asia. Penelitian tersebut tentang potensi minyak jelantah sebagai biodiesel.
Berangkat dari fakta lapangan bahwa konsumsi minyak goreng di sektor rumah tangga mengalami kenaikan sebesar 2,32% per tahun dalam periode 2015-2020. Hal ini menunjukkan tren ketersediaan pasokan minyak jelantah yang melimpah di Indonesia.
Sumber: instagram @tractionenergy |
Kenapa Minyak Jelantah?
Berdasarkan hasil kajian Traction Energy Asia (2022), minyak jelantah memiliki beberapa kelebihan dibandingkan energi terbarukan lainnya, yaitu:
- Memiliki komposisi kimia serupa dengan minyak sawit, yang dapat dijadikan bahan baku biodiesel.
- Limbah yang ekonomis.
- Memiliki emisi gas rumah kaca yang rendah.
- Potensi 1,2 juta KL/tahun untuk memenuhi 8-10% kebutuhan biodiesel nasional.
Proses Konversi Minyak Jelantah Jadi Biodiesel
Proses konversi dari minyak jelantah untuk menjadi biodiesel menurutku butuh penelitian untuk menghasilkan konversi atau yield biodiesel yang besar. Siklus pengolahan minyak jelantah menjadi biodiesel diawali dengan proses pemurnian minyak jelantah. Setelah itu, dilakukan proses kimia transesterifikasi untuk mendapatkan biodiesel.
Plan Koordinasi Pengumpulan Minyak Jelantah untuk Produksi Biodiesel
Tidak mudah mengumpulkan minyak jelantah dari seluruh negeri. Namun, Traction Energy Asia memiliki usulan regulasi dan tata kelola niaga minyak jelantah lewat bagan berikut ini.
Sumber: online gathering Eco Blogger Squad dan Traction Energy |
Kita Bisa Apa agar Bijak Menggunakan Energi dalam Atasi Krisis Iklim?
Selain melakukan transisi energi dari energi fosil ke energi terbarukan, sebagai individu kita juga bisa menekan penggunaan energi. Tim #EcoBloggerSquad bersama Traction Energy Asia punya tips, nih, agar kamu bijak menggunakan energi.
1. Gunakan Kendaraan Ramah Lingkungan
Gunakan kendaraan yang lebih ramah lingkungan untuk bepergian di sekitar rumah. Misalnya sepeda atau bisa juga berjalan kaki.
2. Gunakan Moda Transportasi Publik
Nah, kalau bepergian ke luar kota, sebisa mungkin gunakan transportasi umum membantu mengurangi emisi karbon kendaraan pribadi. Kalau pun terpaksa pakai kendaraan pribadi, minimalisir penggunaan dengan fokus ke tujuan utama.
3. Instalasi Panel Surya Atap
Kalau teman online termasuk crazy rich, nih, pertimbangkan untuk menginstal panel surya atap di rumah kamu. Hal ini untuk mengurangi ketergantungan dengan listrik dari energi fosil
4. Rencanakan Perjalanan dengan Efisien
Ternyata, mengatur itinerary perjalanan itu bisa meningkatkan efisiensi penggunaan energi selama perjalanan. Mulai dari moda transportasi apa yang dipakai, mau kemana saja, dan lain-lain.
5. Ganti Lampu Biasa dengan LED
Mengganti lampu biasa dengan lampu LED bisa membantu mengurangi konsumsi energi. Selain itu lampu LED juga lebih awet dan tahan lama.
6. Aplikasikan 3M (Mematikan, Mencabut, Mengatur Penggunaan Listrik)
Secara sederhana, saat perangkat listrik tidak digunakan lagi, lakukan 3 hal sederhana berikut: matikan, cabut stop kontak, dan atur penggunaan listrik sehemat mungkin.
Yuk, Melek Energi Terbarukan sebagai Kunci Atasi Krisis Iklim
Gimana, teman-teman online-ku? Sudah paham tentang apa itu energi terbarukan? Ternyata banyak sekali potensi energi terbarukan yang ada di Indonesia untuk menggantikan energi fosil.
Bahkan, sampai ada penelitian dari Traction Energy Asia tentang limbah minyak jelantah untuk bahan baku biodiesel. Tentunya alternatif energi terbarukan tersebut bisa jadi kunci untuk atasi krisis iklim lewat pengurangan emisi karbon atau GRK.
Pertanyaan selanjutnya adalah, sudah sejauh mana kita siap dengan transisi energi fosil ke energi terbarukan? Kalau aku, sih, siap-siap saja asal didukung fasilitas, serta kemudahan birokrasi dari pemerintah. Kalau teman online bagaimana?
Referensi
- Szetela, B., et al. (2022). Renewable energy and CO₂ emissions in top natural resource rents depending countries: The role of governance. Front. Energy. Res, 10, p. 1 – 7
- https://katadata.co.id/ariayudhistira/infografik/60506b1591242/potensi-besar-energi-terbarukan-indonesia
- https://iesr.or.id/tag/enhanced-ndc
- https://ebtke.esdm.go.id/post/2017/09/30/1759/pltb.sidrap.pembangkit.listrik.tenaga.angin.terbesar.di.indonesia
32 komentar
Btw dri tips menjaga di atas aku kayake baru sampai tahap 5 dan 6
Smg beneran jd ya minyak jelantah ini jd biodiesel/pengembabgan energi terbarukan lainnya biar bumi kita ttp sejuk dan aman ditinggali hingga anak cucu kita.
Pentingnya juga buat melakukannya secara konsisten.
Jadi jangan karena pas lagi viral aja, tetapi kudu berkelanjutan
Awalnya mungkin masih mahal kalik ya... Karena sebagian besar dari kita mengandalkan bahan bakar fosil.
Semoga makin murah yah... Kan engga ada habisnya tuh Sang Surya
Semoga bisa ada perubahan, dan dukungan pada anak bangsa