Halo teman online! Beberapa waktu yang lalu, aku ajak si kecil beli buku ke Togamas yang ada di Surabaya. Sebenarnya aku lebih sering beli buku anak secara online. Namun, kali ini aku ajak si kecil untuk mengenal toko buku.
Aku ingin dia makin dekat dengan buku. Selain itu aku juga ingin mengajarkan rasa cukup, serta pengendalian diri kepada si kecil saat ingin membeli sesuatu.
Seperti apa cerita kami dalam mengunjungi salah satu toko buku di Surabaya? Yuk, simak cerita seru kami berkunjung ke toko buku.
Niat Beli Buku ke Togamas Pucang, Tutup Permanen, Hingga Nyasar
Selama jadi ibu saat awal pandemi hingga sekarang, aku lebih sering belanja online. Mulai dari kebutuhan harian, hingga buku anak. Rasanya lebih ringkas aja, nggak bikin capek, dan langsung tahu barangnya ada atau sedang kosong.
Nah, setelah si kecil aku rasa sudah akrab dengan buku, aku ingin mengajaknya ke salah satu toko buku favorit saat muda dulu. Namanya Petra Togamas Pucang.
Sayangnya, saat ke sana aku kaget dong, kok tutup?
Aku dan suami pun auto cek di Google Maps dimana lokasi cabang yang lain. Ternyata memang cabang Togamas sudah pindah ke Nginden dan Margorejo. Entah sejak kapan karena aku hampir 5-6 tahun tidak ke Togamas wkwkwk!
Sayang, sih, padahal Togamas Pucang itu toko buku paling pewe. Ada semacam foodcourt mini, mushola yang lumayan nyaman, dan luas tempatnya.
Ya, sudah, awalnya kita coba cuss ke Togamas cabang Margorejo. Namun, sepertinya peta yang ditunjukkan Google Maps agak berbeda, sehingga nyasar sampai ke Jemursari.
Saat itu rasanya ingin bertanya kepada Dora dan sahabat petanya, “dimana, cabang Togamas? Apa kau melihatnya?”
Karena sudah terlalu jauh, akhirnya kami putar balik, dan memutuskan pulang saja. Nah, saat putar balik untuk pulang itulah kami justru menemukan Togamas cabang Nginden.
Alhamdulillah, nggak jadi tanya Dora. Daripada bikin makin emosi, ye, kan?
Toko buku Togamas Nginden ini memang cenderung kecil, makanya luput dari penglihatanku saat di sisi seberang jalan. Untung neon box nama toko Togamas itu besar dan terpampang nyata dengan warna hijau yang khas.
Togamas Nginden: Re-opening dari Togamas Diponegoro, Ada Apa Aja di Sini?
Sebenarnya aku agak bingung dengan pergantian cabang Togamas ini. Sebelumnya memang ada Togamas cabang Nginden yang alamatnya di Jl. Raya Nginden No.68, tapi sudah tutup permanen.
Nah, toko Togamas Nginden yang baru ini ada di Jl. Raya Nginden No. 12. Menurut mba-mba pramuniaga di sana, toko tersebut merupakan pindahan cabang Togamas Diponegoro.
Seperti apa Togamas Nginden yang memang baru-baru ini re-opening dari cabang Diponegoro? Sini, aku spill wujud tokonya yang homey banget ternyata.
Tempat Lebih Cozy dan Homey
Kata pertama yang muncul di otak saat menemukan Togamas Nginden adalah, “lebih kecil, ya, dari cabang Pucang yang dulu.”
Akan tetapi, saat masuk di pelataran parkir yang berdekatan dengan area pintu masuk, auto merasa nyaman, dong. Nuansa cat bangunan yang dominan putih dengan aksen hijau khas Togamas membuat toko terasa lebih homey.
Enak aja, gitu, saat pertama kali masuk ke dalam. Kalau teman online ingat, rasanya seperti masuk ke Museum Pendidikan Surabaya. Nyaman, cozy, dan homey!
Kalau menurutku pribadi, sepertinya bangunannya memiliki arsitektur vintage. Hanya saja sudah direnovasi jadi lebih modern.
Spot Estetik
Gen Z atau kumpulan emak menolak tua yang hobi foto estetik atau suka spot instagramable wajib ke sini. Di dekat Kids Zone ada spot estetik dengan kursi kayu panjang, meja kayu, kolam kecil, bebatuan, dan rumput sintetis.
Eits, tapi jangan lupa beli sesuatu, ya. Jangan numpang foto doang tapi nggak beli apa-apa, wkwk! Jangan bikin ribut juga karena akan mengganggu customer yang lain. Slow bae, lah.
Area Kids Zone
Nah, ini, nih, area yang harus diwaspadai orang tua. Jangan sampai kesirep, tiba-tiba semuanya dimasukkan ke keranjang belanja, ya, hehehe.
Why?
Jadi Kids Zone adalah area khusus buku-buku anak beserta mainan edukasi anak. Buku-bukunya juga bagus untuk memperkenalkan literasi ke anak sejak dini. Mainannya juga nggak kalah menarique, loh.
Tanganku sebenarnya gatal ingin memasukkan semua barang di situ ke keranjang belanja. Namun, aku sadar, “lah, kan aku mau ngajarin anak biar nggak lapar mata. Kok jadi owe yang lapar mata?”
Area Buku
Tentu saja karena ini toko buku, pasti ada area buku. Seperti Togamas sebelum-sebelumnya ada area buku kesehatan, psikologi, bisnis, novel, buku mewarnai, komik, komputer, dan lain sebagainya.
Selain itu juga ada area pernak-pernik untuk kerajinan tangan, ATK, jilbab, dan printilan lainnya yang aduh pengen aku beli semuanya. Tuh, kan ternyata syusah juga nahan biar nggak lapar mata.
Aku jadi ikutan belajar juga untuk menahan keinginan yang konsumtif. Astaghfirullah, jadi role model buat anak ternyata tydack mudah. Semangat, deh, semua orang tua!
Area Parkir Lumayan Luas
Bagi teman online yang naik mobil, jangan khawatir karena area parkir di sini lumayan luas. Ada kang parkirnya juga yang siap mengarahkan.
Kalau naik sepeda motor juga ada area parkir yang tentunya sudah diatur secara terpisah dari area mobil. Tenang saja, insyaAllah aman.
Sumber: website Togamas |
Nah, aku lupa foto bagian depan Togamas, jadi aku ambil dari website resminya. Kira-kira seperti ini gambaran area parkir. Bagian sepeda motor ada di dekat pintu masuk.
Promo Menarik
Veteran pelanggan Togamas pasti paham, ya kalau hampir semua buku di sini pasti diskon. Jumlah diskon yang diberikan juga bervariasi.
Selain diskon, saat ke sana ada promo menarik dapat souvenir tumbler kaca estetik kalau install aplikasi Togamas. Lumayan, lah, untuk dipakai di rumah.
Ajari Si Kecil Mengendalikan Diri dari Lapar Mata
Sebenarnya tujuan utama aku ajak si kecil beli buku ke Togamas adalah untuk mengajarkan si kecil rasa cukup saat membeli sesuatu. Disamping itu juga aku ajarkan si kecil untuk mengendalikan diri dari lapar mata saat belanja.
Namun, kalau untuk anak kecil usia 3 tahun, nggak perlu terlalu strict, ya. Aku tetap belikan apa yang dia mau, tapi nggak semua yang dia mau aku belikan.
Caranya gimana, nih? Ini dia sefruit tips dariku saat ajari anak belajar rasa cukup dan memahami apa yang sebenarnya dia inginkan biar nggak lapar mata.
1. Set Rules dari Awal
Pertama orang tua harus “set rules” sejak di rumah alias sebelum berangkat. Tentukan kesepakatan dengan anak. Misalnya, “nanti kita ke toko buku. Adek boleh pilih buku dua dan mainan satu.”
Pastikan anak paham atau mengiyakan. Ya, meskipun pada prakteknya anak biasanya “lupa” perjanjian itu wkwk, tetap pastikan anak “ngeh” dan paham.
2. Selalu Tanya Pendapat Anak
Seperti yang sudah disebutkan, biasanya anak sering “lupa” dengan deal yang sudah dibuat. Nggak selalu, tapi sering.
Perjanjiannya hanya boleh beli satu mainan, tapi ternyata ada satu mainan lain yang membuatnya penasaran.
Nah, kalau begini, bisa lakukan langkah berikut:
- Ingatkan kembali “deal” yang sudah disetujui anak.
- Tanyakan pendapat anak tentang mainan itu. Contohnya, “kakak penasaran karena belum punya mainan ini, ya? Kalau Bunda nabung dulu untuk beli bagaimana? Jadi belinya tidak sekarang.”
- Biasanya akan ada dua reaksi, yaitu anak tantrum atau anak mulai bisa menerima untuk tidak membeli mainan itu sekarang.
- Kalau anak tantrum, segera lakukan teknik saat anak tantrum di tempat umum.
- Kalau anak mulai bisa menerima, tawarkan kembali kesepakatan untuk membeli mainan kedua di lain waktu.
3. Validasi Perasaan
Selalu lakukan validasi perasaan saat anak tidak boleh beli mainan atau buku di luar perjanjian. Coba berempati lebih daripada hanya judge anak.
Saat anak dimengerti, mereka akan lebih terbuka, dan mau menerima saran dari orang tua. Kurangi memberi ancaman agar anak menurut. Hal ini akan membuat anak makin membangkang di masa depan.
4. Lakukan Lobbying Jika Anak tak Sepakat
Ini langkah terakhir yang aku lakukan saat si kecil susah sepakat. Ya, aku paham kalau sebagai orang tua kita selalu punya otoritas untuk mengatur anak.
Namun, aku tidak ingin anakku di masa depan seperti robot. Aku ingin dia tahu apa keinginannya, serta bagaimana cara mempertahankan pendapat.
Aku gunakan teknik lobbying selama tidak mengganggu flow keuangan. Contohnya tadi saat ia minta dua mainan, padahal perjanjiannya hanya boleh beli 2 buku dan 1 mainan.
Maka, aku akan tawarkan untuk membeli 2 mainan, tapi ia hanya mendapatkan 1 buku. Awalnya dia diam, agak mikir gitu kayaknya. Beberapa saat kemudian dia mengeluarkan 1 buku dari keranjang belanja, lalu memasukkan mainan kedua ke dalam keranjang.
Akhirnya deal juga, meskipun agak drama!
Setelah itu, ia langsung menarik tanganku ke bagian kasir. Mungkin takut aku berubah pikiran ha-ha-ha! Begitulah cerita kami bertiga pergi ke toko buku.
Penutup
Mengajak si kecil untuk beli buku ke Togamas Nginden ternyata asyik juga. Dia bisa belajar hal baru tentang toko buku, belajar arti cukup, dan menahan diri. Aku pun belajar tahan diri dari lapar mata dal membeli buku atau barang lucu.
Sementara itu, suami belajar sabar menghadapi istri yang masih suka nge-lag kalau baca peta. Yap! Kita bertiga banyak dapat pelajaran hidup saat beli buku ke Togamas.
Referensi
Instagram @togamasdiponegoro
https://togamas.com/
7 komentar
Iya, aku juga biasanya cari bacaan gratis di Togamas Pucang. Kayanya zamanku belum ada cafe-nya deh..
Sukanya lagi, pramuniaganya beneran gak ngerasa rugi kalo mereka buka segelnya untuk menunjukkan bukunya bagus dan layak kita adopsi.
Kalo di toko buku yang lain kan suka "Ntar lo beli kagak nih?"
Jadi pada pelit bukain segel.
Togamassss..
Kangeeen ngampaaarr di lantaaaii...
Tapinya gitu ya, kalau dia melihat mainan dan dia penfen, mau gak mau kita mesti bayar, hihihi.
Emg sih udh byk bgt Tigamas yg tutup. Pdhl harga buku di sini tuh biasanya lbh murah dr toko sebelah.